empat puluh lima.

102 9 2
                                    

Sambil diplay ya soundnya hehehe:)

||

Hesa kira, kepergian Mama adalah satu-satunya kehilangan yang akan ia alami seumur hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hesa kira, kepergian Mama adalah satu-satunya kehilangan yang akan ia alami seumur hidupnya. Namun, agaknya ia keliru--ternyata setelah kepergian Mama, ia terus menjumpai kehilangan-kehilangan berikutnya.

Teringat ucapan mendiang Kakaknya saat mereka mengunjungi makam Mama, gadis itu berkata, "Mas, disini masih kosong. Tolong bilangin ya jangan ditempatin nanti itu buat aku..."

Lagi-lagi Hesa mengira itu hanya sebuah omong kosong belaka yang keluar dari mulut Kakaknya, namun ternyata memang benar adanya ... Hari ini, dihari ulang tahun nya--Nesa akan mengisi sebuah tanah perkuburan kosong tepat disamping pusara Mama.

Sebagian orang menganggap sebuah kematian seseorang adalah bukti nyata cinta kasih Tuhan kepada orang tersebut, karena Tuhan telah bersedia menerima jiwa orang tersebut disisi-Nya agar orang itu tidak lagi merasakan hal yang paling menyakitkan sekaligus menyeramkan didunia. Namun, sebagian yang lain tak menganggapnya demikian. Mereka malah menganggap kehilangan seseorang yang dicintai akan menghancurkan hidupnya serta dunianya. Seberapa menyakitkannya sebuah kehilangan dapat diukur dari masing-masing pribadi yang bersedia melapangkan hati serta mengikhlaskan kepergian tersebut atau tidak. Jika iya, maka kita akan senantiasa menerima. Sebaliknya, jika tidak, maka hati akan merasa tersakiti lebih dalam dan lebih tajam.

Orang-orang berdatangan, sebagian besar menggunakan pakaian serba hitam. Kursi-kursi plastik sudah terjajar rapih dibawah tenda. Karangan bunga "Turut Berduka" juga berdiri sejajar didepan pagar, beberapa bendera kuning bertuliskan "Ganesha Gayatri Astarajingga" juga sudah terpasang. Surah Yasin dan doa-doa tak henti-hentinya dipanjatkan, begitu juga suara tangis tak tertahankan dari tiap orang pun tak henti-hentinya terdengar--membuat kesan duka terasa semakin mendalam.

Hesa seperti kebingungan ditengah kerumunan, hingga detik ini ia tak bisa menerima kepergian Nesa yang begitu tiba-tiba. Berkali-kali ia menampar diri sendiri, berharap semua hanyalah mimpi buruknya. Namun, jasad Nesa yang tertutupi kain berwarna coklat itu menyadarkan Hesa bahwa ini memang bukanlah sebuah mimpi.

Nesa pergi meninggalkannya serta menghembuskan napas terakhirnya sesudah ia memperingatkan Hesa untuk tidak menangis. Rasanya Hesa ingin marah kepada Kakaknya saat ini, bagaimana ia bisa tidak menangis sementara lelaki itu melihat Kakaknya tertidur tanpa nyawa dan berubah menjadi jenazah.

Bapak duduk didepan jasad anak sulungnya sambil bersandar pada tembok dibelakangnya, tubuhnya tidak lagi kuat menyaksikan bagaimana seseorang yang terbujur kaku didepannya adalah Putrinya. Lagi-lagi Bapak kalah, lagi-lagi ia kehilangan, lagi-lagi ia dibuat menyesal.

Tangan Bapak terulur mengusap jasad Putrinya, air matanya masih terus keluar dari pelupuk matanya, "Teteh masa tega sih ninggalin Bapak? Nanti Bapak makan nya gimana kalau Teteh gak ada?" Lirih Bapak kemudian tertunduk, bahunya naik-turun sebab ia sesegukan.

ZONA ASTARAJINGGA || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang