🍃 Pertemuan yang tidak di sengaja🍃

109 11 0
                                    

"Untuk kesekian kalinya, kita bertemu tanpa kesengajaan apakah ini takdir?."

Rafka Arshan Fathan

***
Rafka POV

Hari ini Abi mengajakku untuk pergi ke Jakarta katanya ia pingin berkunjung ke tempat sahabatnya sekalian mau lihat keadaan panti asuhan milik sahabat kakeknya yang sekarang menjadi tanggung jawab temannya Abi, aku tak tahu banyak tentang teman-temannya Abi hanya saja aku sedikit tahu kalau Abi punya teman di Jakarta.

Kemarin Abi menjemput ku di pesantren, awalnya aku menolak untuk pergi tapi Abi terlihat murung saat itu jadi aku mengiyakan keinginannya. Sesampainya di Jakarta Abi membawaku ke tempat sahabatnya dan saat ini aku berdiri di sini.

Panti ini cukup luas dan juga rapi, nuansa agamanya yang sangat kental dan juga anak-anak yang sopan dan santun. Aku betah berlama-lama di tempat ini jarang sekali aku menemukan tempat seperti ini di Jakarta atau mungkin aku yang belum terlalu mengenal Jakarta.

Ku lihat mobil Pajero sport putih memasuki kawasan panti, dan entah kenapa aku merasa ingin melihat siapa orang yang akan turun dari mobil itu. Sampai, aku lihat seorang gadis cantik turun dari mobil dan aku sangat mengenal gadis itu.

Dia Hanin Raihana Syahira putri dari kiai ku di pesantren dan juga adik dari sahabatku Hanif. Anak-anak yang tadinya sedang bermain di tengah lapangan saat melihat Hanin mereka langsung berlari ke arahnya dan aku lihat Hanin tersenyum manis ke arah mereka semua.

Anak-anak itu mencium tangan Hanin dengan takdim, setelah itu mereka membawa Hanin ke dalam rumah. Aku mengikuti langkah anak-anak itu membawa Hanin pergi dan tepat di ruang tengah di mana Abi dan Abah Syahrul berada, Hanin menyalami Abah Syahrul dan juga Abi ku lihat Hanin tersenyum sangat manis dan entah kenapa senyum itu menghangatkan hatiku.

"Astaghfirullah, aku yang kau lakukan Rafka."gumam ku, Hanin duduk di samping ibu Arsya dan sepertinya Hanin begitu dekat dengan keluarga ini, apa dia sering berkunjung ke sini apakah ini salah satu kegiatannya di Jakarta.

"Ning, gimana kabarnya ko jarang main ke panti."tanya Bu Arsya.

"Maaf ibu, Hanin kemarin di jemput Abang di suruh pulang ke Cirebon."ucap Hanin dengan sopan.

"Oh iya, ibu dengar kamu hataman di Cirebon yah."tanya Bu Arsya lagi.

"Iya Bu."ucap Hanin.

"Kamu tau gak siapa Ning ini?"tanya Abah Syahrul ke Abi, Abi menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Masya Allah Fathan, dia putri sahabat kita Rizky."jawab Abah Syahrul.

"Astaghfirullah nak, Masya Allah kamu sudah besar nak dulu saat Abi main ke sana kamu masih sangat kecil."ucap Abi.

"Hehe, iya Abi. Wajar Abi jarang liat Hanin soalnya Hanin tinggal di Jakarta ikut sama kakek dan nenek."jelas Hanin.

"Iya Abi tahu kamu tinggal disini Abi kamu sempat cerita kalau kamu pingin tinggal sama kakek dan nenek kamu dan gak mau tinggal di pesantren."ucap Abi.

Setelah itu perbincangan pun berlanjut, aku memutuskan untuk masuk ke dalam. Aku ingin liat bagaimana ekspresi wajahnya saat melihat aku juga berada di sini.

"Eh nak Rafka sini duduk juga sama ibu."ucap Bu Arsya.

Aku lihat Ning Hanin sedikit terkejut melihat kedatanganku, namun ia berusaha bersikap biasa saja. Dan ia malah menampilkan senyum yang sangat manis terhadapku.

"Gus, ini Ning Hanin apa kamu sudah mengenalnya."ucap Abi ku.

"Iya Abi, Rafka sudah kenal dengan Ning Hanin kemarin."ucapku.

"Oh baguslah."ucap Abi, aku sedikit terkejut saat Abi berbicara seperti itu apa maksud Abi.

Ku lihat Ning Hanin merasa tak nyaman dengan keadaan seperti ini aku pun berinisiatif untuk mengajaknya keluar dan menemui anak-anak panti, aku pun izin kepada Abi, Abah Syahrul dan ibu Arsya untuk mengajak Ning Hanin menemui anak-anak dan mereka pun mengizinkannya.

Di sinilah aku dan Ning Hanin berada di sebuah pendopo yang terbuat dari kayu tempat anak-anak beristirahat ketika mereka kelelahan saat bermain, sebelumnya aku dan Ning Hanin membagikan barang-barang yang di bawa oleh Ning Hanin untuk anak-anak setelah itu aku mengajaknya untuk duduk di pendopo ini.

"Ning Hanin kapan sampai di Jakarta?"tanyaku, setahu ku saat aku belum pergi dia juga belum pergi ke Jakarta.

"Aku baru saja sampai Gus."ucapnya.

"Oh, gak capek apa Ning. Baru sampai langsung pergi ke sini."ucapku lagi.

"Gak lah Gus, aku kan sampai tadi pagi dan sempet istirahat sebentar ko di rumah."ucapnya.

Setelah itu kami sama-sama terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing, aku merasa ada satu hal yang aneh dalam hatiku entah perasaan apa yang mengganjal di hatiku. Tapi, aku harus menyangkal perasaan ini ingat Rafka kita bukan muhrim dan tak baik kamu memiliki perasaan pada seseorang yang bukan muhrim mu.

Walaupun pada dasarnya cinta itu boleh hanya saja hubungannya yang di larang. Aku pernah dengar dari beberapa temanku di pesantren, "cinta itu boleh karena pada dasarnya cinta itu sudah hadir di dalam diri manusia itu sendiri, hanya saja hubungannya yang sangat di larang. Ibaratkan seperti ini aku menyukai seseorang tapi aku hanya bisa mencintainya dalam diam ku, tapi jika cinta itu sudah meluas pada sebuah hubungan maka aku yang awalnya tak mampu berbuat apa-apa saat itu juga aku berani entah itu hanya memegang tangannya atau berbuat lainnya."

Ning Hanin pamit pulang karena ada urusan mendadak yang harus ia selesaikan hari ini juga tak lupa ia juga pamit kepada Abi, Abah Syahrul dan ibu Arsya. Setelah itu Ning Hanin langsung pergi dari panti sepertinya ada hal yang membuat dia khawatir seperti itu.

Setelah kepergian Ning Hanin, Abi mengajakku untuk pulang terlebih dahulu ke pesantren baru keesokan harinya aku pergi ke Cirebon lagi. Pesantren Abi ku memang berada di daerah Tanggerang tak jauh dari sini, selama di perjalanan hanya ada keheningan di antara aku dan Abi.

Dan saat sampai di pesantren umi langsung menyambut ku dengan bahagia, aku memang jarang pulang. Abi dan umi mengajak ku ke ruang keluarga sepertinya ada hal yang sangat penting yang akan Abi bicarakan terhadapku.

"Gus, setelah kelulusan kamu nanti Abi ingin kamu belajar di Mesir apa kamu siap?."tanya Abi.

"Aku siap Abi,"ucapku mantap bagaimana pun kebahagiaan mereka lebih penting dan aku sebagai anaknya harus menjaga kehormatan dan hati mereka.

Sebenarnya aku belum siap untuk hidup jauh dari mereka tapi mau bagaimana lagi, aku ingin mereka bahagia dan aku harus mewujudkan impian mereka yang mereka percayakan kepada ku.

After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang