🍃 Ungkap Hati Seorang Ning🍃

112 17 0
                                    

"menceritakan semuanya dari awal adalah langkah terbaik untuk kamu mengikhlaskan ku"

Hanin Raihana Syahira

****

Hanin pov.

Dua Minggu lagi pernikahan ku akan di gelar walaupun aku tak mengetahui siapa laki-laki itu tapi aku berharap dia laki-laki yang akan mencintai ku dengan sepenuh hati.

Hati ini rencananya aku akan memberi tahukan semuanya kepada Zaidan, aku tak ingin membohongi dia lagi. Aku menunggunya di blue cafe sambil memandangi langit yang biru dan matahari yang sangat terik siang ini.

"Sorry aku lama yah."ucap seseorang yang baru saja datang di hadapan ku.

"Gak ko aku juga baru saja datang."jawabku.

"Ada yang perlu kamu bicara penting?"tanyanya.

Aku tersenyum ke arahnya, dan aku mendesah pelan.

"Aku akan menikah dua Minggu lagi."ujarku.

"Akhirnya kamu bicara masalah pernikahan itu, aku udah tahu ko. Aku gak sengaja waktu itu denger percakapan kami sama Friska."ucap Zaidan.

"Maafin aku yah Dan, pernikahan ku ini atas perjodohan jadi aku tak bisa menolak keinginan kedua orangtuaku."ucapku.

"Kenapa kamu tidak menolak saja?"tanya Zaidan.

"Aku telah banyak mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka Dan, kamu harus mengerti aku Dan."jelasku.

"Keputusan apa?"tanya Zaidan.

Aku terdiam, apakah aku harus menceritakan semuanya dari awal dan memberi tahu siapa aku sebenarnya kepada laki-laki di hadapanku ini.

"Baiklah jika itu sudah menjadi keputusan kamu, mulai sekarang aku akan belajar untuk tidak mencari mu dan mengikhlaskan kamu."ujarnya lalu bangkit ia hendak pergi setelah penjelasan tadi.

"Dan, bisa kamu duduk dulu."ucapku, Zaidan pun hanya menuruti perkataan ku ia pun duduk kembali di kursinya.

"Kamu perlu tahu siapa aku Dan, aku putri kiai Rizky dan Bu nyai Senja aku adalah seorang Ning."ucapku.

Ku lihat Zaidan tak percaya dengan apa yang aku ucapkan lagi aku tahu ini kejutan yang sangat besar untuknya. Aku pun melanjutkan cerita ini kepadanya

"Kamu mungkin tak percaya denganku, karena selama ini aku tinggal di Jakarta dulu saat setelah kelulusan sekolah dasar Abi memberikan aku pilihan untuk tinggal di pesantren yang sudah ia pilihkan untukku namun dengan keras aku menolak permintaannya dan aku memilih untuk tinggal bersama dengan kakek dan nenek ku di sini. Aku tak ingin menolak permintaannya lagi sudah cukup selama ini aku terus saja menolak akan keinginannya, ini saatnya aku untuk mengabdi kepadanya."jelasku.

Zaidan menatap ku sebentar lalu ia dia pergi begitu saja, aku tak bisa mengejarnya lagi ini waktunya untuk dia belajar menghilangkan perasaannya terhadap ku.

"Suatu saat nanti kamu akan mengerti dengan keadaanku saat ini."gumam ku sendiri.

Hari ini aku akan melakukan fitting baju pengantin di tempat sahabatnya yang tak jauh dari sini, Hana sebenarnya gadis itu ikut bersama ku namun ia duduk lebih jauh dari tempatku duduk sekarang.

"Udah kak?"tanya Hana aku pun mengangguk lemah, Hana tersenyum mencoba memberikan aku ketenangan.

"Kakak yang sabar yah."ucapnya.

"Iya dek, ayo kita ke tempat tante Sherina."jawabku.

Hana pun mengangguk lalu setelah itu kami berdua pun pergi ke butik milik tante Sherina, saat sampai di sana aku langsung di sambut oleh tante Sherina yang memang sedang menunggu ku.

"Ya Allah Ning, terakhir aku lihat kamu itu pas masih kecil sekarang kamu makin cantik dan dewasa lagi."ujar tante Sherina.

"Ya iyalah tante orang dia makannya banyak banget."ucap Hana, aku pun langsung memukul pelan bahunya yang di susul gelak tawa dari tante Sherina dan Hana.

"Udah-udah jangan ganggu mbak kamu Ning Hana, yuk sekarang kita lihat yuk beberapa desain baju yang sudah tante siapkan untuk pernikahan Ning Hanin."ujar tante Sherina.

Tante Sherina menunjukkan beberapa model baju pengantin yang terbaru dan aku di minta untuk memilih tiga model baju untuk akad, resepsi di Cirebon dan resepsi di Tanggerang. Setelah melihat beberapa model aku tertarik pada model-model yang bernuansa India tapi aku hanya memilih satu saja setelah itu aku menyerahkan Hana untuk memilih.

Aku dengar dari Abi dan umi bahwasanya calon suamiku menyerahkan semuanya kepadaku dia akan terima apa saja yang sudah ia pilihkan untuk pernikahan ini. Aku sebenarnya ingin tahu siapa laki-laki itu namun Abi dan umi tetap merahasiakannya karena memang dari pihak laki-laki itu yang menginginkannya.

"Gaun yang mbak pilih bagus banget aku udah ngebayangin kalo mbak sama calon mbak make itu."ujar Hana saat melihat aku memakai gaun tersebut.

Aku tak menyangka bahwa aku akan menikah secepat ini, ini memang suatu keputusan yang sangat berat lebih dari keputusan ku saat menentukan pilihan sekolah. Ini adalah keputusan yang akan merubah kehidupanku mulai saat ini, aku telah banyak belajar dari pengalaman ini dan aku akan mencoba menjalani semuanya.

Aku memang belum mencintai laki-laki itu tapi dengan berjalannya waktu cinta itu akan hadir antara aku dan dia, karena pada dasarnya setiap insan manusia yang tinggal satu atap dan selalu bersama akan merasakan kenyamanan dan lama kelamaan rasa nyaman itu berubah menjadi cinta.

Aku terus memandangi diriku di sebuah cermin besar ini, entah kenapa pemandangan ku terhenti pada seorang laki-laki yang duduk tak jauh dari tempatku. Aku menyadari laki-laki itu sedari tadi memperhatikan ku dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan, aku pun kembali ke ruang ganti dan memakai lagi pakaian yang aku kenakan tadi.

Saat kembali dari ruang ganti aku masih melihat laki-laki itu tengah berbincang dengan tante Sherina, mungkin laki-laki tadi juga akan menikah sama seperti diriku namun di sini bedanya aku tak melihat calon istrinya sama seperti diriku yang tak di temani oleh calon suamiku.

Aku duduk di samping Hana yang sibuk dengan ponselnya, aku tahu gadis seusianya pasti sedang mengalami masa pubertas. Di mana cinta monyet itu hadir sendiri di dalam hatinya, hanya saja dia harus pandai membawa dirinya agar tak terjebak dengan kesenangan semata itu.

"Mbak udah selesai?"tanya Hana.

"Udah dek, cuma kita nunggu mbak dulu yah dia lagi ada tamu penting kayanya."jawabku.

"Oh iya geh mbak."ucapnya.

"Setelah ini kita main yuk ke taman, aku pingin terus main sama kamu sebelum mbak nikah."ujar ku.

"Mbak,,,."ucapnya dengan nada manja lalu memelukku.

"Aku gak pernah bayangin mbak nikah secepat ini, aku pasti akan kangen mbak apalagi setelah menikah nanti mbak akan tinggal di Jakarta."ujar Hana.

"Mbak tinggal di Jakarta juga sampai kelulusan saja setelahnya mbak akan tinggal di Tanggerang."jelasku.

"Ah mbak, aku akan merindukanmu."ujarnya.

"Kamu harus ingat yah kamu jangan nakal dan harus sayangi Abi dan umi dengan sepenuh hati kamu."pesanku.

"Iya mbak, aku pasti akan selalu ingat pesan mbak."ucap Hanin.

Tak lama kemudian, tante Sherina kembali kepadaku dan Hana. Kami berdua pun langsung berpamitan kepadanya, karena hari juga mulai beranjak sore hari dan kami berdua pun juga mau pergi ke taman sebelum pulang nanti.

Pernikahan yang sudah ada di depan mata membuatku merasa seperti sedang bermimpi saja tapi ini adalah kenyataannya pernikahan ini akan terjadi.

After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang