Hari Kelima 'Menunggu Buka Puasa Bersama Taya'

2.2K 346 20
                                    

" Mama, Ayah masih lama ndak?"

Taya terus sibuk mondar-mandir dari ruang tamu ke ruang keluarga, lalu menghampiri mamanya di dapur.

Dan pertanyaan yang sama masih terus berulang. Menanyakan kapan ayahnya pulang.

Hari ini mereka akan buka puasa bersama pertama kali.

Tapi Taya sudah buka puasa sebanyak dua kali hari ini. Waktu jam 12 siang, terus waktu jam 4 sore juga.

Bocah gembul itu tadi mengeluh cacing dan naga dalam perutnya meminta makan sehabis bangun siang. Padahal Taya sudah makan siang tadi. Sudah cemil cookies suka sesuai permintaannya.

Dan sekarang Taya sudah tidak sabar menunggu waktunya berbuka puasa.

Tadi mamanya sudah menjelaskan kalau buka puasanya sebentar lagi. Jam 6 kurang kata mama. Tapi Taya nggak tahu kurangnya banyak atau sedikit. Taya cuma tau kalau jarumhya ada diangka berapa.

Taya kan pintar, sudah bisa berhitung sampai banyak.

" Mama, Ayah masih lama ndak sih?" tanyanya lagi tak sabar.

" Sebentar lagi, Ayah lagi dijalan sekarang nak. Abang yang sabar dong Nak, kan lagi puasa." Baheera tak heran lagi ketika Taya tak sabar.

" Kan Taya mau buka puasa Mama.. Huh, Ayah lama..." cemberutnya.

" Abang kan tadi sudah buka puasa, dua kali loh. Jadi sekarang harus sabar tunggu Ayah. Sebentar lagi sampai kok Nak." hibur Baheera. Wajahnya masih saja cemberut.

" Telepon Ayah lagi Mama, pakai video."

Yasalam, banyak mau sekali bocah gembul ini. Masalahnya Baheera sedang membuat minuman untuk berbuka puasa.

Setelah mendapatkan telepon mamanya Taya langsung saja menelopon ayahnya.

Pokoknya Taya itu keren, sudah bisa menelepon ayah dengan mode video call. Taya suka lihat mama kok.

" Mama, masih beldeling nih. Ayah ndak angkat." adunya lagi. Taya tak sabar menunggu ayah mengangkat telepon.

Harus yang ada video biar Taya bisa lihat mobil ayah.

" Ayah lagi nyetir Bang. Biasanya nggak angkat telepon. Atau Ayah lagi menepi biar bisa angkat telepon Abang."

Baheera harus meninggalkan pekerjaannya agar memberikan perhatian ke Taya.

" Ayah mana?" pekik Taya senang begitu melihat wajah ayahnya dilayar handhpone mamanya.

" Assalamualaikum Abang..."

Byakta gemas dengan putrnya. Layarnya penuh dengan wajah Taya.

" Iya lupa. Assalamualaikum, Ayah mana? Belum sampe loh. Ntal mau buka puasa." rentetnya langung, protes karena ayahnya belum sampai.

" Ayah sudah mau sampe kok Nak, ini sudah depan gerbang komplek rumah kita."

" Mana? Ndak lihat Ayah."

Sepertinya Taya menganut prinsip no pict itu hoax.

" Nah lihat, ini gerbang kalau mau masuk ke rumah kita. Sebentar lagi sampai." Byakta mengarahkan kameranya keluar agar membuktikan ke putranya.

" Taya lihat itu, gelbang tinggi. Ayah sampe sebental lagi, yaiiii. Mama bikin minum enak, ada bulat-bulat enak Ayah."

" Oh yah, Abang bantuin Mama nggak?"

" Ndak bantu Mama. Mama bikin sendili. Taya tadi buka puasa, api sekalang puasa lagi."

" Taya bantu Mama dong, biar keren."

" Mama... Taya bantu Mama ndak?" Taya segera menghamiri mamanya begitu dengar kalau bantu mama bisa bikin keren.

" Sudah selesai Bang. Nanti Taya bantu taruh di meja makan yah."

" Ayah... Nanti Taya bantu Mama loh." lapornya, terlihat sekali kalau ia mau pamer sama ayahnya.

" Pintarnya Abang. Anak sholeh yah nak. Oh iya, Ayah sudah sampe depan rumah nih."

" Tunggu Taya bantu buka pintu sama Mama yah.."

Taya segera berlari ingin membukakan pintu pagar agar mobil bisa masuk. Mengabaikan telepone yang belum ia matikan.

" Ayahh....." pekikny senang melihat ayahnya.

Yaii Taya senang karena sebentar lagi buka puasa sama-sama.

Hello NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang