Punggung menghentak pelan ke body mobil. Mata bulat tersebut melototi orang di depannya. Jungkook tetap menampilkan wajah datar andalan. Tubuh kekar itu terus mempersempit gerak lawannya yang sekarang sudah benar-benar tidak bisa lari ke mana-mana.
Taehyung agak was-was pada Jungkook. Maka dengan sekuat tenaga, ia mendorong kedua bahu Jungkook agar menjauh.
Dengan berani ia menginjak kaki berbalut pantofel hitam beringas. Menimbulkan pekikan lelaki tampan tersebut.
"Sial!" Jungkook mengumpat dengan ringisan.
"Sakit, 'kan, Ajhussi Tua? Ah, itu cuma kaki. Bagaimana kalau kutendang benda pusaka yang tersimpan di balik celanamu? Oh, pasti lebih menyakitkan lagi. Hahah. Oke, bye!"
Sebelum Kim Taehyung benar-benar pergi, ia memberikan kiss bye untuk Jeon Jungkook lalu berlari terbirit-birit sampai lupa kalau punggung tangannya terluka akibat infus.
Jungkook memandang bengis ke arah di mana gadis usil itu lenyap.
"Awas saja kau Kutu Beras. Akan kubalas di hari esok!"
Jungkook mati-matian menahan rasa geram karena gadis itu. Semenjak bertemu Taehyung, hidupnya selalu sial. Yang dari terkena siraman kopi di tangan lalu sekarang kaki yang diinjak.
Terkutuklah kau gadis pecicilan! Murka Jeon Jungkook dalam hati.
***
Taehyung mengendap-ngendap memasuki kamar rawatnya. Menggenggam gagang pintu lalu masuk ke dalam. Ia menghela napas lega saat tahu ruangannya kosong—yang berarti tidak ada seorang pun di sana.
"Dari mana kau, Kim Taehyung?"
Suara berat yang berasal dari balik pintu kamar mandi menampar gendang telinga. Kepalanya buru-buru menoleh, melihat Kim Seokjin di sana senang melipat lengan di dada.
Matilah aku! Kim Taehyung meraung dalam hati.
Senyum kotak terbit di wajah gadis Kim, menatap kakaknya sambil mengerjap polos.
"Hai, Oppa. Kenapa kau di sini? Tidak membuka Cafe?"
Seokjin memandang Taehyung datar. Ia mendekat ke arah adik bandelnya lalu berdiri tiga langkah di hadapan gadis bersurai panjang.
"Tidak usah berbasa-basi kau, Kim Taehyung. Jawab, dari mana saja, huh?" Nada yang dikeluarkan dingin dan tajam secara bersamaan. "Kau senang sekali membuat masalah, ya? Tak pernah jerahkah?"
Taehyung langsung diam, menundukkan pandangan ke bawah menatap lantai rumah sakit. Punggung tangan yang berdarah ia sembunyikan di balik punggung.
Namun saat mata Seokjin menanggap kejanggalan dari Taehyung, ia langsung menarik tangan gadis itu. Melihat ada luka di punggung tangan Taehyung, lelaki ini berdecak.
"Berapa banyak lagi luka yang kau buat, hah? Tidak cukupkah kepala yang hampir pecah ini?!" Jari telunjuk mengetuk kepala yang terperban. Menimbulkan ringisan kecil dari sang Keras Kepala.
Seokjin secara refleks mengeratkan genggaman pada lengan Taehyung. Taehyung melotot pada kakaknya dengan marah.
"Sakit, Bodoh, lepaskan!" Taehyung menghentak tangan Seokjin paksa dengan tangan satunya hingga terlepas.
"Kau mau membuat tanganku bertambah sakit? Perlakukan wanita itu dengan lembut. Ini malah kasar!" ucap Taehyung mengelus titik cengkeraman di lengannya.
Seokjin memutar mata sekilas. Lelah menghadapi Taehyung yang begini. Lelaki itu menghela napas, mencoba berdamai dengan diri sendiri yang ingin memarahi adiknya.
Maka Seokjin mengambil tangan Taehyung untuk ia bawa ke ranjang. Taehyung menurut, bocah berumur sembilan belas tahun itu memandang kakaknya dengan wajah polos. Dalam hati bertanya, inikah Kim Seokjin?
Bahu gadis manis tersebut ia dorong lembut—menyuruhnya untuk duduk—membuat Taehyung menatapnya curiga.
Setelah memastikan Taehyung duduk di pinggir ranjang, Seokjin bergegas mengambil kotak pertolongan pertama—membawa benda tersebut di genggaman.
Seokjin berlutut di depan Taehyung, meletakkan kotak putih berlambang merah di samping Taehyung yang terduduk.
Taehyung hanya diam menatap kakaknya yang berubah lembut. Memandangi Kim Seokjin cengo.
Seokjin mulai mengobati tangan sang Adik. Pandangan mata hanya fokus ke pekerjaannya—membalut luka di kulit putih itu dengan hati-hati.
'Tak kusangka. Seokjin Oppa bisa juga bertingah sweet begini. Aaa, kalau dia bukan kakakku, pasti aku akan menyukainya. Hehe,' batin Taehyung cengengesan.
"Jangan seperti ini lagi, Taehyung. Aku khawatir kau kenapa-kenapa. Kau tidak tahu seberapa takutnya aku saat kau kabur-kaburan seperti ini. Aku mohon, jangan membuatku was-was. Karena hanya kaulah yang kupunya. Hanya kau satu-satunya yang Tuhan sisakan untukku di dunia ini setelah appa dan eomma tiada."
Seokjin mendongak menatap kedua bola mata Taehyung sambil menggenggam sepasang tangannya, lembut. "Oppa sangat amat menyayangimu lebih dari diri Oppa sendri."
Gadis Kim diam lalu memeluk Seokjin.
"Maafkan, Tae, Oppa." ucapnya pelan.
-
-
-Tbc.
Halloo? Masih stay nunggu cerita ini? '-'
Maap kalo part ini mengecewakan T.T
Semoga epep ini masih laku T.T

KAMU SEDANG MEMBACA
Unable of Leave [KOOKV]
Storie d'amoreSummary: Aku tak mampu pergi dari orang yang telah merubah hidupku, aku akan hancur seperti kaca, apabila tak bersamanya. Karena dia hidupku berwarna. : : : : KookV GS. MinYoon GS. Start on Wattpad: 10 Juni 2019.