Hari Ketigapuluh 'Lebaran Bersama Taya'

3.6K 353 72
                                    

" Mama ada olang kasih uang loh. Buat apa?" tanyanya mengeluarkan semua uang yang ia dapatkan dari saku baju miliknya.

Ada untungnya juga yah baju lebaran Taya ada sakunya.

Disisi lain, Taya merasa heran kenapa orang-orang memberinya uang. Umm katanya buat jajan. Taya jajan ke toko beli susu saja. Atau kalau mau sesuatu minta sama mama atau ayah saja.

" Dikasih siapa?" Baheera heran putranya mendapatkan banyak uang.

Nominalnya lumayan, ada yang seratus ribuan satu, lima puluhan ada tiga lembar, lalu ada sepuluh ribuan dan lembaran lima ribuan yang lumayan banyak.

" Banyak, salam-salam sana kasih uang Mama." tunjuknya sembarangan. Taya sendiri nggak yakin siapa saja yang memberinya uang.

Uangnya dikasih tetangga nenek kakeknya. Tentu saja mereka mengenal Taya. Tadinya Taya tidak mau menerima, ingat perkataan mamanya tidak boleh menerima pemberian orang lain sembarangan. Tapi Taya disuruh ambil uangnya, lalu tanya sama ayah dan boleh katanya. Terus tadi juga Taya lihat Kasan sama Necannya bagi uang.

" Yang kasih merah-merah siapa?" tanya Baheera lagi.

" Ndak tau Mama. Salam-salam sana sama Ayah, kasih uang." Taya sibuk menghapus keringat miliknya akibat udara panas di luar.

Tak ada harapan bertanya kepada putranya siapa saja yang memberinya uang, pasti Taya tak terlalu peduli. Taya cuma senang keliling saja, ketemu orang banyak.

" Taya bilang apa waktu dikasih uang?"

" Bilang apa?" tanyanya bingung, umm kok mamanya tanya-tanya terus sih, kan tadi pergi kelilingnya sama ayah juga. Kenapa ayah tidak ditanya juga.

Ayahnya juga langsung ke kamar tadi, Taya tadi langsung laporan sama mama kalau ada yang kasih uang.

" Bilang makasih nggak Bang waktu dikasih uang?" tanya Baheera gemas.

" Bilang kok, suluh Ayah." jawabnya sambil lalu. " Anteuuuuu, ndak salam-salam?" Taya berlari menghampiri tantenya, mengabaikan mamanya.

Taya suka main sama Auntynya. Soal seru.

" Salam-salam kok, tapi nggak keliling kyak Abang, Kasan sama Ayah."

" Kenapa?" Taya mengekori langkah tantenya menuju dapur.

" Kan Aunty sudah salam-salaman waktu di masjid. Abang sapat THR nggak?" tanya Balqis iseng. Kan biasanya anak kecil suka dapat uang kalau lebaran.

" THL apa?" Taya ikut mengintip kulkas yang dibuka tantenya, sebanarnya ingin merasakan udara dingin dari kulkas.

" Itu uang yang dikasih orang Bang, waktu salaman itu. Pas Abang keliling sama Ayah sama Kasan."

Balqis menunggu keponakannya mengeluarkan kepalanya dari kulkas baru menutupnya setelah mengambil salad buah.

" Ada, banyak uang Taya. Simpan depan sana." tunjuknya tak terlalu peduli. Taya masih mengekori tantenya.

" Bagi Aunty dong."

" Anteu ndak ada uang?" tanyanya polos.

Wah nggak tahu saja Taya kalau uang tantenya banyak.

" Ada dong." pamer tantenya bangga. Prinsipnya kalau sama Taya jangan mau kalah, soalnya bocah gembul itu suka pamer.

" Uangnya mau buat apa?"

" Mauu...." Taya malah membuka mulutnya minta disuapi salad buah.

" Uangnya mau Abang pakai buat apa?" tanya Balqis lagi, walaupun sebenarnya Balqis Tahu kalau keponakannya itu tak terlalu mengerti mengenai uang.

Taya kan tahunya kalau mau sesuatu minta sama orangtuanya, atau nenek kakeknya. Sisanya memang tidak dibiasakan oleh orangtuanya untuk minta uang jajan.

" Ndak tauuu, taluh meja sana, sama Mama."

" Nanti minta lagi sama Mama yah." bujuk Balqis penuh profokasi.

Taya hanya mengangguk sekilas, fokusnya sudah teralihkan sepenuhnya pada salad buah milik tantenya.

Hello NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang