Hari Keduapuluh ' Zakat Bersama Taya'

1.9K 315 14
                                    

" Taya mau ikut Aya nggak?"

Hari sabtu ceria mereka dihabiskan bersama. Byakta menemani putranya bermain dan membiarkan istrinya menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri.

" Ayah mo mana?" Taya menghentikan kegiatan bermain membunuh monster dengan pedang ala star wars.

" Mau sholat Ashar ke Masjid. Nanti sekalian bayar Zakat. Abang belum bayar Zakat loh." ajak Byakta.

" Zakat apa? Zakat lukun islam?"

Taya menyeka keringat didahinya dengan lengan baju. Melempar pedang miliknya sembarang. Taya ingin ikut ayah ke masjid.

" Iya, zakat dari rukun Islam. Kan wajib, harus ditunaikan."

" Ayo pelgi masjid. Zakat yah, Mama ndak ajak?" tanyanya begitu menyadari mamanya sibuk dengan me timenya.

Setalah persiapan pajang, Taya dan ayah berangkat ke masjid. Tentu dengan drama tidak mau mandi, hanya mengganti baju saja yang berkeringat.

Belum lagi pengen ajak mamanya juga.

Lama.

" Ayah kenapa zakat?" Begitu selesai sholat ashar berjamaah bocah gembul langsung bertanya, penasaran sekali.

Bahkan mereka belum dzikir dan berdoa, dan Taya sudah tidak bisa menahan dirinya untuk berceloteh. Ia mengatakan kalau mamanya cerewet, tapi lihat, Taya lebih cerewet.

" Untuk mensucikan diri dan menyempurnakan puasa." jelas Byakta tak fokus.

" Ayah..." panggilnya tak puas, ayahnya menjawab ala kadarnya begitu.

" Sebentar Nak, lagi dzikir." pinta Byakta sabar.

" Kenapa zakat?"

" Pada dasarnya zakat fitrah itu ibadah sosial, tujuannya mensucikan diri, dan juga membantu orang yang kurang mampu. Nah zakat fitrah itu berupa makan pokok kita, yaitu beras sebesar 2,5Kg atau 3,5 liter."

Byakta tak jadi berdzikir dan berdoa, Taya dan rasa penasarannya yang harus dituntaskan diutaman. Tentu saja tak mau nanti.

" Mana belasnya?" Taya mencari-cari beras seperti yang ayahnya katakan.

Seingat Taya tadi mereka tidak membawa apa-apa kok ke masjid. Kan mau zakat, apa nanti mereka harus pulang dulu ambil beras?

" Ayah nggak bawa beras Nak."

" Kan zakat Ayah, kok ndak belas?" tanyanya bingung.
" Zakatnya berupa makanan pokok kita, nah boleh digantikan dengan uang. Nanti panitia Zakatnya yang akan membelikan makanan pokok berupa beras untuk dibagikan." Byakta berusaha menjelaskan sesederhana mungkin, agar Taya bisa memahaminya.

" Ahhh," angguknya mengerti, entah benar-benar mengerti atau tidak, "nanti jadi belsih?" tanyanya kemudian.

" Apanya yang bersih?"

" Olangnya Ayah!

" Iya, kan membersihkan jiwa."

" Taya jadi belsih ndak?" tanyanya lagi, saking penasarannya sampai tubuhnya sudah berpindah ke depan ayahnya.

" Iya nak, jadi bersih jiwanya. Agar kita selalu berbagi. Mengingat orang-orang di sekitar kita yang kurang mampu."

Byakta membawa putranya masuk dalam pangkuannya.

" Kalau mandi jadi belsih juga kan Ayah?" Taya mendongak menatap ayahnya.

" Iya, mandi memberishkan diri dari debu dan kotoran tubuh, tetapi Zakat membersihkan jiwa kita nak."

Byakta berusaha menjelaskan dengan sederhana. Kan dia jadi takut kalau Taya punya pikiran seperti yang ditebaknya.

" Ndak sama. Kok ndak sama?" tanyanya dengan polos.

" Memang beda nak. Kan tujuan zakat juga itu juga agar kita berbagi kepada orang lain nak.".

" Shaling Taya juga ndak?" tanyanya lagi. Entah sudah berapa banyak pertanyaan Taya hari ini.

Tidak apa-apa. Daripada putranya itu menahan diri untuk bertanya, lebih baik begini.

Syukur Alhamdulillah perkembangan Taya normal. Dari segi fisik dan juga bahasa Taya berkembang dengan baik.

" Nggak dong, kan Taya yang harus sharing Nak. Ayah sama Mama masih mampu, jadi Taya wajib Zakat."

Taya mengangguk mengerti, pokoknya zakat wajib.

Jangan lupa zakat fitrah yah.

Hello NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang