Part 25

697 77 15
                                    

Sudah tiga hari terlewat dari kejadian Cafe yang berantakan, kini tempat itu buka lagi seperti biasa. Taehyung, Jimin dan beberapa karyawan sedang sibuk-sibuknya melayani para pengunjung, hanya Seokjin yang santai berdiri depan meja kasir sembari menyoret di atas lembar kertas; menyatat semua laporan pengunjung yang datang hari itu.

Taehyung tampaknya sudah mulai bosan, ia juga merasa sedikit lapar, maka hampiri Seokjin di meja kasir—sempat terbesit di pikiran ingin menanyai tentang bagaimana cerita Seokjin pada saat ia suruh menyamar sebagai dirinya beberapa hari lalu, dan tentu saja bagaimana lelaki Jeon itu bereaksi, tapi Taehyung agak malas setelah lihat sang kakak—berdiri dengan satu tangan mengkipas wajah.

Tatapan Seokjin terganggu, lalu beri lirik jemu ke Taehyung. Seokjin angkat satu alis, melipat lengan, memandang Taehyung malas. "Kenapa?"

Taehyung tunjukkan wajah kusut. Seokjin berdecih pelan.

"Lapar, Oppa." Kemudian anak itu rubah ekspresi jadi melas. "Aku ingin makan, boleh, ya?"

"Tidak."

Jawaban yang diberi Seokjin sukses buat Taehyung terperangah dramatis. "Tega sekali." Taehyung merengut, ia benar-benar dongkol. "Dasar, Kakak Durhaka!"

Setelah menghentakkan kaki, gadis itu balik badan, ingin pergi keluar untuk bebersih di meja pengunjung yang sudah kosong—daripada lihat lelaki menyebalkan ini di sini.

Jimin datang dari arah dapur, alisnya mengernyit saat matanya tangkap Taehyung yang sepertinya kesal lagi. "Ada perang lagi, Hyung?"

Yang ditanyai angkat bahu—samar-samar mengumpat karena Jimin datang tiba-tiba, mengagetkan saja—kembali pada aktivitas sebelumnya. "Katanya lapar, tapi malah mengadu padaku. Aduh~ anak itu kapan dewasanya?! Lama-lama kunikahkan saja dia dengan Bo-gum."

Jimin terkekeh geli sebagai respon atas ucapan Seokjin yang gemas pada perempuan sembilan belas tahun, lalu menepuk singkat bahu tegap laki-laki Kim. "Sabar, Hyung. Seperti tidak tahu anak itu saja." Kemudian berlalu sebelum Seokjin menimpali.

Sementara itu, kita lihat apa yang Taehyung sedang lakukan di halaman depan Cafe.

Helaan napas keluar, Taehyung banting lap yang ia bawa dari dalam ke atas meja bundar di hadapan. Bibir itu mengerut kesal; lantas dudukan diri pada satu kursi kosong samping kiri. Menopang dagu dengan sebelah tangan, Taehyung mengomel sendirian.

"Aku lapar! Kenapa Seokjin sialan itu tidak pernah mengerti, huh?! Bisanya bikin emosi saja. Aku juga butuh tenaga! Lihat–pipiku menirus–lenganku tidak ada dagingnya! Huaaa, eomma~ Seokjin oppa kejam padaku."

Berakhir menelungkupkan wajah di atas meja sehabis mendumel, tidak lupa dua kaki menghentak-hentak geram.

Tidak sadar atau memang Taehyung malas untuk bangun dari posisinya, di samping kepalanya sudah ada satu roti dan sekotak susu rasa caramel ukuran 200 ml. Wajah manis itu berbalik—Taehyung mulai sesak napas karena posisi menelungkupkan muka menghadap meja—agaknya heran saat temukan makanan ini berada di dekatnya.

"Untukku?" tanya Taehyung pada diri sendiri.

Tangannya gapai roti, menggenggam dengan keadaan pipi yang di letakkan pada dasar meja, tapi tidak lama dari itu, Taehyung tegakkan tubuh; duduk dengan benar sebagaimana mestinya orang normal biasanya duduk.

Unable of Leave [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang