"Siapa sangka hari itu telah tiba dan ini adalah awal dari perjalanan cintaku"
Hanin Raihana Syahira
****
Hanin pov
Hari yang ku tunggu-tunggu akhirnya tiba, akad pernikahan yang di adakan di aula pondok pesantren milik Abi, yang telah di sulap menjadi sebuah pernikahan ala di hotel-hotel bintang lima.
Melibatkan dua ribu tangkai bunga mawar putih asli dan ribuan tangkai bunga mawar palsu, kebahagiaan tercetak jelas di mata Abi dan umi ku menyambut kedatangan para tamu undangan.
Aku dengar dari beberapa orang tadi bahwasanya rombongan pengantin laki-laki sudah sampai di depan dan pernikahan akan segera dilaksanakan, hatiku berdebar kencang perasaan ku sangat gelisah entah kenapa.
Aku mendengarnya saat mengucapkan akad nikah dengan bahasa Arab dan setelah itu di susul dengan suara teriakan dari para tamu undangan yang hadir di akad pernikahan ini, aku tak menyangka bahwa detik ini juga aku sudah sah menjadi istri dari orang yang sama sekali tak aku ketahui.
Umi datang dan memelukku sambil menangis, lalu ia membawaku menuju ke aula pondok pesantren. Semua pasang mata terarah kepadaku, karpet merah yang membentang di seluruh ruangan dan aku mulai berjalan ke arahnya yang sudah berdiri jauh di sana.
Aku tak berani menatap wajahnya tepat saat aku berada di depannya, aku terkejut bukan main karena apa laki-laki yang menjadi suamiku adalah laki-laki yang aku lihat tempo hari saat fitting baju pengantin. Ia tersenyum kearah ku menyadari keterkejutan ku, ia memberikan tangannya ke arahku.
Dengan malu-malu aku menerima uluran tangan itu dan mencium tangannya, sedangkan ia melafalkan doa tepat di atas ubun-ubun ku lalu mencium keningku lama. Tak terasa air mata jatuh membasahi pipiku ia menghapus air mata itu dengan tangannya sendiri sambil berkata
"Jangan menangis ini hari bahagia kita."ucapnya aku hanya mengangguk lalu dia membawaku kembali ke kamar karena aku dan dia butuh waktu untuk saling mengenal lagi.
Saat di dalam kamar ia mendudukkan aku di tepi ranjang dan setelahnya ia menutup pintu kamar ku berjalan lagi ke arahku dan duduk di sampingku, ia tersenyum simpul ke arahku dan aku hanya diam memandanginya wajah ini benar-benar tak asing bagiku.
Tapi dimana aku bertemu dengannya selain saat fitting kemarin, aku bertanya-tanya di dalam hatiku tentang siapa laki-laki ini.
"Kamu masih tak mengenaliku Ning?"tanyanya, aku menggeleng pelan namun bukannya marah dia malah mengacak rambutku lalu tersenyum lagi.
"Aku Rafka Arshan Fathan,"ujarnya, aku pun langsung menatap wajahnya tak percaya.
"Rafka sahabat bang Hanif, yang dulu sering main ke ndalem."ujarku, ia tersenyum kepadaku.
Ya Allah, aku malu sekali laki-laki ini telah menjadi suamiku dulu pertemuan kita hanya sekedar aku mengenal ia sebagai seorang Gus dan dia yang sangat menghormati ku sebagai seorang Ning di pesantren ia menuntut ilmu.
Bahkan pertemuan selanjutnya itu di panti asuhan milik Abah Syahrul dan ibu Arsya, apa dari mulai saat itu Abinya memintaku langsung dari orangtuanya.
"Kamu tahu kalau kita bakalan di jodohkan?"tanyaku.
"Aku juga gak tahu tapi saat aku tahu kalau wanita itu adalah kamu, aku langsung antusias mengikuti perkembangan perjodohan ini."jelasnya.
"Maksud kamu?"tanyaku lagi.
"Aku akan jujur sama kamu, aku udah suka sama kamu sebelum aku tentang perjodohan ini. Entah kenapa wajah kamu selalu muncul dalam benakku, tapi aku gak tahu kalau itu cinta atau bukan perasaan tadi hanya perasaan kagum terhadap kamu."jelasnya.
"Tapi saat ini aku pun tak memiliki perasaan apapun untuk kamu, namun mulai sekarang aku akan belajar untuk mencintai kamu."ujarku.
"Iya aku tahu itu dan aku tak akan memaksakan kamu untuk mencintai ku secepatnya hanya saja mulai sekarang kamu harus belajar menerima aku."jawabnya.
Aku tersenyum kearahnya dan aku berjanji mulai hari ini aku akan membuka hatiku untuknya, keberadaan dirinya adalah Kenyataan dan takdir yang memang telah di garis kan untukku.
Ia mendekatkan wajahnya ke kening ku, lalu mencium keningku lama setelah itu aku dan dia pun keluar dari kamar. Karena masih banyak tamu undangan yang hadir juga karena memang resepsinya akan di adakan di Jakarta dan di Tanggerang bukan di Cirebon.
Awalnya memang akan di adakan di Cirebon namun nenek dan kakek merubahnya mereka bilang kalau teman-teman ku pasti ingin datang juga ke pernikahanku kepada Abi, jadi besok aku dan seluruh keluarga besar ku akan berangkat ke Jakarta.
"Kamu capek duduk aja."ujarnya kepadaku, aku menggeleng pelan lalu tersenyum simpul kearah Rafka.
Ia memegang ponselnya lalu dengan secepat kilat ia mengambil fotoku, aku yang sadar pun dengan cepat mengambil ponselnya. Untung saja fotonya cantik jadi aku tak takut kalau dia menguploadnya di sosial media miliknya.
"Kenapa?"tanya Rafka.
"Malu."ucapku pelan.
"Yuk keluar gak enak lagi banyak tamu di kira kita lagi hm.."ujarnya sambil tersenyum yang tak bisa ku artikan. Aku memukul pelan bahunya namun berujung dia menarik tanganku karena aku yang memang terkejut atas kelakuannya itu aku terjatuh di kasur dan dia yang berada di atas ku.
Posisi yang sangat tidak pernah aku bayangkan sama sekali, pandangan mata kita bertemu lalu dengan secepat kilat ia mencium bibirku. Aku menutup mataku hal ini benar-benar di luar dari dugaan ku, tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan menampilkan Hana yang langsung berbalik badan ketika ia melihat posisi kami saat ini.
"Eh mbak, sorry Hana cuma mau bilang mbak sama Gus di cari sama Abi."ujarnya yang langsung pergi dan menutup pintunya.
Ia bangun dari atas tubuhku dan entah kenapa suasana menjadi canggung, tanpa sepatah kata ia pergi dari kamarku meninggalkan aku yang masih mencerna apa yang baru saja terjadi.
Aku keluar dari kamar ku dan melihat ia sedang berbicara dengan tamu-tamu dari Abi dan umi, aku duduk di kursi pengantin sambil memandang wajahnya yang cerah bersinar. Ada satu hal yang tak bisa aku jelaskan di dalam hatiku aku merasa kali ini ia berbeda apa mungkin ini rasa bahagia saat seseorang menikah.
Andaikan saja aku menikah dengan orang yang memang aku cintai dan dia pun mencintai ku, mungkin saja aku akan sangat bahagia akan pernikahan ini. Laki-laki itu berjalan ke arah ku dengan membawa sebuah kotak yang aku tak tahu itu berisi apa, ia duduk di sampingku sambil berkata.
"Ya Humaira, ini hadiah untuk kamu."ucapnya.
Hatiku terasa menghangat dan berdesir menandakan kebahagiaan yang tak pernah aku rasakan selama ini, aku mengambil kotaknya sambil berucap terima kasih ia hanya tersenyum simpul lalu pandangannya kembali ke depan.
"Ya Allah, terima kasih kamu telah mengirimkan seorang laki-laki yang mau menerima ku apa adanya dan memberikan aku kebahagiaan semoga kebahagiaan ini akan terus menyelimuti keluarga ku hingga akhir hayat nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) End
ChickLitPersahabatan yang menjadi cinta namun gagal karena sebuah perjodohan, mengantarkan keduanya terhadap pilihan yang sangat sulit dan memutuskan untuk keduanya saling mengikhlaskan satu sama lain. Cinta mereka tumbuh lewat persahabatan sehingga tak mam...