Part 24

974 90 17
                                    


π

Jimin dan Taehyung duduk, lebih pilih diam, keduanya tidak berani angkat pandangan; sedang Seokjin, berdiri depan mereka sembari berikan delik sengit. Telunjuk kanan mengarah tepat ke wajah dua orang yang kaku, setelahnya suara lelaki Kim menggema hingga Taehyung serta Jimin terlonjak di tempat.

"Jelaskan sedetail-detailnya, mengapa Cafe-ku jadi seperti ini? Dan, mengapa kalian berdua ada di dapur dengan keadaan ... aish, menggelikan ...."

Menyerah, Seokjin ambil tempat, duduk dengan hela napas panjang, kembali tatap dua manusia beda kelamin itu sinis. "Masih tidak ada yang mau jawab?"

Taehyung, satu-satunya perempuan di antara dua lelaki, menyahut kesal. "Bagaimana kalau kau saja yang beritahu aku tentang maksud dari ini?"

"Loh, mengapa malah menyuruhku untuk–"

Buru-buru letakkan kertas putih di atas meja, sekarang Seokjin yang diam, alisnya mengernyit. Tangannya bergerak raih benda tersebut, membaca sederet kalimat yang buat ia seketika heran.

"Kau itu ada apa, sih? Jangan-jangan dugaanku benar?!"

Jimin di samping merotasi, berpikir kenapa otak gadis itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya otak orang normal bekerja. Taehyung dengan kepala sempit adalah kombinasi buruk, Jimin tidak menyalahkan lagi bila nilai gadis ini di bawah delapan puluh; waktu itu ia tak sengaja temukan selembar putih yang berisi perolehan poin di ujian si Gadis Kim.

"Maksudnya?" Seokjin tambah dibuat bingung dengan kalimat yang keluar dari adik bodohnya itu.

"Kau punya musuh? Atau menghamili wanita?!"

Seokjin melotot, tak habis pikir atas ucapan yang keluar tanpa beban dari mulut Taehyung. "Apa-apaan ucapanmu itu, huh?! Jangan menuduh tidak-tidak."

"Lalu?"

"Mana kutahu, Kim. Lagipula, aku merasa tidak pernah mengusik hidup orang lain, boro-boro mengurusi hidup orang, hidupku saja belum benar-benar terurus. Ini fitnah! Kau tahu, fitnah itu tindakan tidak terpuji!"

Mulai lagi. Taehyung putar mata lihat tingkah berlebihan sang Kakak. "Sudahlah, terserah!"

Gadis itu berdiri, tinggalkan dua laki-laki di sana, lama-lama pusing juga dibuatnya.

"Taehyung, aku belum selesai! Kau mau ke mana, hei!"

"Biarkan saja, Hyung, sekarang lebih baik kau bicara denganku tentang siapa yang mengacak-acak Cafe kita." Jimin tahan tangan Seokjin, kembali menyuruhnya duduk.

Akhirnya, kedua lelaki tampan tersebut mengalah, biarkan Taehyung pergi, sedangkan mereka bahas lagi tentang siapa yang buat onar di Seokji Aesthetic.

***

Taehyung tengah berjongkok, perbaiki tali sepatu yang lepas, bibir hati itu sibuk menggerutu, mengomel lirih karena kesal. Berdiri lagi, buang napas lewat hidung, wajah cantik merengut, lajukan kembali dua tungkainya di trotoar jalan. Sesekali tendang kecil kerikil yang menghalangi, Taehyung tidak tahu mau ke mana, dia sebal pada Seokjin juga Jimin.

Berhenti sejenak tuk ambil napas, manik hazel berpendar ke sekeliling, dilanjut oleh dahi mengerut, karena sifat Taehyung itu selalu penasaran alias ingin tahu; gadis mungil berjalan ke tempat duduk dekat pohon. Taehyung terpaku, mata membola. "Yak! Apa yang kau lakukan?!"

Yang diteriaki menoleh, Taehyung buru-buru rampas benda di tangan orang tersebut, langsung letakkan ke sembarang tempat. "Kalau ingin bunuh diri jangan di sini, Bodoh! Yang mainstream sedikitlah, lompat dari pesawat, misalnya? Kau itu–"

Unable of Leave [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang