Hari Kedelapanbelas 'Banyak Alasan Taya'

2K 290 18
                                    

" Abang ganti baju nak. Itu basah loh."

Baheera membujuk putranya untuk mengganti baju. Sebab bajunya sudah basah karena main air, bilangnya sih sama mamanya mau mandiin truk dan juga Dino miliknya. Lalu Taya juga bilang mau mencuci sandal yang ia pakai.

" Ndak mau Mama..." tolaknya tegas, Taya suka kok pakai baju semi basah miliknya.

Bocah gembul itu nggak tahu saja kalau pakai baju seperti itu malah akan membuatnya masuk angin atau kembung.

" Ayo ganti baju nak. Itu basah." untuk kesekian kalinya Baheera mengulang kalimat yang sama.

" Uhhh Mama celewet."

Astaga, belajar dari mana coba bocah gembul itu mengatakan bahwa mamanya cerewet. Luar biasa sekali.

" Kok cerewet, Abang tahu dari mana kata-kata itu?"

Sejujurnya Baheera sedikit merasa shock akan pernyataan putranya itu. Beraninya bilang mamanya cerewet. Padahal Taya sendiri jauh berkali-kali lipat cerewetnya.

Dan terkadang Taya juga bisa bertingkah menyebalkan sekali. Menguji kesabaran orang tuanya saja.

" Kata Ayah loh Mama, celewet itu tuh." jawabnya sok yakin dengan muka polosnya.

Kalau sudah begini mana bisa Baheera marah.

" Abang itu jangan guling-guling di sofa. Baju Abang basah loh Nak." peringat Baheer panik. Masalahnya Taya tak peduli dengan larangan mamanya, yang ada semakin iseng saja. Sengaja guling-guling di sofa.

" Abang dengarin Mama dong Nak."

Sengaja sekali bocah itu mengabaikan mamanya.

" Abang, Yaallah nak. Gimana nggak mau cerewet coba nak. Kamu aja nggak dengarin Mama ngomong apa ini." Protes Baheera gemas dengan tingkah putranya itu.

Baheera tahu sebenarnya Taya mendengarkannya, namun bocah gembul itu sengaja mengabaikan mamanya. Belum lagi ekspresi jahil yang kentara sekali di wajahnya.

Luar biasa.

" Taya dengal kok Mama." Jawabnya cerita, tak merasa dimarahi oleh mamanya.

" Tapi Abang nggak jawab tuh waktu mama larang." Protes Baheera kemudian.

" Taya dengal kok." Jawabnya dengan cengiran lebar, tak mau disalahkan.

" Ayo ganti baju kalau begitu, kan Taya dengar Mama bilang apa."

Memang sih bajunya jadi mengering sedikit demi sedikit saking lamanya Baheera membujuk Taya agar mau menggantinya.

" Ndak mau ganti loh Mama. Ini enak, dingin telus pelut Taya. Mama mau pegang?" Taya malah mengangkat baju dan memperlihatkan perut bulatnya.

Tangan mungil itu sambil mengelus perutnya riang, ada sensasi dingin yang timbul karena bajunya basah.

" Nanti masuk angin Nak. Yuk ganti, nanti bisa hachim hachim loh kalau nggak ganti baju." Bujuk Baheera lagi untuk kesekian kali.

Cobaan puasa begini sekali yah. Belum juga setengah hari, dan Taya sudah keras kepala tak mau dibujuk.

" Ndak hachim hachim tuh."

" Jangan sampai lah Bang, makanya sekarang ganti baju. Lebih baik mencegah daripada mengobati Bang."

Baheera gemas sekali dengan putranya itu, rasanya ingin membawa paksa Taya ke kamarnya dan segera menggantikannya baju. Tapi ia masih sedikit waras dan tidak melakukan itu, sia-sia nanti semua usaha kerasnya mendidik anaknya dengan baik.

" Ini enak loh Mama. Mama mah ndak seluuu." Protesnya tak suka.

Taya merasa lelah juga yah mendengarkan permintaan mamanya untuk mengganti baju. Padahal Taya suka kok dengan bajunya. Hanya basah sedikit saja kok, dan sudah sedikit kering juga. Tapi mamanya masih saja memaksa untuk menggantinya.

" Ayuk yuk Nak." Bujuk Baheera tak kenal putus asa. Perkara membujuk ini saja bisa lama dan tak selesai-selesai.

" Mamaaaa...." Protesnya sebal.

Namun pada akhirnya Taya menuruti mamanya walaupun ia sendiri tak suka.

Hello NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang