tiga puluh dua.

64 11 4
                                    

Hesa menghentikan si Bombom tepat didepan tukang jualan mie tektek yang sedang asik bermain-main dengan wajan diatas kompor yang menyala. Tak ingin memakan banyak waktu, Hesa langsung memesan pesanan miliknya.

Bukan, sebenarnya mie tektek tersebut milik Inara--gadis itu yang memesan sebungkus mie tektek dan meminta tolong Hesa untuk membelikannya saat sebelum lelaki itu berkunjung ke kos-an nya.

"Kalo gak bawain mie tektek gak usah main kesini!" Inara mengancam Hesa, ketika lelaki itu berdecak karena ia disuruh membelikan mie tektek--padahal Hesa begitu malas untuk mengantri pesanan.

Alhasil, mau tidak mau Hesa menurut dan rela mengantri sebungkus mie tektek demi sang pujaan hati.

Beberapa saat kemudian, baru saja sebungkus mie tektek ia terima dari abang penjual--seseorang yang tak ia kenal datang dengan wajah yang sepertinya sedang memendam amarah, menarik kerah jaket kulit milik Hesa dengan kasar agar ia mengikutinya dan membawa Hesa pada sebuah lapangan kecil yang tak jauh dari tempat penjual mie tektek--membuat lelaki itu terhuyung dan terpaksa mengikuti orang yang menarik jaketnya itu.

Hesa yang nampak bingung seketika menghentakkan diri, membuat cekalan orang asing pada jaketnya tersebut seketika terlepas secara kasar.

"Ada apa, Mas?" tanya Hesa tegas sambil merapihkan jaketnya yang sempat tertarik keatas.

Belum sempat mendapat jawaban, tiba-tiba beberapa orang lainnya--yang dilansir adalah komplotan orang asing yang sedang berada dihadapannya kini tiba-tiba datang, wajah mereka tak kalah marahnya, membuat Hesa semakin bingung dengan apa yang sedang ia hadapi--mie tektek milik Inara bahkan masih ia genggam erat.

Dua orang turun dari motor mereka, dan berjalan menghampiri Hesa.

Dengan gerakan cepat, dua orang tersebut mengunci tubuh Hesa--membuat lelaki itu bertekuk lutut dan tanpa sengaja menjatuhkan sebungkus mie tektek milik Inara ke tanah.

Hesa dengan susah payah melepaskan kuncian tubuhnya dari dua orang yang sebenarnya memiliki ukuran tubuh yang tak jauh berbeda dari dirinya, "WOY! LEPASIN!" Bentak Hesa--sebab ia tak tahu dengan apa yang sedang terjadi, bahkan ia tidak merasa sudah membuat kesalahan dengan orang lain.

Tanpa aba-aba dan tanpa banyak basa-basi, satu pukulan dari orang yang pertama kali menemui Hesa mendarat tepat diwajah lelaki itu, kemudian satu tendangan pun dengan keras menghantam bagian dada serta perut Hesa yang membuat tubuhnya jatuh tersungkur ke tanah.

Hesa tersengal-sengal, berusaha bangkit dan bertanya apa yang terjadi--namun saat ia belum sempat melakukannya, pukulan demi pukulan, serta tendangan demi tendangan bertubi-tubi menghantam tubuh Hesa malam itu--dan Hesa tidak dibiarkan untuk melawan sedikitpun.

Hesa runtuh disana, ia merasa tubuhnya sudah tidak dapat merasakan apa-apa, lelaki itu tergeletak lemas tak berdaya ditanah. Dengan sedikit kekuatan yang ia miliki, Hesa mengangkat tangannya ke udara--seperti memberi isyarat bahwa ia ingin berbicara.

Beberapa orang yang tengah melayangkan aksinya dengan memukuli Hesa, serentak diam seketika--seperti mengizinkan lelaki itu untuk berbicara.

Dengan susah payah Hesa sedikit bangkit, sebelum berbicara ia sempat terbatuk-- orang yang sedang berada dihadapan Hesa melihat jelas darah segar keluar dari mulut Hesa.

"G-g-gue salah apa?" lirih Hesa yang bahkan susah untuk mengucapkan satu kalimat tersebut.

Hening ...

Namun, dari arah lain satu pukulan dengan sebilah balok panjang datang tepat mengenai tengkuk Hesa, "ALAH BANYAK BACOT!" Tukas orang tersebut.

Berbagai bentuk pukulan dan tendangan tanpa alasan ia terima malam itu. Hesa merasa sekujur tubuhnya mati rasa, bahkan sakit pun rasanya sudah tak dapat ia rasakan. Pandangannya kelam dan kelabu, setelahnya Hesa tidak dapat mengingat apapun lagi--lelaki itu tak sadarkan diri.

ZONA ASTARAJINGGA || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang