part 3

3.1K 303 13
                                    

Malam ini seperti malam sebelumnya. Tungkai itu berjalan dengan santai menyusuri jalanan yang lumayan sepi. Kim Taehyung yang masih memakai seragam Waiternya dengan tas mungil tersampir di bahu kanan menunjukkan wajah kesalnya. Bibir itu maju beberapa inci ke depan, dan kedua alis menukik sebal.

"Dasar, Jimin sialan! Kenapa tidak mau menungguiku, sih?! Awas saja dia nanti, kuadukan dengan Yoongi-eonni!" seruan itu ia lontarkan dengan gumaman kesal. Tak lupa sesekali salah satu kakinya menendang kerikil yang menurutnya menganggu jalan.

Tadi Taehyung mengajak Park Jimin pulang bersama dengannya, tetapi pemuda itu malah menolak karena katanya ada urusan mendadak yang tak bisa ditunda lagi. Sempat mengiming-imingkan tawaran untuk membuatkan makanan kalau pemuda itu mau mengantarnya pulang, tapi ya, namanya orang terdesak, tetap saja tidak mau. Jadilah sekarang Taehyung harus rela berjalan kaki menuju rumahnya. Sebenarnya ia bisa saja naik angkutan umum, seperti bus. Tapi karena uangnya tak ada, mau tak mau, ya harus rela seperti ini saja.

"Sampai di rumah nanti, aku yakin, kakiku akan seperti kaki gajah! Ah, dasar, menyebalkan."

Dengan wajah tertekuk sebal, ia melihat ada sebuah botol minum kosong beberapa langkah darinya. Kakinya mundur satu langkah. Matanya memicing tajam menatap botol tersebut, memusatkan pandangannya ke arah botol yang menjadi objek matanya memandang. Lalu, dengan rasa kesal luar biasanya karena Park Jimin, gadis itu berlari ke arah botol tersebut; langsung menendang sekuat tenaga botol tak berdosa itu yang terpelanting jauh.

"Maaf, ya, botol yang malang. Salahkan saja Park Jimin yang membuatku kesal dengannya dan berakhir kau yang jadi sasaran amukanku," katanya dengan wajah datar.

Oke, salahkan saja Park Jimin. Kau selalu salah, Jim, kasihan.

Kim Taehyung mendadak melotot tatkala telinganya menangkap suara gonggongan seekor anjing di tempat botol itu ia tendang tadi. Apa mungkin mengenai hewan berkaki empat itu?

Oh, mungkinkah kesialan berikutnya yang harus gadis itu terima, masihlah ia menyalahkan Park Jimin?

"PARK SIALAN JIMIN! TERKUTUKLAH KAU!" teriak Kim Taehyung sebelum ia berlari kencang dari sana. Menjauhi tempat di mana ia dikejar seekor anjing besar.

Kakinya terus berlari, mencari tempat aman untuk bersembunyi dari kejaran anjing tersebut. Matanya menatap pagar rumah yang terbuka, lalu dengan tergesa dan napas tersengal akibat jantung yang berdetak di atas normal, gadis itu masuk ke sana. Bersembunyi di balik tembok ---setelah sebelumnya menutup pagar besi tersebut, mengatur napas yang ngos-ngosan.

Gadis ini mengambil sebuah kayu untuk mengusir anjing yang terus menggonggong memekakkan telinga. "Hush, hush, pergi!" ucapnya setengah berteriak.

Usahanya cukup berhasil. Anjing itu sepertinya sudah lelah dipukuli oleh kayu dari Taehyung. Anjing itu kabur setelahnya.

Taehyung mengembuskan napas lega, tangannya yang semula memegang kayu ia lepaskan. Gadis itu akhirnya terduduk di tanah dengan punggung menyandar di tembok. Memejamkan mata sejenak.

"Siapa kau?"

Suara seseorang mengejutkannya yang sedang mengatur napas.

"Kenapa kau berada di dalam halaman rumahku? Pencuri, huh?" lanjutnya.

Kim Taehyung mendongak. Matanya bertemu tatap dengan sepasang mata kelam yang sedang menatapnya penuh curiga. Gadis itu lalu berdiri, menegakkan tubuh di depan pria yang tingginya lumayan, sehingga ia harus sedikit mendongak.

Pria itu memakai kaos putih pas badan, yang membentuk sempurna tubuh tegapnya dengan bisep yang terlihat di lengannya yang kekar. Memakai bawahan jins hitam yang melekat di kakinya.

Huh, apa-apaan ini? Kenapa dia tampan sekali?! Benak Taehyung.

"Maaf, Tuan. Aku tadi tidak sengaja masuk ke halaman rumahmu. Karena aku tadi dikejar anjing," katanya.

Pemuda dengan rambut hitamnya itupun bersedekap tangan, menampilkan raut dingin tak mengenakkan mata.

"Keluar."

Satu kata itu membuat Taehyung memandang tak percaya. "Apa?"

"Aku benci mengulang perkataan yang sudah kukatakan sekali."

Taehyung mendengkus jengkel. "Tidak perlu kau usir, aku akan pergi. Dasar, Ajhussi tua." ucapnya kesal.

Jeon Jungkook melepas kedua tangannya dari dada. "Aku tidak setua itu, Nona," katanya dengan nada sedikit kesal.

"Terserah. Aku tidak peduli!"

Dengan itu Taehyung pergi dari sana. Tak lupa menutup kembali pagar besi rumah Ajhussi yang ia jadikan tempat bersembunyi dari kejaran anjing tadi.

Kim Taehyung berbalik menghadap pria yang ia panggil Ajhussi tadi, lalu mengangkat jari tengahnya ke arah Jeon Jungkook dengan raut nakalnya. Setelah itu, ia benar-benar pergi meninggalkan kawasan rumah mewah tersebut.

-
-
-

TBC!

Unable of Leave [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang