"Sesuai aplikasi ya, Bu?" Ledek Hesa begitu Inara baru saja naik keatas motornya, yang lantas malah membuat Inara memukul helm yang lelaki itu kenakan.Hesa tergelak, "mau kemana nih kita, Bu?"
"Kemana aja asalkan sama Bapak ..." tubuh Inara bergidik karena kalimat yang ia lontarkan sendiri.
"Wah, Bu-- Bapak saya mah kebetulan lagi dinas dikantornya"
"Bukan Bapak lo, bedon!" Umpat Inara yang lagi-lagi membuat Hesa tergelak.
Tangan Hesa terulur untuk menarik karcis yang keluar dari palang parkir otomatis disebuah Pusat Perbelanjaan, kemudian memasuki area parkiran untuk mengistirahatkan tubuh si Bombom yang sepertinya nampak lelah dan gerah.
Matahari menyengat diatas kepala, membuat Inara tak berani menengadah karena silaunya.
"Sa, anter aku cari buku agenda!" Pinta Inara begitu mereka berjalan menuju area Mall.
Hesa mengangguk lalu mendekat dan mengikis jarak antara dirinya dan Inara. Dengan cekatan, Inara meraih lengan Hesa untuk ia gandeng--merasa nyaman dengan perlakuan kekasihnya, lantas membuat Hesa mengembangkan senyumnya malu-malu.
"Kalau ada kaca, pasti nengok nih--" Intrupsi Hesa yang sudah paham dan mengerti apa yang akan dilakukan Inara saat menemukan dirinya dipantulan cermin.
"Satu ... Dua ... Ti-- Nah kan bener!" Tebakan Hesa tidak meleset, Inara benar-benar tersenyum kearah cermin tersebut--merasa dirinya digoda, Inara tersipu--ada semburat merah yang hadir dipipi kanan dan kirinya.
Inara dan Hesa membiarkan diri mereka tenggelam dalam hiruk pikuk keramaian Mall siang itu, mempersilahkan diri mereka menyatu dengan berbagai kerumunan orang. Keduanya duduk disalah satu restoran cepat saji kesukaan Hesa setelah mereka selesai dengan buku agenda yang dicari Inara.
"Masa dari tadi Mba-mba itu ngeliatin aku terus tau, Sa" Adu Inara sembari menunjuk perempuan muda yang duduk diseberangnya menggunakan dagunya.
"Ya lagian siapa suruh cantik!" Celetuk Hesa tanpa mengalihkan pandangannya kemana-mana.
"Apaan sih!"
Hesa terbahak begitu melihat wajah Inara yang merona--Hesa tidak berbohong bahwa Inara sangat cantik--wajah sederhana, binar mata teduhnya, dan juga senyum indah yang selalu terpatri dibibirnya benar-benar membuat Hesa selalu tenggelam dalam pesona gadis bernama Inara.
Inara berdeham, membuat Hesa membuyarkan lamunannya, "Teh Nesa apa kabar, Mas?"
Mas ...
Hesa baru saja mendengar panggilan itu pertama kali yang terlontar langsung dari mulut Inara--membuat jantungnya seakan dipompa berkali-kali lipat.
"Jangan panggil aku Mas, Ra!"
"Kenapa?"
"Lemah loh jantung aku ..." Jawab Hesa sambil menaruh telapak tangan kanannya tepat didepan dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZONA ASTARAJINGGA || HAECHAN
ФанфикHesa kira, kepergian Mama adalah satu-satunya kehilangan yang akan ia alami seumur hidupnya. Namun, agaknya ia keliru-ternyata setelah kepergian Mama, ia terus menjumpai kehilangan-kehilangan berikutnya. wordizards, 2021.