🍃Pengganggu🍃

198 19 0
                                    

Kamu mampu menipu banyak orang dengan keusilan kamu yang sangat menjengkelkan tapi aku tetap bisa merasakan ada yang berbeda dari matamu

***

Tak terasa aku melewati hari-hari yang begitu sangat panjang dan melelahkan, besok adalah hari kenaikan kelas dimana aku akan menjadi seorang kakak kelas di SMA masa putih abu-abu ku belum berakhir masih empat semester lagi yang harus aku lalui.

Aku tak pernah merasa sendiri ada Zaidan yang selalu menghiasi hari-hariku dengan canda dan keusilannya, tapi sayangnya aku melihat sesuatu yang berbeda di mata Zaidan tapi aku tetap diam biarkan saja semua ini berjalan dengan sendirinya aku tak mau ada jarak yang tercipta oleh perasaan itu.

Siang ini terasa sangat panas karena terik matahari yang sangat menyilaukan aku berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ruang kepala sekolah entahlah aku tak tahu mengapa pak Gunawan memanggilku.

Sesampainya  di depan ruang kepala sekolah aku pun langsung mengetuk pintu ruangan tersebut dan terdengar suara seseorang yang menyuruhku untuk masuk siapa lagi kalau bukan pak Gunawan.

Aku duduk di depan pak Gunawan yang aku lihat dari matanya yang serius pasti ada sesuatu yang akan di bicarakan.

"Akhirnya kamu datang juga, Hanin bapak minta tolong sama kamu._"ucap pak Gunawan terpotong.

"Minta tolong apa pak?."tanyaku cepat memotong ucapan pak Gunawan.

"Bapak belum selesai bicara Hanin!."tegas pak Gunawan sedangkan aku merasa sangat malu dan hanya bisa tersenyum sendiri.

"Satu minggu lagi sekolah kita akan menjadi tuan rumah pertandingan basket karena Zaidan selaku ketua osis ikut bergabung dalam tim basket yang akan bertanding dan kamu sebagai wakil ketua osis dari Zaidan bapak minta kamu menyiapkan segalanya bersama anggota osis yang lain dan semua tugas akan di pimpin oleh kamu terlebih dahulu menggantikan Zaidan."ucap pak Gunawan.

"Satu minggu lagi pak cepet banget sih pak waktunya dari osis sama sekali tak tahu perihal masalah ini Zaidan gak kasih tahu apa-apa."protesku.

"Surat baru turun hari ini dan bapak juga kaget saat sekolah kita yang menjadi tuan rumahnya adalah sekolah kita."ucap pak Gunawan, aku mendesah pelan kenapa harus mendadak seperti ini padahal besok adalah pembagian rapot dan kenaikan kelas sekaligus liburan semester tahunan dan yang paling penting harusnya besok aku pulang ke Jawa karena Abi dan Umi semalam menelepon ku.

"Baiklah pak, saya akan mengurus segala keperluan secepatnya. Kalau begitu saya permisi dulu pak."ucapku lalu bangkit dan menyalimi pak Gunawan dan segera keluar dari ruangan itu.

Setelah keluar dari ruangan pak Gunawan aku melihat Zaidan yang sedang memainkan bola basketnya dengan begitu lincah dan tembakannya selalu tepat. Aku mendengus pelan mengingat liburan kali ini membuatku menunda perpulanganku, tapi tak apa karena biasanya memang aku pulang ke rumah saat pesantren milik Abiku kosong jadi tak apa aku menunda kepulanganku ini walaupun pasti Umi akan mengomel panjang.

Aku segera menuju ruang osis untuk mengadakan rapat dadakan tak lupa aku mengirimkan pesan singkat ke seluruh anggota osis agar segera berkumpul di ruang osis.

***

"Apa, pertandingan basket kenapa mendadak seperti ini sih nin. Kita belum ada persiapan untuk pembukaan nanti."ucap Della saat aku menjelaskan masalah pertandingan basket itu.

"Aku juga baru dapat kabar ini dari pak Gunawan, surat pertandingan baru turun hari ini dan itu membuat sekolah-sekolah yang lain juga kaget dan protes apalagi sekolah  kita yang menjadi tuan rumahnya."jelasku semua anggota osis terdiam mereka bingung mau bagaimana lagi persiapan mereka hanya terhitung lima hari lagi dan hari ke enam pertandingan akan di laksanakan.

"Kita lakukan saja apa yang di perintahkan masalah pensi yang nanti akan di adakan kita adain parti saja dan David kan bisa ng'dj kamu yang mengatur musiknya namun sebelum itu ada kamu Hanin kamu juga kan pinter mainin musik apapun coba kamu main biola sama Della main piano."ucap kak Gibran

"Nah, aku setuju dan aku ada ide gimana saat malam party nanti cewek pake gaun berwarna biru langit sedangkan cowok pake kemeja biru langit, jas dan celana berwarna silver."ucap Adrea si gadis cemerlang itu.

"Aku sih terserah para pengawas osis aja kalau kalian setuju kami dari anggota osis juga setuju."ucapku dan di angguki oleh teman-temanku.

Aku melihat ke arah para kakak kelas yang tadi mengemukakan pendapatnya tepatnya ke arah kak Gibran dan kawan-kawannya. Mereka tampak berdiskusi lalu mengangguk kepalanya tanda mereka setuju aku sedikit lega dengan hal itu.

Rapat pun berakhir aku sedang membereskan beberapa catatan yang sempat aku catat tadi sebagai resume untuk kedepannya. Kak Gibran datang menghampiri mejaku.

"Sampai kapan kamu mau menghindar dariku."ucap kak Gibran saat melihat aku yang tergesa-gesa ingin pergi sebelum kak Gibran sampai di hadapanku.

"Jawab aku Hanin, kenapa sekarang kamu sengat dingin padaku saat kita berdua seperti ini."ucap kak Gibran.

"Maafin aku kak,"ucapku pelan, aku tak tahu lagi bagaimana aku keluar dalam keadaan seperti ini kak Gibran dia laki-laki yang dulu sempat dekat denganku namun aku sadar kak Gibran memiliki seorang tunangan bernama Asyilla yang tak lain adalah teman sekelasnya.

"Aku mencintai kamu Hanin."ucap kak Gibran pelan.

"Kak Gibran harusnya sadar selama ini aku selalu menolak kak Gibran karena apa dan perasaan yang pernah ada di antara kita tolong kakak lupakan itu semua karena aku menyesali hal itu sekarang."teriakku lalu pergi namun belum sampai aku di depan pintu suara kak Gibran menghentikan langkahku.

"Asyilla, aku tak mencintai gadis itu sama sekali dia hanya beban bagi hidupku Hanin."teriaknya.

"Kakak harusnya sadar cinta kak Syilla begitu besar untuk kakak, kakak harusnya bersyukur mendapatkan gadia seperti kakak Syilla yang selalu percaya pada kakak walaupun kakak telah membohonginya berulang kali."ucapku.

Aku langsung keluar dari ruang osis tersebut karena tak mau lagi berurusan dengan laki-laki seperti kak Gibran.

Saat aku melewati koridor kelas aku dikejutkan dengan Zaidan yang melemparkan ular main ke arahku yang sintak membuatku ketakutan dan lari mengejar pria itu. Zaidan berlari ke arah lapangan yang lumayan ramai karena free kelas yang sudah berjalan dua minggu ini setelah ulangan.

Aku merasa sedang di perhatikan banyak orang kali ini, aku pun mengurungkan niatku untuk mengejar Zaidan namun saat aku berbalik badan hendak berlari kakiku tak sengaja tersandung batu di pinggir lapangan dan hal itu membuatku terjatuh.

Zaidan segera menghampiriku dan ia berniat membantuku namun Zaidan tahu aku tak pernah mau di sentuh oleh siapapun walupun itu adalah Zaidan sendiri. Ia segera berlari ke uks untuk mengambil perban dan betadin untuk mengobati luka di kakiku ini.

Dasar si pengganggu

Gumamku di dalam hati mengingat dia memang sering membuatku seperti ini namun pada akhirnya dia juga yang khawatir sendiri dia memang sangat aneh tapi tidak bagi orang lain.

After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang