🍃 Kenangan ZaiHan🍃

112 13 0
                                    

"kisah mereka memang semanis madu dan se-erat tali"

Rafka Arshan Fathan

****

Zaidan pov

Aku sangat terkejut saat Ning Hanin pingsan begitu saja dan tanpa sadar aku membawanya ke kamar yang terdekat, setelah menidurkan dia di atas kasur. Aku mulai menyadari sesuatu di kamar ini, banyak sekali foto-foto yang terpajang di dinding ruangan dan foto itu sepertinya di ambil dari SMP.

Aku mendekati foto-foto tersebut bukti di mana Zaidan dan Ning Hanin telah melewati semuanya bersama, dari foto-foto tersebut aku sudah menyimpulkan kedekatan mereka memang melebihi batas sebagai sahabat. Dari tatapan Zaidan kepada Ning Hanin di beberapa foto itu menunjukkan bahwa ada rasa cinta yang hadir dalam persahabatan mereka, tapi yang jelas aku bisa menebak siapa yang jatuh cinta pada persahabatan ini.

Aku duduk di meja belajar milik Zaidan dan ku lihat buku berwarna hitam tergeletak begitu saja di atas meja ini, entah kenapa aku sangat penasaran dengan isi yang ada dalam buku itu. Aku pun membuka buku itu.

Untuk pertama kali mulai jatuh cinta dengan kamu si gadis pendiam namun berhati emas, aku tahu aku salah karena kita adalah sahabat tapi tak apalah dan kau juga belum tentu menerima ku nanti.

Aku langsung membuka halaman terakhir dari buku itu yang isinya lumayan banyak di bandingkan dengan tulisan di lembar yang lain.

Berat rasanya aku melihat kamu dengan laki-laki lain, tapi takdir sudah berbeda kau memang bukan untukku. Kisah masa lalu kedua orangtua kita mungkin saat ini terjadi lagi kepada kita.

Tatapan papah kepada umi kamu saja sudah sangat jelas untukku bahwa cinta yang di rasakan itu sama-sama cinta sepihak seperti diriku, rasanya hati ini di tusuk oleh jutaan jarum dan duri serta sesak yang terus saja melanda diriku.

Jutaan kali aku mengikhlaskan kamu tapi semuanya tak bisa, aku bahkan merasakan kalau aku sedang menyakiti diriku sendiri.

Sebenarnya aku sangat takut jika aku tak bisa lagi berdampingan dengan kamu.

Kamu adalah bintang kehidupan ku, kamu mampu mewarnai hariku dengan melodi dan warna-warna tersendiri. Senyuman mu adalah obat terbaik saat aku terluka banyak hal yang telah kita lewati bersama, saat hujan dan sampai pelangi hadir setelah hujan.

Aku masih sangat ingat ketika kamu menolak ku di bawah derasnya air hujan, dulu aku tak tahu dan sangat marah karena itu tapi setelah kamu mengungkapkan bahwa kamu adalah seorang putri dari kiai. Aku sadar dan memang kita tak bisa bersama, Abi mu tentunya tidak akan merestui hubungan kita.

Dan bila aku pikir-pikir kamu juga telah melanggar perintah dari Abi mu karena yang aku tahu biasanya anak seorang kiai pasti tinggal di pesantren namun kamu malah memilih tinggal di dalam lika-liku kehidupan kota Jakarta yang jauh dari kata baik.

Aku harap pernikahan itu adalah kebahagiaan untuk kamu dan juga ridho dari Abi mu, aku merasa hubungan kalian tidak baik-baik saja setelah pilihanmu dulu. Sebagai seorang sahabat aku bukanlah siapa-siapa karena Abi mu lebih penting di bandingkan denganku.

Aku akan menyimpan rasa ini dalam hatiku sebagai kenangan yang paling terindah dalam hidupku, aku akan menjaga kamu dari jauh dan akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu.

Terima kasih Ning Hanin Raihana Syahira

Aku sadar rasa cinta yang di miliki Zaidan begitu sangat dalam bahkan melebihi rasa cinta yang aku miliki untuk Hanin, Zaidan adalah laki-laki yang selalu ada untuk Hanin di mana pun dan kapanpun itu.

Aku lihat jemari tangan Hanin mulai bergerak, aku pun segera mendekatinya, aku tahu dia sangat ingin mengantarkan Zaidan ke tempat peristirahatan terakhirnya. Hanin duduk terdiam dengan air mata yang mengalir terus menerus, mungkin karena pemandangan yang ia lihat saat ini.

Lebih dari puluhan foto terpajang di dinding kamar itu, aku membawanya ke dalam pelukanku dan dia pun membalas pelukan itu sambil menangis histeris. Aku mengajaknya keluar karena memang sudah waktunya untuk pergi mengantarkan Zaidan, mobil-mobil beriringan mengantarkan Zaidan ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Aku sadar Zaidan adalah laki-laki yang sangat di sayangi oleh orang-orang terdekatnya, gerimis kecil menambah nuansa sedih yang saat ini terjadi. Tak jarang pula aku melihat mereka menitipkan air mata apalagi gadis yang terus memeluk dan membawa foto Zaidan di tangannya, gadis itu tak henti-hentinya menangis.

Hanin mendekati gadis itu dan memeluknya, awalnya aku merasa dia itu sahabat dari Hanin tapi ku rasa juga Friska memiliki perasaan kepada Zaidan.

Prosesi pemakaman selesai di lakukan orang-orang sedikit demi sedikit mulai meninggalkan area pemakaman, tapi aku merasa Hanin sangat berat untuk pergi dari tempat ini. Hanin duduk tepat didepan batu nisan Zaidan, air mata mulai mengalir lagi aku tak bisa mencegah hal itu.

"Dan, makasih sudah jadi sahabat yang ada untuk Hanin selama ini. Maafin Hanin yah Dan, selalu buat kamu terluka karena cinta yang kamu rasakan sepihak ini. Kamu tahu Dan, padahal hari ini aku ingin menemui kamu untuk menyelesaikan segalanya. Namun ternyata kamu sendiri yang menyelesaikan ini dan benar-benar meninggalkan aku."ujar Hanin.

Aku memegang pundaknya lalu membantu ia berdiri, dia langsung memelukku erat sangat erat sampai aku agak sulit untuk bernafas. Tapi aku membiarkan hal itu karena bagaimanapun aku adalah suaminya bagian dari hidupnya, yang harus memberikan kekuatan dan semangat untuk saat ini.

Kami berdua pun mulai meninggalkan area pemakaman, Hanin kelihatan lelah dan wajahnya yang sudah pucat pasi. Sesampainya di mobil Hanin langsung terlelap dan aku hanya bisa melihat wajah tidurnya yang nampak gelisah dan penuh ketakutan.

Aku berniat membawanya keluar kota untuk beberapa hari dan kebetulan aku memiliki sebuah villa di tepi pantai daerah Anyer Banten, aku lajukan mobilku membelah jalanan kota Jakarta menuju Banten. Perjalanan akan sedikit jauh dan aku memutuskan untuk mampir terlebih dahulu di sebuah minimarket.

Aku membeli beberapa camilan juga bahan-bahan masakan untuk Hanin olah nanti, setelah membayar di kasir aku kembali ke dalam mobil dan nampaknya Hanin memang benar-benar kelelahan sampai ia tak sadar kalau mobil sudah berhenti.

Aku melanjutkan lagi perjalanan menuju Banten, aku sudah lama juga tak mengunjungi kota kelahiran Abi ku itu. Dan aku akan berkunjung dengan istriku eyang pasti sangat senang aku membawa menantu yang selama ini selalu ia tanyakan kepadaku.

"Aku tahu kamu sulit menerima kenyataan ini, tapi aku juga tak bisa membuat kamu sedih terus menerus. Aku mencintaimu ya Humaira."

After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang