Duapuluh Satu 'Sahur Bersama Taya'

1.9K 303 8
                                    

" Mama..."

Taya memanggil mamanya pelan, masih mencerna kenapa rumahnya berubah. Umm Taya tadi malam tidur sama mama sama ayah. Berarti Taya sedang menginap di rumah Kasan dan Necannya di depok.

Ah Taya jadi ingat kalau semalam mereka baru sampai, dan kata mamanya mereka akan menginap.

" Mama..." panggilnya parau, masih mencari-cari mamanya.

Padahal dalam kamar Taya bisa melihat ayahnya masih tertidur, tapi kan Taya carinya mama. Bukan ayah.

Taya memutuskan untuk keluar kamar orangtuanya, misinya saat ini adalah mencari mamanya.

Begitu berhasil membuka pintu dan keluar, bocah gembul itu lebih tertarik mendengar suara orang-orang berteriak dan juga bunyi musik yang keras.

Kesempatan bagus, Taya malah melangkahkan kakinya menuju depan rumah. Umm sepertinya pintu depan terbuka. Misi awalnya mencari mama sedikit terlupakan dengan hal baru yang ia temui.

" Abang, sudah bangun Nak?"

Baheera kaget mendapati putranya sudah bangun dan tidak rewel mencari dirinya.

" Mama depan sana ndak tutup pintu?" tanyanya penasaran, Taya sudah sepenuhnya sadar.

" Ada Kasan lagi duduk depan sana. Abang mau ke depan?" tanya Baheera sambil mengantar putranya ke depan.

" Mau, Kasan depan sana?"

" Iya, Ayah masih tidur?" tanya Baheera lagi.

" Huum, ndak cali Ayah. Taya kelual sendiri tadi. Ndak bangunin Ayah." Taya menjelaskan tanpa diminta.

" Kasaaaan..." panggilnya antusias begitu sampai teras depan rumah. Bocah gembul itu berlari menghampiri kakeknya dengan semangat.

Baheera meninggalkan putranya yang sudah asik dengan kakeknya. Ia segera masuk dan mulai mempersiapkan untuk santap sahur.

" Abang kok sudah bangun? Bangun sendiri yah?"

" Huuh, Taya bangun sendili. Ndak bangunin Mama sama Ayah."

" Pintarnya." puji kakeknya gemas. Huh cucu kesayangan, soalnya baru Taya saja cucunya.

" Kasan itu suala apa?"

Taya menyimak pemuda-pemuda membangunkan warga untuk sahur. Baru pertama kali mendengarnya, soalnya kalau di rumahnya sendiri tidak ada suara seperti ini. 

" Orang bangunin sahur, ramai loh. Seru.." jelas kakeknya gemas, soalnya raut wajah Taya terlihat sekali ingin tahu.

Apalagi suara musik dan teriakan itu semakin dekat.

" Lihat depan sana."

Tanpa menunggu persetujuan dari kakeknya, Taya berlari kearah gerbang rumah. Bocah gembul itu bahkan tidak memakai sandal sama sekali.

" Abang tunggu Nak. Pakai sandalnya dulu."

" Kasan, lame-lame loh..." bola matanya berbinar senang, mengabaikan pinta kakeknya untuk memakai sandal padahal sudah dibawakan dan disusul oleh sang kakek.

" Iya, sini Kasan bukain pintu. Lihat saja yah, tidak bisa ikut." Taya lebih baik dilarang dulu saja, daripada nanti tiba-tiba ingin ikut.

SAHURRRR, SAHURRRR...

SAHUR, SAHUR..

Suara itu menggema dengan ceria, tabuhan musik semakin memberikan kesan ramai.

" Sahul, sahul..." Taya ikut berteriak heboh begitu rombongan pemuda setempat melintas. Antusiasmenya terasa sekali.

" Sahul... Sahul..."

Bocah gembul itu ikut berteriak, padahal suaranya juga tidak terdengar. Soalnya kan kalah dengan suara musik dan suara para pemuda kompleks itu.

" Abang sudah yuk."

Kakeknya tiba-tiba menarik tangan cucunya dengan cekatan, pasalnya Taya ingin mengikuti rombongan tadi yang baru saja lewat depan rumah mereka.

" Ikut sana Kasan." Berontaknya minta dilepas tangannya.

" Nggak ada anak kecil pergi bangunin sahur."

" Taya mau ikut..." Taya menolak bujukan kakeknya untuk masuk, sepertinya seru sekali. Taya mau ikut.

" Belum boleh. Tunggu sudah besar baru bisa ikut." Jelas kakeknya sabar. " Masuk yuk, pintu gerbangnya mau Kasan tutup nih. Kan belum sahur kita."

" Ndak mauuuu,, Taya sudah Abang. Sudah besal. Mau ikut sana, sahul sahul."

Tentu saja bocah gembul itu menolak ajakan kakeknya untuk segera masuk.

Hello NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang