Hari Keempat Belas 'Perasaan Taya'

2K 315 10
                                    

Assalamualaikum.. Mohon maaf yah beberapa hari kemarin nggak update cerita. Baru sembuh dan nggak bisa update. Insyaallah ini akan rutin lagi updatenya.

..........

" Kenapa nangis?"

Begitu melihat orangtua dan nenek kakeknya tangisan Taya semakin menjadi dan Balqis tak ada niat sedikitpun untuk menghentikannya. Terlanjur drama bersama keponakan gembulnya membuat Balqis pasrah.

" Nyebur di kolam ikan. Udah dibilang jangan malah nyebur, untuk Taya nggak dijual sebagai ganti rugi." Ledek Balqis gemas.

Balqis memberikan Taya ke mamanya, biarkan mamanya yang mengurus baju Taya. Soalnya Balqis juga perlu ganti baju. Untung saja mereka berangkat dengan mobil berbeda, dan entah keberuntungan atau bagaimana Balqis baru membeli pakaian dan belum diturunkan dari mobil.

Yang paling jelas mereka harus segera pulang.

" Anteu nakal." Adunya sebal.

" Wahhh, Abang tuh yang nggak dengerin Aunty tadi. Kok Aunty yang nakal."

" Aunty nakal, ndak bolehin mail ail." Bantahnya tak mau disalahkan.

Mereka berdua terbiasa berdebat. Membuat keluarga mereka tak habis pikir. Balqis juga masih saja meladeni bocah gembul itu berdebat.

" Taya jual saja. Suka nangis nih, sama nggak nurut." Kompor Balqis iseng. Semakin senang membuat keponakannya menangis.

" Anteu nakal. Necan, Kasan malahin aunty. Nakal Anteunya."

Bocah gembul itu tentu saja mengamuk mendengar ejekan tantenya. Ia semakin sebal saja, sudah dilarang main air, malah mau dijual. Huh, pokoknya tantenya nakal. Tidak seru sama sekali.

" Kita pulang yah, ganti baju dulu. Abang sama Aunty basah kan." Baheera menengahi keduanya. Jika diteruskan maka tak akan selesai.

Hubungan tante dan keponakan ini unik. Kadang akur kadang saling berdebat.

" Kamu juga, senang banget lihat keponakannya nangis." Komentar neneknya gemas.

" Taya aja cengeng."

Balqis membela diri, sengaja mengompori keponakannya agar semakin sebal.

" Anteu nakal. Nakal, nanti teman setan." Pekiknya marah, Taya sebal sekali sama tantenya.

" Nanti Taya yang temannya setan."

Byakta tak habis pikir dengan adik dan putranya itu. Setelah setelah selesai merapikan bawaan mereka akhirnya mereka berpisah, tentu dengan drama Taya dan Balqis yang tak selesai.

" Sudah yuk nangisnya."

Baheera merasa kesusahan menggendong putranya, sebab Taya tak berhenti bergerak.

" Ganti baju di mobil aja. Tadi sudah pamitan sama Ibu sama Ayah kan?" Byakta memutuskan agar mereka segera pulang.

" Sudah, tadi Balqis ganti baju dulu kan?"

" Tadi duluan ke mobil ambil pakaian."

" Sudah nangisnya Nak. Nanti habis air matanya."

Taya masih saja merasa sedih, sedih karena kesal karena merasa kalah dengan tantenya.

" Anteu nakal. Hikss,, hikss Mama..." adunya sedih.

" Abang ngerasa sedih yah karena Aunty."

Baheera terus mengajak putranya berbicara sambil mengganti pakaiannya yang basah. Berusaha menghibur bocah gembul itu. Padahal mereka juga tahu kejadian sebenarnya. Tadi Balqis cepat cerita sekilas, dan mereka juga paham bahwa Taya punya andil paling besar yang menjadi penyebab pakaiannya basah.

" Anteu nakal." Aduhnya lagi, masih dengan suara sedih dengan wajah cemberut kesal.

Benar-benar yah, tidak mau disalahkan.

" Aunty nggak nakal kok, coba Abang ingat Aunty sudah larang Abang masuk kolam kan? Tapi Abang nggak nurut sama Aunty. Basah." ingat Baheera kepada putranya.

Baheera harus mengingatkan putranya bahwa tidak baik melimpahkan kesalahan kepada orang lain. Taya harus mengakui kalau memang itu salahnya dan tidak boleh dilakukan lagi kemudian hari. Namun disisi lain Baheera berusaha memahami bahwa putranya sedang merasa kesal karena keinginannya tidak dipenuhi. Dan caranya melampiaskan rasa kesalnya belumlah tepat, dan Taya juga masih belum mampu mengutarakan apa yang ia rasakan dengan kalimat yang jelas.

Hello NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang