Hari Ketujuhbelas 'Mencari Takjil Bersama Taya'

1.9K 316 24
                                    

" Janji sama Mama nanti jangan lepas tangan Mama yah."

Sebelum keluar rumah Baheera harus membuat perjanjian tak tertulis dengan putranya itu. Harus bilang dulu sebelumnya.

" Bawa sepeda." pintanya ingin mengeluarkan sepedanya juga.

Masalahnya mereka akan keluar mencari takjil di depan kompleks rumah mereka. Kalau membiarkan Taya membawa sepeda dipinggir jalan raya bisa bahaya. Tidak, terimakasih. Baheera masih sayang putra gembulnya itu.

Antisipasi lebih baik.

" Mama bonceng. Pakai sepeda Mama."

" Sepeda Taya..." tolaknya tak ingin diboncengi mamanya.

" Kalau Abang pakai sepeda sendiri Mama yang khawatir. Nanti nggak bisa jaga Abang."

" Ndak usah jaga Mama loh."

Lah maksudnya bagaimana coba, masa iya mamanya membiarkan dirinya tak berada dalam pengawasan.

" Mana ada." gemas sekali Baheera dengan putranya itu.

Ada-ada saja. Masa iya Baheera membiarkan putranya hilang dalam pengawasan.

" Pakai sepeda sendili..." pintanya bersikeras.

Mereka sudah rapi, tinggal jalan saja dan mengeluarkan sepeda. Namun perdebatan ini tiada akhir.

" Mama boncengin atau nggak jadi cari takjil."

Lama kelamaan Baheera tak sabaran. Pada akhirnya mengambil jalan pintas. Memberikan pilihan yang sama-sama tidak baik dan tidak disukai putranya.

Baheera tahu ini tak baik. Nanti saja sepulang dari beli takjil baru dijelaskan.

" Ayoo. Beli jajan banyak banyak depan sana." pada akhirnya bocah gembul itu pasrah saja. Daripada tak jadi keluar mending ikuti kata mama saja.

Besok Taya bisa main sepeda sepuasnya. Sendiri. Nggak mau bonceng mama.

" Okeee. Ayo beli takjil."

Bisa dihitung jari mereka keluar beli takjil. Tidak sampai 3x selama puasa. Itu juga hanya beli es kelapa dan sedikit kue basah.

" Abang mau beli apa nanti?" Baheera mengajak putranya berbicara, takut Taya tidur.

Umm aman sih seharusnya. Soalnya Taya duduk di belakang dan memeluk pinggang mamanya erat.

Harus peluk mama.

" Beli apa Mama? Ada banyak ndak?" teriaknya senang. Soalnya mau jajan banyak banyak. Tentu saja senang.

" Banyak. Nanti kita beli kelapa muda yah. Umm Abang mau kue?" tawar Baheera.

" Mauuu. Yummi Mama?"

" Yummi kok. Oke, kita beli kue juga yah."

Mereka membutuhkan waktu sepuluh menit untuk tiba dijalan depan kompleks. Tentu saja dengan kecepatan sedang.

" Mama, banyak olang jual jual yah." Taya senang melihat banyak makanan.

Suasana ramai.

" Iya, rame Bang. Abang mau makan apa?"

Baheera menuntun sepedanya dan membiarkan putranya tetap duduk diatasnya.

Kan repot kalau harus menuntun sepeda dan menggandeng Taya.

" Ada donat Mama. Beli satu." Taya tergoda begitu melihat donat. Ada taburan gula kata mamanya.

Pasti yummi.

Tentu saja Baheera tak mungkin hanya membeli satu saja sesuai pinta putranya itu.

" Mama beli ini ndak?" Taya menunjuk sembarang jajanan yang ia temui.

" Apa?"

" Itu Mama.." tunjuknya kearah penjual es. Wah menggoda sekali, warna dan aromanya  menarik sekali.

Jadi lapar.

" Kita mau beli kelapa nak."

" Mama beli itu ndak?" tunjuknya ke arah lapak penjual kue basah.

Favoritnya Taya sekali.

Apalagi kalau ada klepon dan onde-onde. Taya suka mencabuti biji wijen ketika makan onde-onde.

PR sekali sebenarnya.

" Mama ada kepon." pekiknya girang begitu melihat jajanan favoritnya.

" Abang mau?"

" Mauuu, dua boleh Mama?" ijinnya manis.

" Kenapa dua?"

" Nanti shaling sama Mama sama Ayah."

Baheera tentu senang dengan jawaban Taya.   Bocah gembul itu ingat orangtuanya dan mau berbagi.

" Oke kita beli dua yah."

Hello NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang