Martabak ini manis tapi tak semanis senyum yang kau perlihatkan saat ini.
***
Hanif meletakan martabak itu di depan meja, membuat Hanin langsung melihat ke arah Hanif yang berdiri di sebrang meja makan.
"Abang lama."ucap Hanin lalu mengambil martabak itu dan membawanya ke dapur.
"Eh, gus Rafka silahkan duduk gus."ucap Hana sambil tersenyum.
Hanif dan Rafka pun duduk bersebrangan dengan Hana, gadis itu di sibukkan lagi dengan ponsel di tangannya.
"Kamu lagi ngapain sih dek?"tanya Hanif.
"Lagi belajar ngedit sama mbak Hanin."ucap Hana.
"Emang Hanin bisa?!"ucap Hanif.
"Jangan salah bang, mbak Hanin Kan editor webseris sekolahnya."ucap Hana.
"Ya kan itu mah ada temennya."ucap Hanif.
"Ya udah ah, terserah abang."ucap Hana.
Tak lama kemudian, Hanin keluar dari dapur membawa martabak yang telah ia susun di piring. Ia meletakkan satu piring di meja sedangkan yang satunya ia akan bawa ke ruang tamu.
"Buat siapa Nin, emang umi belum tidur?!"tanya Hanif.
"Buat umi sama mbak-mbak santri di depan. Mereka lagi bantuin umi ngurusin beberapa berkas pesantren."ucap Hanin sambil membawa martabak di piring tersebut. Tak lupa Hana juga membawa beberapa botol air mineral di plastik berwarna hitam.
Hanin dan Hana pun sudah kembali ke ruang makan, mereka langsung duduk di kursi meja makan. Mereka langsung menikmati martabak yang tadi dibeli oleh Hanif dan Rafka.
"Dek, nih kenalin gus Rafka anaknya sahabat Abi di pesantrennya dulu."ucap Hanif memperkenalkan Rafka pada Hanin.
"Aku Hanin, adik kandung bang Hanif."ucap Hanin sambil tersenyum.
Di balik wajahnya yang terlihat jutek ia memiliki senyuman manis yang membuat siapa saja meleleh, Rafka sampai tak sadar dibuatnya. Tapi Hanif segera menyenggol tangan Rafka dan membuat pria itu segera tersadar.
"Saya Rafka Arshan Fathan panggil aja Rafka."ucap Rafka.
"Gus Rafka asli orang bogor, Abi dan Uminya punya pesantren di sana dan santrinya juga banyak."jelas Hanif.
"Aku tinggal di jakarta, kapan-kapan gus main ke jakarta."ucap Hanin. Sebenarnya Hanin anaknya welcome ke siapapun dan ia memang akrab kepada siapapun.
Mereka menikmati martabak itu dengan canda tawa tak terasa jam sudah menunjukan pukul setengah satu Hanin dan Hana pun masuk kedalam kamar sedangkan Hanif dan Rafka segera kembali ke asrama.
Saat sampai di asrama Hanif dan Rafka langsung menuju tempat tidur mereka. Saat Hanif mulai terlelap sedangkan Rafka dia belum bisa sama sekali memejamkan mata ia akhirnya memutuskan untuk duduk di jendela sambil muroja'ah entah kenapa pikirannya kalut.
Namun pada akhirnya Rafka pun bisa memejamkan mata dengan al-qur'an di tangannya.
***
Di sisi lain Hanin merasa ada yang aneh pada dirinya setelah pertemuan ya dengan gus Hanif hatinya entah kenapa merasa gelisah ia memutuskan untuk duduk di sofa single sambil membaca al-qur'an.
Hatinya sedikit tenang tapi ia tak bisa tidur, ia terus saja berguling-guling sendiri di atas kasur tanpa berniat untuk tidur akhirnya ia mengambil hpnya yang belum ia hidupkan setelah ia sampai di Cirebon.
Baru saja ia menghidupkan hp tersebut sebuah panggilan masuk dari Zaidan. Ia ingat bahwa dia tak memberi tahu Zaidan tentang kepulangannya ini.
"Assalamualaikum,"suara orang dari sebrang sana
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) End
Literatura FemininaPersahabatan yang menjadi cinta namun gagal karena sebuah perjodohan, mengantarkan keduanya terhadap pilihan yang sangat sulit dan memutuskan untuk keduanya saling mengikhlaskan satu sama lain. Cinta mereka tumbuh lewat persahabatan sehingga tak mam...