Part 23

795 95 12
                                    

Previous chapter 22:

Seokjin terdorong, hampir terjerembab bila tak menggapai ujung meja untuk berpegang; merasa nyeri di lengan atas karena cengkeraman kuat yang ia dapatkan dari Jungkook. Gila, lelaki itu gila!

"Apa-apaan kau ini? Ingin membuatku mati?!"

"Kalau iya, kenapa? Toh, adikmu yang berulah dan mengirimu ke sini, 'kan?! Jadi, mati lebih baik. Benar?"

Seokjin kembali ditarik hingga berdiri sejajar, menatap tajam ke dalam manik bening tersebut yang kepayahan menahan sakit di lengan. "Keluar dari ruanganku sekarang juga, Kim Seokjin-Ssi. Atau kau benar-benar kubunuh di sini." Kata-kata tajam menusuk telinga laki-laki yang menyamar sebagai perempuan itu hingga buat amarah milik Kim Seokjin membuncah. Ia tak tahan lagi, menghentak tangan Jungkook kasar lalu beri satu tinju di rahang tegas Jeon Jungkook.

Lelaki itu oleng, mengernyit perih tatkala lidah mengecap rasa besi dari gusi yang terluka.

"Balasan untukmu karena membuat tanganku sakit. Ah, sepertinya aku menyesal sudah meminta tolong agar adikku yang bodoh bekerja pada orang temperamen sepertimu, Jeon Jungkook-Ssi. Cih!"

Selepas berujar demikian, Seokjin melenggang pergi, meninggalkan Jeon Jungkook dengan emosi lelaki tersebut yang membumbung naik.

"Sial!" Jungkook mengumpat marah.

-
-
-

Menarik satu kursi, Taehyung istirahatkan diri sembari punggung melorot pada sandaran. Jimin ikut duduk, mengusap peluh di pelipis. Mereka berdua habis bereskan kekacauan Cafeyang entah itu ulah siapa—Taehyung dihinggapi sesuatu janggal dalam kepala, maka tegakkan tubuh, duduk dengan benar; sepenuhnya taruh atensi pada Jimin.

"Jim." Langsung dapat dengungan dari yang dipanggil. "Siapa buat onar di Cafe kita? Menurut otak kecilmu yang lumayan berguna itu, siapa?"

Tolehkan muka hadap kiri, Jimin datar menjawab, "Kau sebenarnya ingin bertanya atau memulai perang? Bebenar kalau berucap."

Putar mata malas, Taehyung pilih acuhkan. "Baiklah, aku ubah. Menurut otakmu yang tidak berguna itu, siapa dalang dari kekacauan ini?" Lalu mengerjap dua kali dengan ekspresi polos.

Pemuda rambut ungu sebisa mungkin redam emosi karena gadis ini benar-benar menjengkelkan, berakhir diam; Jimin enggan bersuara.

Taehyung pundung, layangkan pukul keras di pundak si Pemuda Park, hingga suara ringisan serta usapan pada bagian yang sakit keluar dari mulut penuh bisa rayuan maut milik pemuda asal Busan, dan tentu saja sang Korban berikan delik jengkel ke si Pelaku.

Walaupun Taehyung ini perempuan, namun tenaganya kuat, diam-diam Jimin mengumpat tanpa suara.

"Tidak berguna sekali jadi teman, cih," gumam si Gadis Manis.

Memilih berdiri dan pergi menuju counter, bermaksud ingin ambil segelas air putih untuk ditenggak seorang diri, tapi dua caramel kembar terpaku pada satu titik fokus, Taehyung diam sambil tatap kertas kecil yang tertindih pulpen hitam. Maka tangan berjari panjang nan lentik menggapai, membaca sederet kalimat yang tertulis rapi.

'Ini belum seberapa. Ingat itu, Kim Seokjin.'

Dahi mengerut dalam, tubuh semampai bergegas menghampiri Jimin; sedang mengipas wajah dengan tangan. "Jim, Jimin!"

Unable of Leave [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang