part 1

5.2K 323 3
                                    

Sebuah mobil hitam berhenti di halaman luas sebuah gedung pencakarlangit, dengan dinding-dinding kaca berlapis tebal. Seorang lelaki turun dari mobilnya setelah pintu itu dibukakan oleh penjaganya. Lelaki itu merapikan sedikit kerutan di jas abu-abunya, ia menapakkan kaki panjangnya yang berbalut celana bahan dan juga pantofel hitam yang mengkilat. Matanya menatap lurus ke depan dengan iris kelam yang lelaki itu miliki. Satu tangan ia selipkan di dalam saku celananya yang berwarna senada dengan jas yang ia kenakan.


Lelaki itu bergumam. "Ternyata sama saja, tetap tidak ada bedanya. Cih, membosankan."


Kakinya pun melangkah ke arah gedung tersebut, ---kalau tidak mengingat siapa orang menyuruhnya datang, ia tidak akan sudi menginjakkan kakinya ke sini--- gedung Perusahaan milik Ayahnya.


Lelaki itu berjalan memasuki lobi, dengan wajah dingin yang melekat di wajah tampannya, ia melewati sang Resepsionis yang membungkukkan tubuh di balik mejanya. Ia terlalu malas menanggapi sapaan ramah dari sang Resepsionis. Jadi, yang ia lakukan hanya mengganguk kecil.


Kedua kaki Jeon Jungkook, ---nama lelaki tampan dengan sejuta pesonanya yang siap menjerat siapapun, termasuk kucing betina sekalipun. Okay, ini berlebihan--- yang semula ingin memasuki sebuah lift, terhenti. Ia melirik pada dua bodyguardnya dari ekor matanya yang tajam, lalu berujar pada keduanya. "Berhenti mengikutiku. Aku tidak suka kalian mengikutiku. Pergi," Nada dingin itu meluncur dari belah bibirnya yang mengeluarkan suara datar yang berat di ujung lidah.


Keduanya yang mendengar, pun, lantas mengangguk dan membungkuk sopan. "Baik, Tuan Muda."


Setelah itu, Jeon Jungkook melangkahkan tungkainya memasuki lift. Jari kekarnya menekan angka 26 di mana ia bisa bertemu dengan Tuan Jeon Jungsuk, ---Ayahnya, sekaligus sang Pemimpin Perusahan J. Corpresion ini---.


Terdengar bunyi dentingan dari lift, lalu pintu itu terbuka dan lelaki itupun keluar dari lift tersebut. Dengan masih menampilkan wajah acuh tak acuhnya, ia berjalan di koridor menuju ruang pribadi sang Ayah. Sempat berpapasan dan disapa oleh beberapa karyawan yang lewat di situ, ia pun membalas seadanya, lebih tepatnya tidak peduli.


Jungkook memasuki sebuah ruangan dengan luas yang tak bisa dibilang kecil, ruangan ini luas. Terdapat meja kaca dengan miniatur dan papan nama di atasnya, terdapat pula laptop mahal di tengah-tengahnya. Kemudian Jungkook pun membungkuk dengan sopan di depan meja tersebut yang di baliknya menyembunyikan sang Ayah yang sedang terduduk membelakanginya.


"Annyeonghaseyo, Appa." sapanya, kelewat datar.


Pria berumur 50 tahun tersebut memutar kursinya perlahan menghadap sang anak. Senyumpun perlahan mengembang di kedua sudut-sudut bibirnya. "Ah, kau datang juga, Nak. Bagaimana kabarmu? Kuharap kau baik-baik saja,"


"Seperti yang kau lihat, aku lebih baik dari apa yang diprediksikan oleh otakmu itu." ucapnya terdengar dingin dan menusuk.


Tuan Jungsuk terkekeh mendengar nada yang anaknya ucapkan. Ia menegakkan tubuhnya, lalu menautkan jari-jemari yang mulai mengeriput tersebut di atas meja.


"Apa kau masih membenciku?" tanya Tuan Jungsuk pada Jeon Jungkook.


Lelaki yang ditanyai pun menatap sang penanya dengan sorot dingin yang terpancar dari iris kelamnya. "Aku membenci basa-basi, kau tahu itu. Jadi, cepatlah katakan apa maumu menyuruhku untuk datang ke sini?" Itulah Jeon Jungkook, tak mau menjawab dan malah memberikan pertanyaan juga pada lawan yang memberinya sebuah pertanyaan yang belum ia jawab sekalipun. Jungkook terlalu malas berteleh-teleh.


"Tidak pernah berubah, kau, Nak. Baiklah, akan aku kasih tahu mengapa aku menyuruhmu datang ke tempatku,"


Berdeham untuk sekedar formalitas. Jungkook berdecak melihatnya.


"Aku ingin kau ke Jepang minggu depan untuk mengurus sesuatu di sana. Dan aku tidak mau mendengar alasan apapun agar kau bisa membantahku, Jeon Jungkook." Suara pria itu berubah menjadi mengintimidasi. Terdengar tegas, dan tidak mau dibantah.


"Kenapa harus aku? Kenapa tidak kau suruh saja Kim Namjoon mengurusinya? Kau tahu, 'kan aku harus pergi minggu depan?" kata Jungkook.


"Ya, aku tahu itu. Tapi ini tidak bisa kalau hanya mengandalkan Kim Namjoon, Jungkook-ah. Harus kau yang turun tangan langsung. Aku tidak mau perusahaan kuhancur di sana. Pergilah, atau kau akan menyesal." ucapnya dengan nada tenang.


Jungkoook menatap pria di depannya dengan tajam, menahan diri untuk tidak melayangkan kepalan tangannya melihat senyum licik yang bertengker di bibir pria ---yang sayangnya adalah Ayah kandungnya sendiri--- itu.


"Terserah."


Setelahnya, ia pergi dari hadapan sang Ayah. Membanting pintu itu dan keluar dari sana.

-
-
-

Tbc.

Unable of Leave [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang