🍃Liburan di Pesantren🍃

159 16 0
                                    

Kebahagiaan tercipta saat aku bersama mereka yang benar-benar mencintaiku.

****

Aku sampai di pesantren pada siang hari dan kebetulan sekali hari ini adalah perulangan para santri yang sempat di undur karena ada sesuatu yang harus mereka selesaikan terlebih dahulu aku sangat kesal kepada bang Hanif yang baru menceritakannya saat tadi pagi kita mampir di sebuah mushola dan ia menceritakan kalau para santri belum pulang dari pesantren.

"Ayo Hanin turun,"ucap bang Hanif.

"Gak bang, santri lagi pada kumpul geh ngapain aku keluar nanti para santri nyangka aku calon istrinya kamu."ucap ku.

"Haha, kamu masih aja ngambekan di nin."ucap bang Hanif.

"Panggil Hana aja suruh jemput kakaknya gitu. Ya udah kalau gitu kakak telpon Hana dulu."ucap bang Hanif lalu menelpon Hana yang sedang berada di ndalem.

Tak lama kemudian datang seorang gadis dengan gamis berwarna hitam dan kerudung merah maroon dia adalah Hana adikku, dia kini mulai beranjak remaja aku sudah lama tak melihatnya dan aku jarang sekali berbicara dengannya di telepon karena dia sendiri sibuk dengan urusan dia sendiri.

"Assalamualaikum, mbak Hanin.  Hana kangen banget sama mbak, mbak kenapa sih jarang banget nelpon Hana."teriak Hana saat dia membuka pintu mobil.

"Wa'alaikumsalam jangan teriak-teriak dek, mbak sibuk akhir-akhir ini maaf yah."ucap ku dengan tenang aku memang terkenal sangat kalem di keluarga ini tidak seperti Hana yang sangat super cerewet mungkin karena aku meniru sikap bang Hanif yang super dingin.

Baru saja aku keluar dari pintu mobil semua santri langsung melihat ke arahku, mungkin mereka bingung dengan diriku yang memang tak pernah muncul di muka umum beberapa santri putra yang kebetulan sedang berada di dekat parkiran pesantren langsung melihat kearahku.

Abi dan Umi ternyata sedang berada di aula yang kebetulan berada ditengah-tengah asrama putra dan asrama putri. Aku pun langsung duduk di hadapan mereka dan mencium tangannya Umi langsung memelukku dan menciumi wajahku karena memang dua semester ini aku tak pulang sama sekali beberapa santri melihat adegan itu dan mereka semakin bingung dan bertanya-tanya siapa aku sebenarnya.

Umi mengajakku kembali ke ndalem agar beristirahat karena Umi tahu perjalanan dari Jakarta ke jawa itu memakan waktu yang tak sebentar. Aku masuk ke dalam kamarku masih tetap sama kamar dengan berchat biru berpadu dengan gordeng dan langit-langit berwarna biru serta lampu-lampu tumblr yang terpasang di dinding-dinding kamar tak lupa bunga-bunga cantik yang berada di dekat jendela kamar yang terbuka.

Jendela kamarku langsung menghadap ke arah pesantren dan dari sini aku bisa melihat kegiatan santri yang sedang berlangsung. Aku ingat pesan umi tadi kalau tahun ini semua santri akan terlambat pulang ke rumahnya karena pesantren akan mengadakan study banding bertepatan dengan itu tuan rumah dari acara tersebut adalah pesantren Abi dan Umi.

Aku melangkah mendekati jendela kamarku dan melihat pemandangan yang begitu asri tak seperti di Jakarta. Aku menatap langit biru yang terbentang luas dan menarik nafasku dalam satu bulan berada di lingkungan pesantren sebagai liburan tetap yang harus aku jalani setiap tahunnya.

Ku lihat beberapa santriwati melihat ke arah jendela kamarku mungkin mereka masih bingung karena keberadaan ku di sini. Aku memang belum pernah memperlihatkan wajahku di depan para santri Abi dan Umi.

Masa kecil ku memang ada di pesantren ini tapi tak banyak santri yang tahu keberadaan ku karena aku yang selalu mengurung diriku dan menjauhkan diri dari para santri. Aku melangkahkan kaki keluar dari kamarku menuju teras ruang tengah dari lantai dua rumah ini.

Di balkon terdapat jemuran khusus keluarga ndalem, aku melihat beberapa santri yang sedang membantu umi melipat pakaian di teras yang beralaskan tikar. Aku duduk di samping Umi dan Umi menoleh ke arahku.

"Eh, Hanin kenapa gak istirahat kamu butuh sesuatu biar nanti mbak santri yang ngambilin."ucap Umi.

"Gak Umi, Hanin bosan di kamar terus."ucapku.

"Eh, ya mbak-mbak pasti bingung yah sama Hanin ini siapa. Dia anak Umi juga adik kembarnya gus Hanif."ucap Umi ku lihat ekspresi wajah mereka yang sangat terkejut.

"Beneran Umi, ini anak Umi yang sering Umi ceritakan ke Riska."heboh orang yang yang menyebutkan namanya itu.

"Umi, berarti ini Ning Hanin."ucap mbak santri satunya dan umi pun menganggukan kepalanya.

Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah kedua gadis yang sepertinya mereka lebih tua daripada diriku.

"Kamu mau makan apa biar umi siapkan."tanya Umi, aku pun tersenyum saat umi menanyakan perihal makanan karena memang aku sangat suka sekali masakan Umi apapun itu tapi sayangnya aku alergi dengan ikan jenis apapun.

"Seperti biasa saja Umi, Tapi Umi Hanin pingin keluar dulu sama Hana."ucap ku.

"Mau kemana, nin?"tanya Umi.

"Ke tempat pakde sama bukde."ucapku.

"Ya sudah, bawa motor apa mobil.  Umi tahu kamu bisa juga bawa mobil."ucap Umi aku hanya tersenyum"Hati-hati di jalan yah, kamu bawa mobil aja jangan bawa motor."lanjut Umi

Aku pun hanya mengangguk lalu mencium tangan umi setelah itu aku langsung keluar dari ndalem menuju parkiran tak ku sangka banyak santriwan yang sedang berkumpul di saung-saung penjengukan mereka langsung melihat ke arahku,  aku berusaha cuek dengan mereka dan langsung masuk ke dalam mobil.

Hana dia hanya diam saja karena dia memang sering mengalami kejadian itu walaupun Hana masih kecil namun kecantikan yang di miliki dirinya mampu memikat siapapun.

Aku melakukan mobilku menuju restoran milik pakde dan bukde yang terletak tak jauh dari lokasi pesantren. Hana sibuk dengan gedgetnya aku mendengarkan lantunan ayat-ayat suci al-qur'an melalu earphone yang terpasang di telingaku sambil aku terus fokus mengemudikan mobil ini.

Tak sampai satu jam aku sampai di tempat pakde, di sana sangat ramai sekali oleh para pembeli yang sedang menunggu pesanan mereka, aku keluar dari mobil bersama dengan Hana setelah itu aku langsung saja masuk ke restoran dan menuju kasir untuk menanyakan keberadaan pakde dan bukde.

Namun, sayangnya pakde dan bukde sedang mengelilingi cabang-cabang restoran mereka dan mungkin akan kembali minggu depan karena restoran pakde dan bukde memang sudah bercabang di banyak kota berbeda.

Aku dan Hana melangkahkah meninggalkan restoran pakde dan bukde, kami memutuskan untuk main di taman kota karena memang Hana sangat menginginkannya dan kebetulan ini masih sangat siang jadi tak apalah mereka main sebentar.

After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang