Jika aku menjadi penyemangat dalam hidupmu apa yang akan kamu lakukan untuk membuatku menetap.
***
Suasana sekolah sangatlah ramai dengan kedatangan para siswa dan siswi dari sekolah lain apalagi setelah mereka tahu bahwa setelah pertandingan basket ini akan dilakukannya party dengan tema prince and princes.
Pagi ini aku sudah berada di stand panita untuk melihat persiapan yang sedang dilakukan. Zaidan menghampiriku dengan wajah penuh semangat.
"Kenapa dan."ucapku jutek.
"Galak bener bu ketu, gue kesini mau bilang kalau saat pertandingan nanti lo harus ada di barisan depan para penonton."ucap Zaidan.
"Ngapain sih dan, aku gak ada waktu dan aku harus ngcek kegitan para panitia aku cukup nyemangatin kamu di sini saja yah."ucapku
"Ah lo mah gak asik, tapi gue kasian sih liat lo dari kemarin mondar-mandir sendirian padahal harusnya gue yang ada di posisi lo saat ini."ucap Zaidan
"Udahlah dan,"ucapku.
"Makasih yah lo udah bantuin gue."ucap Zaidan, aku pun hanya mengangguk dan ia pun mengerti lalu segera pergi tanpa pamit terhadapku memang Zaidan selalu saja seperti itu sudah sangat hafal aku dengan sifatnya.
Aku melanjutkan aktivitas ku melihat kegitan para panitia yang sibuk dengan tugas mereka masing-masing walaupun terkadang aku harus menegur beberapa panitia yang sibuk dengan urusan pribadinya.
Langkahku terhenti saat aku melihat ke arah lapangan di mana sekolahku sedang bertanding dengan SMA Garuda, terlihat Zaidan yang sedang membawa bola dan mencoba memasukan bola tersebut ke dalam ring.
Aku lihat Friska berteriak-teriak histeris menyemangati Zaidan, Friska dia adalah gadis yang sudah lama menyukai Zaidan tapi Zaidan tak pernah membalas cinta gadis cantik itu.
***
Kantin saat ini begitu ramai apalagi dengan kedatangan para siswa-siswi dari berbagai SMA hal itu membuatku mengurungkan niatku untuk membeli minum dan beberapa snack untuk para panitia yang sedang beristirahat.
Aku menelpon orang kepercayaan nenek dan kakekku yang sebenarnya dia selalu mengawasiku ketika berada di sekolah.
"Kang Ardi, tolong belikan beberapa snack di minimarket dan juga air mineral dinginnya sekitar tiga puluhan terus nanti bapak bawa ke sekolah yah. Aku tunggu kang Ardi di depan gerbang sekolah."ucapku di telpon.
"Iya Ning, saya akan segera bawakan sesuai pesanan Ning."ucap kang Ardi dari seberang sana tak lama kemudian sambungan telpon terputus kang Ardi memang tahu kalau aku adalah seorang Ning begitu pula dengan beberapa asisten rumah tangga di rumah nenek mereka semua tahu kalau aku adalah seorang Ning dan mereka selalu memanggilku dengan sebutan Ning dan aku juga tak bisa membantah karena nenek sendiri yang menginginkan hal itu dia memang membebaskan aku tak memakai gelar ku di luar tapi saat di dalam rumah aku harus memakai gelar itu dan menerapkan beberapa prinsip lainnya.
Setiap hari aku selalu setor hafalan kepada nenek, kalaupun tak ada nenek aku melakukan muroja'ah. Aku duduk di taman depan sambil menunggu kang Ardi yang sedang membelikan snack dan minuman, aku membuka ponselku dan memasang earphone ke telingaku lantunan ayat-ayat suci al-qur'an mengalun Indah di telingaku aku memejamkan mataku sambil melakukan muroja'ah.
Beberapa menit kemudian kang Ardi datang dengan membawa beberapa kantong plastik besar, aku pun menerima kantong-kantong tersebut dan mengucapkan terima kasih setelah itu kang Ardi pergi karena ia tahu aku tak ingin membuat orang-orang tahu siapa diriku.
Aku langsung membawa kantong-kantong berat itu ke ruang osis, saat aku baru saja sampai di depan pintu mereka semua langsung menyerbuku dan mengambil minum yang ku bawa.
"Ah, Hanin kamu memang selalu tahu kalau kita lagi haus dan males banget buat ke kantin."ucap Beni.
"Ini pakai uang osis kan nin,"bisik Tika selaku bendahara osis, aku hanya tersenyum dan Tika tahu kalau semua ini bukan dari uang osis melainkan uang saku dariku sendiri karena aku sering melakukan ini namun aku selalu bilang kepada teman-teman bahwa ini adalah uang kas osis.
"Kebiasaan deh,"bisik Tika lalu ia mendengus kesal karena aku memang keras kepala dan Tika memang selalu saja merasa tak enak dengan apa yang selalu aku lakukan.
Setelah beristirahat sejenak aku memutuskan untuk menemui Zaidan yang sedang beristirahat kebetulan sekolah kita masuk final sekarang dan final akan di laksanakan sore ini dan party akan di adakan jam tujuh malam sampai selesai.
Zaidan tengah duduk bersama dengan Friska yang bergelayut manja di tangan Zaidan. Zaidan terlihat sangat kesal dengan sikap Friska padanya aku hanya tersenyum geli melihat hal itu.
"Hai,"sapa ku pada Zaidan. Zaidan langsung kaget dan ia segera melepaskan tangan Friska dari dirinya.
"Kenapa dilepas dan, lanjutin aja aku kesini cuma mau lihat kamu aja."ucapku.
"Apaan sih lo."ucap Zaidan kesal karena tangan Friska kembali memeluk tangannya.
"Hanin yang nyuruh Zaidan makanya aku gak akan lepasin kamu."ucap Friska dengan polos aku pun tertawa mendengar jawaban Friska yang tanpa beban itu.
Zaidan semakin kesal ketika aku tertawa dia pun segera bangkit dari tempat duduknya dan langsung masuk ke ruang basket tempat berkumpulnya anak-anak basket.
Friska memanyunkan bibirnya melihat Zaidan yang selalu mengabaikannya, aku pun duduk di samping Friska dan dia langsung menoleh ke arahku.
"Nin, kenapa yah dari dulu Zaidan gak pernah mau kalau aku deket sama dirinya sedangkan sama kamu dia nempel terus walaupun kamu sama sekali gak mau di sentuh walaupun itu hanya tangan kamu."curhat Friska.
"Aku gak tahu ris, tapi menurutku Zaidan itu orang yang paling ngeselin karena dia suka banget ganggu aku entah itu di rumah ataupun di sekolah seperti ini."ucapku
"Apa kamu gak suka gitu sama Zaidan? yang aku lihat Zaidan sepertinya sangat menyukai kamu bahkan dia sayang banget sama kamu."ucap Friska.
"Aku gak tahu, aku seperti biasa dengan Zaidan aku hanya nyaman dengan dirinya tapi untuk masalah suka aku gak akan bisa karena ada sesuatu yang gak bisa aku jelaskan kepadamu."ucapku, Friska menatap ke arahku dengan tatapan serius mungkin gadis itu sedang mencari kebohongan yang ada dalam diriku.
"Maaf yah ris, aku harus segera kembali ke ruang osis karena ada rapat untuk party malam ini."ucapku dan Friska pun menganggukkan kepalanya aku pun bergegas pergi dari tempat itu sebelum Friska menanyakan sesuatu yang lebih jauh lagi.
Aku sampai di ruang osis dan melihat rapat telah di mulai dan di pimpin oleh kak Gibran aku duduk di samping kak Gibran yang sedang menjelaskan skema yang akan di laksanakan malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) End
ChickLitPersahabatan yang menjadi cinta namun gagal karena sebuah perjodohan, mengantarkan keduanya terhadap pilihan yang sangat sulit dan memutuskan untuk keduanya saling mengikhlaskan satu sama lain. Cinta mereka tumbuh lewat persahabatan sehingga tak mam...