Hari Keduapuluh Enam " Berbagi Makanan Bersama Taya"

2.1K 300 10
                                    

" Kenapa bagi-bagi ini sama olang-olang?" tanyanya penasaran.

Taya masih tidak mengerti, kenapa harus berbagi makanan kepada orang lain. Apakah mereka tidak punya makanan seperti Taya di rumah?

Umm lalu makannya apa yah?

" Sebagai rasa syukur kita kepada Allah, lalu Allah memberikan Taya rezeki yang melimpah. Maka Taya harus berbagi yah."

Baheera berusaha menjelaskan dengan sederhana, agar Taya tahu jika ia memiliki rezeki lebih harus ingat untuk berbagi. Ingat untuk beramal, bersedekah.

Tidak harus banyak, sedikit juga tidak apa-apa. Yang paling penting adalah ikhlas.

" Olang-olang ndak ada maam Mama?" Tanyanya lagi ingin tahu.

Saat ini, Taya melihat keluarganya sibuk mengatur kotak makanan. Menyusunnya rapi dalam mobil untuk diberikan ke panti asuhan yang biasa nenek kakeknya Taya datangi.

" Ada dong makanannya, tapi hari ini spesial makanannya. Soalnya dari Taya."

" Anteuu, bagi maam juga? Kata Mama dali Taya, tapi Anteu, Taya ndak kasih tuh."

Taya menghampiri tantenya, menanyakan masalah ini. Kan dia tidak merasa berbagi makanan. Umm kenapa mamanya bilang dari Taya yah.

" Taya punya uang nggak?" tanya Balqis gemas, keponakannya itu cerewet sekali.

" Ndak punya, Mama punya banyak. Anteu punya?"

Taya terus mengekori tantenya, tidak ada niat membantu sih. Kan seharusnya Taya bisa basa-basi sedikit. Biasanya juga suka gitu, tapi kali ini nggak ada tuh.

" Ummm ini kan makanan dari Kasan sama Necan, trus dari Mama sama Ayah Taya juga. Berarti dari Taya juga dong." jelas Balqis seadanya, sejujurnya ia bingung bagaimana seharusnya menjelaskan kepada keponakannya itu.

Penjelasan yang mudah dipahami.

Uang untuk membeli makanan tersebut memang dari orangtua dan kakek neneknya Taya, tapi niat berbagi atas nama Taya.

" Taya ndak ada kasih Anteu."

Taya menolak penjelasan tantenya, kenapa dibilang itu dari Taya sih. Pokoknya Taya tidak merasa membeli makanan ini.

" Kasan, ikut...."

Taya berlari menghampiri kakeknya begitu melihat kotak makanan sudah rapi didalam mobil. Soalnya kata mamanya yang pergi antar itu ayah sama kakeknya.

Taya mau ikut.

" Abang mau ikut?" tanya kakeknya menggandeng tangan Taya.

" Huuh, mau ikut. Pelgi kasi maam kan Kasan?"

" Iya, kita mau kasih makanan dulu ke panti asuhan. Habis itu pulang lagi."

" Ndak maam sana?"

" Nggak dong, kita buka puasa di rumah. Kasian Kasan, Mama sama Aunty nanti buka puasanya nggak ada Taya."

Bocah gembul itu terkikik geli mendengar jawaban kakeknya. Padahal tidak ada yang lucu, tapi malah terdengar bahagia sekali.

" Semobil sama Ayah yah, ada carseatnya. Kalau ini nggak ada." Byakta menghampiri Taya dan kakeknya yang sudah niat untuk masuk mobil.

" Kasan ndak sama?"

" Mobil ini nggak ada carseatnya, kursinya penuh isi makanan Bang."

" Duduk depan sama Kasan." Taya memberikan ide, sejujurnya Taya mau sama kasan saja. Nggak mau sama ayahnya.

" Kasan semobil sama kita. Nanti duduk depan, Taya tetap di carseat."

Duduk di carseat saat bepergian itu harga mati untuk Taya. Tidak boleh tidak.

" Huh ndak seluuuuu." serunya manyun, namun tetap mengikuti langkah ayahnya. Daripada tidak jadi diajak yasudah Taya ikuti saja kata ayah.

" Umm Pakdhe sama siapa?" begitu sudah duduk manis di kursi Taya baru menyadari jika Pakdhenya sendiri di mobil.

" Sendiri. Kan seharusnya sama Kasan." jelas Byakta gemas.

" Ajak Pakhde sini Ayah."

" Mana bisa. Kan Pakdhe yang nyetir mobilnya. Kalau ajak naik mobil sama Taya nanti nggak jadi berangkat."

" Ummm, ayoo pelgiii." pekiknya begitu kakeknya masuk ke mobil.

Terdengar bersemangat sekali.

Hello NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang