dua puluh tiga.

62 9 5
                                    

"Hidup mah emang ada perihnya, makanya yang bener-bener aja jangan aneh-aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hidup mah emang ada perihnya, makanya yang bener-bener aja jangan aneh-aneh. Cukup Reno aja yang kebelinger, kita jangan." - Mahesa budak lalaki anu pang mantepna.

Bersahabat dengan seorang Reno Sakha Fatansha merupakan anugerah dan sebuah keuntungan bagi Hesa, karena disaat lelaki itu membutuhkannya, Reno akan selalu hadir dan menemani Hesa. Diberbagai situasi kehidupan Hesa, baik itu terpuruk, sedih, senang, galau, bahagia, banyak uang, miskin, dan bahkan menyusahkan sekalipun, Reno akan selalu ada disana, dan Reno akan selalu bersedia memberikan punggungnya untuk membantu Hesa menopang seluruh bebannya.

"Ren, gue kangen deh masakan nyokap gue" cerita Hesa pada tengah hari yang terik dibangku semen tepat dibawah naungan si Jelita.

Reno menoleh begitu ia mendengar kalimat tersebut. Lelaki itu menyunggingkan senyum sambil menatap Hesa yang tengah memutar-mutar korek gas ditangannya. Reno mengerti hal ini sangat wajar terjadi pada setiap orang yang Ibu nya telah tiada, dan membuat Reno bisa paham bagaimana perasaan Hesa.

Reno menepuk paha Hesa dan berpamitan untuk pulang dengan alasan ia mengantuk, meninggalkan Hesa yang masih termenung--merindukan Mama disiang hari seperti saat ini.

Ia kerap merindukan Mama tak kenal waktu, bayangan Mama akhir-akhir ini selalu bisa ia jumpai dimanapun, bahkan pada saat ia tengah belajar dikelasnya. Sepertinya ia benar-benar sangat merindukan Mama.

Tak berapa lama kemudian, Reno ternyata kembali. Namun, kali ini dengan menjinjing sebuah paperbag yang tidak terlalu besar. Berjalan kearah Hesa dengan senyum yang indah.

"Nih, Per, makan!" Titahnya sambil menyerahkan paperbag yang berisikan kotak makan merah tersebut--yang membuat Hesa gelagapan saat menerimanya, "gue gak bisa ngobatin rasa rindu lo sama masakan nyokap lo, tapi gue bantu ngurangin rasa rindunya sedikit dengan masakan Ibu gue. Semoga membantu..." Lanjut Reno.

Hesa merasa tersentuh dengan apa yang Reno lakukan untuknya, begitu ia sangat mengerti perasaan Hesa sekarang. Ia senantiasa bisa membuat Hesa merasa lebih baik bahkan tanpa diminta.

Hesa berdecak, "bisi ngarepotkeun indung maneh, Ren..." (takut ngerepotin ibu kamu, Ren)

"Dia yang nyuruh, lu jangan lebay. Udah cepetan makan, gue tau lo cuma basa-basi!"

Hesa tertawa begitu mendengar ocehan Reno. 
Tampaknya lelaki itu benar-benar mengerti sekaligus menghibur Hesa, karena ia tahu bahwa Hesa tengah dirundung sendu sebab merindukan Ibunya.

Hesa berdeham, tangannya masih menggenggam kotak makan merah milik Reno, "Ren, boleh gue makan bareng Teh Nesa?"

Reno memutar bola matanya, "ya bolehlah, siapa yang gak ngebolehin? Patuh amat peraturan lo kayak lagi sekolah" celetuk Reno.

Matahari telah tergelincir, menandakan bahwa sore akan segera berganti malam. Hesa baru saja selesai mandi, hendak bersiap-siap untuk menunaikan ibadah sholat magrib. Ia menyempatkan diri untuk mengecek keadaan Kakaknya dan juga Bapak.

ZONA ASTARAJINGGA || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang