Part 17

2.1K 196 17
                                    


Pukul sembilan lewat empat puluh tiga menit dua puluh satu detik; kaki berbalut jins biru sampai di depan pintu masuk sebuah Cafe. Hazelnya perpendar ke dalam dari balik pintu transparan di hadapan—lantas tersenyum saat tak menemukan orang yang biasanya berjaga di meja kasir.

Mendorong pelan—nyaris tak bersuara—melangkah cepat hingga sebuah panggilan memberhentikan lajunya lalu mendengkus geram.

"Kim Taehyung."

Tubuh ramping itu berbalik terpaksa. Menampilkan raut datar; kerutan di kedua alis yang hampir menyatu. Kim Taehyung memandang Kim Seokjin protes.

Kepala bersurai ungu menyembul dari meja di barisan pertama dekat tembok kaca Cafe. Di tangannya ada kain lap dan cairan pembersih. Pemuda itu menatap kedua kakak beradik di seberang dengan wajah menahan sesuatu.

Gadis Kim berujar, "Ayolah, Oppa, aku tidak betah sendiri di rumah."

"Kenapa susah sekali membuatmu diam untuk satu minggu, huh?" Decakan malas diterima Seokjin dari Taehyung. Gadis itu memilih diam. "Kalau sampai kau kenapa-kenapa, jangan salahkan aku."

Kemudian lelaki itu berlalu, menghilang di balik pintu putih. Taehyung memandang bayangan sosok kakaknya yang senyap setelah pintu tertutup. Menghentak sekali dan memilih menghilang ke ruang ganti.

"Tontonan macam apa ini." Jimin melirih; setelah meletakkan benda di tangan ia berjalan terburu ke kamar kecil. Omong-omong, pemuda itu memang benar-benar sakit perut.

Taehyung keluar dari ruangan ganti sambil membenarkan ikat rambut. Tubuhnya berhenti lalu berkecak pinggang, menatap ke seluruh Cafe. Ada senyum di bibir saat matanya menemukan hal yang menurutnya menyenangkan.

Maka Taehyung membawa raganya menghampiri pelanggan pertama yang datang. Saat sudah berdiri di samping orang itu, ia berdeham; mengeluarkan note kecil dan pulpen.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanyanya ramah.

Orang itu perlahan menengadah, memperlihatkan parasnya. Menolehkan wajah ke gadis pelayan lalu tersenyum sambil melambai.

Bagai dihampiri badai tornado, Taehyung membolakan maniknya melihat wajah ini lagi.

"Hai, Kutu Beras." Suaranya terdengar menjengkelkan bagi telinga Kim Taehyung.

Taehyung tertawa—keras sekali, lalu terdiam. "Aish."

Jeon Jungkook menarik senyum, menatap raut kesal di tampang Kim Taehyung yang datar—itu menyenangkan sekali untuk Jungkook.

"Right! Aku lagi." Ia membalas jenaka.

Taehyung menatap malas lelaki berkemeja putih dengan lengannya digulung sampai siku, memperlihatkan kekokohannya bersama urat-urat yang menonjol sexy. Taehyung meringis ngeri dalam hati.

"Sudah, ya, aku lelah." Belum sempat pergi tangannya ditahan untuk tetap tinggal. Taehyung menoleh dengan raut putus asa. "Kau ini kenapa? Masih dendam denganku hingga menganggu terus seperti ini?!"

"Hei, tidak perlu tarik urat. Aku ke sini hanya ingin membeli satu cangkir kopi dan sarapan, tidak lebih dan tidak kurang."

Taehyung menarik tangannya, mengelapnya di bagian yang Jungkook pegang tadi—sambil mengoceh. Mata arang milik Jungkook tampak terhibur melihat itu. Gemas.

Taehyung menekuk satu tangan di pinggang, gestur bosan, memandang lelaki yang membuatnya jemu akhir-akhir ini.

"Ahjussi Tua, kuperingatkan padamu untuk pergi saja. Aku benar-benar lelah melihatmu, ayolah! Kau itu seperti lalat di atas bunga pasir, mengerti tidak?!"

Unable of Leave [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang