Hujan turun di tengah kota yang ramai, orang-orang berlarian mencari tempat untuk berteduh sebelum melanjutkan perjalanan.
Seorang gadis duduk di sebuah cafe dekat dengan perpustakaan kota. Ia beberapa kali membenarkan hijab miliknya yang sedikit lusuh dan juga basah akibat hujan.
Ia memasang earphone di telinganya lalu memainkan ponsel miliknya. Ia membuka instagram dan memposting sebuah foto dirinya yang membelakangi kamera.
Dia adalah Hanin Raihana Syahira, yang biasa di panggil Hanin putri dari seorang kiai dan bu nyai. Namun siapa sangka semua orang tak mengetahui fakta tentang hal itu. Hanin sangat menutupi identitas aslinya sebagai seorang Ning karena menurut dirinya ia tak pantas mendapatkan gelar sebagai seorang Ning.
Hanin tinggal bersama dengan keluarga besar nenek dari Uminya sejak kecil dan ia sangat jarang sekali pulang ke pesantren saat liburan sekolah tiba. Uminya selalu saja menelpon atau bahkan datang secara langsung untuk menemui putri pertamanya yang memang sedikit berbeda dari saudara-saudaranya.
Saat sedang asik dengan kegiatannya. Tiba-tiba seorang laki-laki datang dan duduk di depannya.
Dia adalah Zaidan Hasan Fann, teman sekelas Hanin dari sejak SMP, Zaidan senang sekali membuat Hanin kesal bahkan tak segan-segan Hanin akan melemparkan kedua sepatunya ke arah Zaidan saat ia benar-benar sangat marah.
Namun, keduanya sama-sama tak bisa di pisahkan seperti seekor ayam betina dengan anak-anaknya.
Kedekatan mereka ini membuat semua orang beranggapan bahwa ada sesuatu antara Hanin dan Zaidan. Bahkan banyak orang yang iri akan kedekatan mereka ini tak segan-segan Hanin selalu mendapatkan masalah dengan fans-fans dari Zaidan.
"Dari mana sih dan?."kata Hanin menatap sinis Zaidan yang menunjukan wajah yang biasa-biasa saja.
"Sorry nin, tadi gue di kejar-kejar sama fans."ucap Zaidan dan menunjukan wajah sombongnya, lain halnya dengan Hanin ia langsung memandang Zaidan dengan tajam.
"Ih, gak banget deh dan,"ketus Hanin.
Mereka pun sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing keduanya saling terdiam tanpa suara sekalipun. Ketika, hujan mulai mereda keduanya saling terdiam memandangi pemandangan kota yang mulai ramai dengan aktivitas yang sempat terhenti oleh hujan.
"Hanin, lo tahu gak kenapa gue suka sama hujan"kata Zaidan kepada Hanin.
"Mana aku tahu dan, kamu tahukan aku gak pernah perhatiin orang satu persatu apalagi kamu."ucap Hanin jutek, matanya terus saja memandang ke luar jendela tanpa mau melihat Zaidan sama sekali.
Zaidan menghela nafasnya ia sudah hafal sekali sikap Hanin yang memang kurang perduli dengan lingkungan di sekitarnya.
"Sampai kapan sih lo, kaya gini gue capek tahu nin. Lo terlalu batu sama gue padahal lo tahukan cuma lo sahabat dan cewek yang ada di hati gue setelah mamah gue."ucap Zaidan, Hanin Menoleh ke arah Zaidan ia tak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Zaidan.
"Maksud kamu dan?."ucap Hanin.
"lo tahukan, gue itu udah lama deket sama lo apa lo gak pernah ngerasa nyaman dengan persahabatan ini."ucap Zaidan.
"Aku nyaman dan, tapi kalau maksud kamu ada perasaan lebih di antara kita maaf aku gak bisa jelasin biarkan waktu yang menjawabnya."ucap Hanin.
Zaidan terdiam ia tahu sahabatnya itu memang sama sekali tak pernah menerima semua perasaan laki-laki yang mengungkapkan perasaannya kepada dirinya. Hanin tiba-tiba sudah berdiri dengan membawa tasnya.
"Mau kemana Han?"tanya Zaidan.
"Aku pulang dulu yah dan, tugas biar aku aja yang ngerjain tar malem aku kirim besok kamu tinggal print."ucap Hanin, dan ia langsung pergi meninggalkan Zaidan yang terdiam dengan pikirannya yang terus melayang entah kemana.
Zaidan menatap luar jendela dan ia melihat air hujan yang kembali turun saat Hanin pergi. Tiba-tiba ia teringat akan Hanin yang keluar setelah perdebatan tadi. Ia pun langsung menyambar jaket dan kunci mobilnya ia tahu gadis itu tak mungkin membawa mobil atau kendaraan lainnya karena ia sangat tahu bagaimana dirinya.
Setelah sampai di parkiran Zaidan segera masuk ke dalam mobilnya dan segera ia melajukan mobil itu meninggalkan cafe tersebut. Ia menyusuri setiap jalan di kota tersebut namun hasilnya nihil ia tak bisa menemukan gadis tersebut hujan semakin deras bersamaan dengan hatinya yang tak menentu ia memukul-mukul kemudinya ia menggerutui akan kebodohan ia sendiri mengapa ia harus mengatakan hal ini, ia memutuskan untuk kembali ke rumah karena hujan semakin deras dan akan membuat dirinya semakin merasa bersalah.
Sedangkan di sisi lain, setelah keluar dari cafe tersebut tak sengaja Hanin bertemu dengan kembarannya yang meminta dirinya untuk kembali ke rumah. Karena Abi sedang sakit dan di rawat Hanin pun segera memutuskan untuk pulang ke kampung halaman dirinya sedangkan masalah tugas ia akan kirimkan lewat email.
Perjalanan yang akan di tempuh sangatlah memakan waktu dan tak sengaja Hanin pun tertidur dan lupa mengabari Zaidan kalau dia akan sedikit terlambat mengirimkan tugasnya.
Sebagai mahasiswi semester enam, Hanin memang sangat di sibukan oleh tugas-tugasnya bahkan ia tak mampu mengurus dirinya sendiri karena tugas yang menumpuk setiap minggunya.
Sesampainya di rumah sakit Hanin langsung pergi menuju ruang rawat kedua orangtuanya dan ia mendapati Abinya yang sedang terbaring dengan selang infus di tangannya.
"Abi, maafkan Hanin. Hanin baru bisa menjenguk Abi sekarang."gumam Hanin sambil memegang kedua tangan Abinya.
"Abi baru saja tidur, kamu mengganggu tidur Abi."ucap kiai Rizky.
"Abi, maafin Hanin."ucap Hanin sambil mengecutkan bibirnya.
"Tak apa putriku. Abi mengerti kamu sedang sibuk dengan kuliah kamu saat ini makanya Abi gak mau ngasih tahu kamu cuma abang kamu itu aja yang berlebihan."ucap kiai Rizky sambil melirik putra pertamanya itu.
Hanin terkekeh sedangkan gus Hanif hanya fokus dengan laptopnya sedari tadi.
"Abang batu."ceplos Hanin.
"Abang denger loh Hanin."tegur gus Hanif.
Sedangkan Hanin hanya menunjukan senyuman khas seorang Hanin yang tak pernah ia tunjukan kepada siapapun kecuali keluarganya.
Sore ini keluarga mereka berkumpul menemani kiai Rizky yang sedang di rawat karena kecapean.
Hanin memiliki kembaran bernama Hanif Yasser Syathibi dan seorang adik bernama Hanin Hanania yang biasa di panggil Ning Hana, gadis itu audah memasuki masa SMA-nya dan gadis itu meneruskannya di Pesantren milik uminya yang berada di daerah banten sedangkan abangnya sendiri melanjutkan kuliahnya di UIN jakarta karena memang ia tak bisa jauh dari adik kembarannya itu yang memutuskan untuk tinggal di jakarta sejak kecil sedangkan dirinya berada di pesantren sejak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) End
ChickLitPersahabatan yang menjadi cinta namun gagal karena sebuah perjodohan, mengantarkan keduanya terhadap pilihan yang sangat sulit dan memutuskan untuk keduanya saling mengikhlaskan satu sama lain. Cinta mereka tumbuh lewat persahabatan sehingga tak mam...