" Anteu, bobo lumah Taya?" begitu melihat mobil tantenya memasuki pekarangan rumah mereka sore ini membuat bocah gembul itu kegirangan.
Akan ada teman main yang menyenangkan. Taya suka kalau bermain itu banyak orang. Kan lebih seru.
" Suruh Aunty masuk dulu nak. Sudah salim kan?" Baheera mengingatkan putranya, sepertinya lupa karena terlalu senang.
" Salim.. Masuk yuk Anteu. Taya mau pake sepatu balu yang Anteu kasih, belum lihat. Taya kasih lihat yah." menarik tangan tantenya masuk dengan riang.
Balqis hanya pasrah membiarkan keponakan gembulnya itu menariknya masuk, tanpa protes sama sekali. Dan tentu saja mereka berdua berjalan sambil mengayunkan tangan dengan riang.
Bocah gembul itu tidak membiarkan tantenya menjawab sedikitpun, ia yang memonopoli pembicaraan.
" Anteu bobo lumah Taya? Ayah belum pulang, nanti pulang buka puasa di lumah loh. Anteu puasa ndak?"
Belum ada semenit Balqis duduk diruang keluarga, Taya sudah aktif dengan banyak pertanyaan yang tidak sedikit. Belum lagi tangan kecilnya mulai aktif mengeluarkan mainan dari dalam box mainan miliknya.
" Aunty mau istirahat dulu? Taya bisa main sendiri nak, kasihan Auntynya." Baheera meringis sungkan ke arah iparnya, walaupun ia tahu Balqis dengan senang hati bermain dengan putranya itu namun kasihan juga kalau baru datang langsung mendengar ocehan Taya yang tidak berhenti itu.
" Nggak apa-apa Mba, main sama Taya aja. Aku nggak bantuin bikin buat buka puasa yah." negonya riang, yah sedekat itu hubungan mereka.
Balqis maupun Baheera sudah tidak berada di fase canggung, yang ada mereka sudah seperti adik kakak yang menganggap rumah masing-masing adalah bagian dari rumah mereka.
" Iya, hahahahaha santai aja. Main sama Taya aja." Baheera meninggalkan Taya dengan tantenya. Mereka akan sangat akur.
Errr mungkin Taya yang akan merusuhi Balqis. Sebab Taya dengan ide luar biasanya itu terkadang membuat orang lain terkejut.
" Anteu main sama Taya. Ndak kelja? Pulang lumah Taya? Ndak lumah Kasan Necan?" rentetnya lagi dengan banyak pertanyaan.
Balqis belum menjawab satupun pertanyaan yang diajukan bocah gembul itu dari awal. Taya sepertinya lupa memberikan kesempatan tantenya untuk menjawab. Yang ada bocah gembul itu akan menanyakan hal lain selanjutnya.
" Tanya satu-satu Bang, biar Aunty jawab. Mana sepatu Abang?"
" Sebental, Taya ambil."
Taya berlari riang ke arah tempat penyimpanan sepatu. Bocah gembul itu akan memamerkan sepatunya kepada tantenya. Padahal yang membelikan sepatu itu adalah tantenya. Tetap saja merasa senang.
" Lihaat, ini Taya pake pelgi masjid sana sama Ayah. Mau kasih lihat Iyan loh Anteu." beritahunya senang.
" Baguskan, siapa dong yang beliin?"
" Anteu beliin Taya. Bagus kan, Taya suka." Pekiknya girang.
"Bagus loh Abang pakai. Ummmm jadi lebih ganteng, hihihiihihi. Kan Taya sudah Aunty beliin sepatu, Taya bilang Ayah kasih uang jajan yang banyak buat Aunty yah. Biar nanti Aunty beliin Taya es krim. Dua."
Balqis menggoda keponakannya gemas.
" Maam esklim. Taya punyaaa, Anteu ndak puasa?"
Yasalam, sepertinya Taya hanya fokus pada kata es krim saja.
" Bilang Ayah nanti kasih uang jajan banyak buat Aunty."
" Anteu ndak ada uang jajan? Taya juga."
Astaga bocah gembul itu malah terdengar seperti sedang curhat. Hahahaha, gemas sekali. Mana dia pakai sepatu dalam rumah lagi. Sepertinya mamanya tidak memarahinya karena memakai sepatu dalam rumah.
" Iya, makanya nanti kita minta sama Ayahnya Taya yah." bujuk Baqis gemas.
Diam-diam sibuk begitu sebenarnya Taya mendengarkan omongan orang.
" Huuh, tunggu Ayah pulang. Beli es klim lagi." jawabnya sambil lalu. Bocah gembul itu sibuk membongkar mainan kereta dan dino miliknya. Mau main susun kereta bersama tantenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Nataya
Short StoryTaya datang lagi dengan cerita bertemakan Ramadhan.. Kali ini Taya mau belajar puasa, Mama sudah bilang kalau sudah Abang harus belajar puasa. Dulu Taya pernah belajar puasa kok, tapi lupa. Eummmm kata Mama sama Ayah nanti tetap belajar sampai banya...