part 2

3.9K 284 8
                                    

Kakinya berpijak pada lantai dasar Gedung J. Copresion, melangkah dengan aura kelam yang menguar dari tubuhnya, menuju pintu keluar Gedung ini. Saat ia keluar, mobil mewahnya sudah terparkir di depannya, dan Jeon Jungkook masuk setelah pintu terbuka.

Menghela napas kesal, punggungnya ia sandarkan di tempatnya. Mata itu menatap lurus ke depan dengan rahang yang mengeras, bahkan, tangannya mengepal, menunjukkan urat-urat kekar di punggung tangan tersebut.

"Antar aku ke rumah, sekarang." Perintahnya.

Sang bawahan mengangguk dengan sopan tanpa disuruh dua kali.

Jeon Jungkook kembali mencoba mengontrol emosi. Mencoba tidak meledakkan amarahnya saat kepalanya kembali memutar senyuman licik yang tersemat di sudut-sudut bibir Pria itu. Jungkook terlalu membenci senyumannya.

Karena di balik senyum yang terlihat ramah itu, menyimpan banyak tipu muslihat, Jungkook terlampau tahu tabiat Tuan Jungsuk, Ayahnya.

***

"Yak! Kembalikan, dompetku, Jimin!"

Teriakan yang memekakkan telinga itu sungguh membuat Kim Seokjin mengorek kupingnya dengan ujung jari. Telinganya kembali berdengung karena suara Kim Taehyung, adiknya yang paling cerewet.

"Tidak mau! Sampai kau memberikanku nomor Whatshapp Min Yoongi," Kekehan kurang ajar Park Jimin kembali membuat tanduk di kepala Taehyung bertambah panjang.

Jadi, sebenarnya ini berawal dari Park -Bantet kurang kalsium- Jimin, yang meminta nomor sang pujaan hati lewat Taehyung. Gadis itu memberikannya, tapi, ya, namanya juga Kim Taehyung, dia gadis jahil, cerewet, suka seenaknya, tidak tahu malu, jadilah Park Jimin terkena zonk darinya. Gadis itu bukannya memberikan nomor Min Yoongi, malah memberikan nomor Irene, ---gadis yang menyukai Jimin. Habisnya Taehyung kasihan dengan gadis itu, selalu diabaikan oleh Park Jimin.

"Jimin, aku janji, aku akan memberikanmu nomor Yoongi-eonni, tapi kembalikan dompetku dulu!" serunya. Wajah gadis itu sudah dibanjiri oleh keringat dan napas ngos-ngosan.

"Tid---"

Kim Seokjin yang akhirnya turun tangan.

"PERGI KALIAN BERDUA DARI CAFEKU!" teriak Seokjin murka.

Tepat setelah itu, kedua pembuat onar pun berlari keluar dari dalam Cafe sang pemuda berbahu lebar.

***

Napas keduanya tersengal, sibuk mengatur detak jantung masing-masing yang berlari setelah diteriaki oleh Kakak Kim Taehyung, Kim Seokjin. Taehyung melirik dompetnya di tangan Jimin yang membungkuk dengan kedua tangan bertumpu pada lutut. Dengan gesit Taehyung menarik dompetnya saat Jimin lengah.

"Yes! Dapat juga," ucap Taehyung dengan nada kemenangan.

"Yak! Curang kau, Alien!"

"Hei, tidak ada Alien yang cantik seperti diriku, loh. Aku itu bidadari." katanya dengan pede.

"Dalam mimpimu, Kim."

Taehyung berdecak dan mencibir pemuda di sebelahnya. Lalu tungkainya melangkah ke arah kursi dan terduduk di bawah payung yang menaungi. Jimin mengikuti gadis itu, mendaratkan pantatnya di kursi sebelah Taehyung.

"Sekarang, berikan aku nomor Whatshapp Yoongi, Kim," Melirik malas pada gadis yang kini sibuk memeriksa isi dompetnya "Ayolah, Kim Taehyung, isi dompetmu itu tidak ada yang hilang!" Jimin geram melihat tingkah gadis di sampingnya.

"Aku hanya mengecek, apa salahnya? Siapa tahu kau ambil sesuatu, 'kan?" ucapnya dengan raut polos.

Membuat Jimin mendengkus kemudian. "Whatever!"

Taehyung akhirnya terkekeh. "Ya sudah, akan kuberikan, tenang saja," Tersenyum setelahnya. "berikan ponselmu?" Tambahnya lagi.

Jimin lalu memberikan apa yang Taehyung minta, tetapi sebelum itu, Jimin berujar. "Kali ini kau tidak akan menipuku lagi, 'kan?" tanya Jimin dengan mata memicing sengit penuh efeksi curiga.

Gadis itu langsung menggeleng, dan mengangkat dua jari membentuk V sigh. "Ah, lama!" katanya langsung menyambar ponsel pemuda itu.

Setelah mengetik beberapa digit nomor di layar ponsel Park Jimin, gadis itu menyerahkan kembali benda pipih itu pada pemiliknya.

"Sudah?" tanyanya.

"Sudah."

"Ah, aku mencintaimu, Macanku!"

"Ew, menjijikkan." balas Kim Taehyung dengan muka jijiknya.

***

Jeon Jungkook berdiri di balkon dekat pembatas besi berwarna hitam di kamarnya yang terletak di lantai dua rumah megah miliknya. Meletakkan lengan di atas pembatas besi tersebut. Lelaki itu memandang jauh, kembali mengingat kejadian 8 tahun yang lalu. Disaat dirinya masih terbilang muda. Kejadian saat di mana Ibunya pergi untuk selama-lamanya dari hidup lelaki berusia 28 tahun ini.

"Aku benar-benar membenci Pria itu sampai kapanpun." lirihnya dengan tangan mengepal kuat. "Karena dirinyalah, aku harus kehilangan ibuku. Kalau tidak mengingat dosa, aku yakin, telah lama ia kukirim ke neraka sana," Bahkan, Jungkook amat sangat membenci Jeon Jungsuk, Ayahnya.

-
-
-

TBC.

A/N: Ada yang rindu, FF ini? :v

Unable of Leave [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang