"Jika kamu terus seperti itu, aku tak yakin apakah aku bisa menerima kamu suatu saat nanti"
Hanin Raihana Syahira
***
Hanin POV
Masa SMA ku sebentar lagi akan berakhir tinggal menghitung hari aku akan menyelesaikan pendidikan di masa putih abu-abu ini, dan aku juga telah memutuskan untuk kuliah di universitas Indonesia dengan dua jurusan yakni fakultas hukum dan fakultas kedokteran.
Entah apa yang aku pikirkan sehingga aku memilih fakultas hukum padahal aku tak terlalu banyak tahu tentang hukum, hasil pengumuman akan diberikan besok dan aku tak sabar menantikan hari itu.
Semua orang sibuk menyiapkan penampilan mereka besok pagi, dan kebetulan juga hari perpisahan berbarengan dengan pengumuman dari universitas. Sebenarnya hasil pengumuman sudah ada pada setiap sekolah hanya saja kita menunggu sampai hari kelulusan.
Tapi untuk UI sendiri hasil tesnya memang baru keluar sekarang, jadi sangat spesial.
"Ning, taman belakang yuk."ajak Friska.
"Friska,"ucapku.
"Sorry."ujarnya sambil memperhatikan gigi-giginya.
Aku dan Friska pun berjalan menuju taman belakang yang mana taman ini memang sangat jarang di kunjungi oleh para siswa-siswi, aku dan Friska duduk di bangku taman dan Friska mengeluarkan kotak makanannya seperti biasa.
"Hari ini gue bawa Nasi goreng dan Ayam Geprek."ujar Friska.
"Wah, gak sabar buat makan."balas ku.
Aku dan Friska pun segera melahap habis makanan yang di bawa oleh Friska, tapi aku dan Friska lupa membeli minuman jadinya sekarang aku dan dia kepedesan. Friska pun pergi ke kantin untuk membeli minum sedangkan aku menunggunya.
Namun saat aku sedang menunggu Friska aku lihat Zaidan dengan Ariel berjalan mendekati gudang yang sepi, mereka tak menyadari akan keberadaan ku entah apa yang akan mereka lakukan aku yakin ada hal yang akan mereka lakukan di tempat ini seperti saat di perpustakaan.
Aku terus memperhatikan mereka sampai aku tak sadar kalau Friska ada di sampingku,
"Kamu liatin apa Ning?"tanya Friska, namun entah kenapa aku tak bisa menjawab pertanyaan Friska.
Friska mengikuti arah pandangan ku dan aku rasa dia sangat terkejut dengan apa yang kita lihat saat ini, Ariel mencium bibir Zaidan secara paksa dan itu membuat ku sedikit ngeri melihat hal itu.
"Itu beneran Zaidan sama Ariel, wah gila sih mereka kaya gitu di sekolah."ujar Friska.
Aku terdiam seribu bahasa entahlah rasanya begitu sakit melihat Zaidan dan Ariel seperti itu, mungkin ini yang di namakan cinta awalnya aku akan mempertimbangkan lagi perasaan ku untuknya tapi melihat ia melakukan hal seperti itu lagi membuatku menahan diri lagi.
Bagaimana bisa aku menyukai laki-laki yang seperti itu kemana Zaidan yang aku kenal, dimana dia yang menghormati wanita. Aku tak mengerti lagi jalan pikiran Zaidan.
"Kita pergi yuk."ajak ku kepada Friska.
"Hayu,"ucap Friska.
Aku dan Friska pun pergi dari taman, kami berdua memutuskan untuk pergi ke panti asuhan entahlah rasanya aku ingin menemui Bu Arsya dan Abah Syahrul, mungkin aku akan sedikit bercerita di sana dan mencari ketenangan bersama anak-anak panti.
"Ini di mana Ning?"tanya Friska.
"Ini panti asuhan milik Abah Syahrul aku sering banget kesini, kamu mau gak temenin aku bicara sama Bu Arsya."ucapku.
"Tentu, tapi kayanya aku pingin main sama anak-anak aja sambil nungguin kamu."ujar Friska
"Oke,"ucapku"Salsa, dek sini."lanjut ku memanggil salah satu anak panti untuk menemani Friska.
"Kamu sama Salsa dulu yah, aku gak lama ko abis ini kita hangout bareng kemana aja yang kamu mau."ucapku sambil tersenyum.
"Iya Ning."ucap Friska.
Aku pun masuk ke dalam rumah Abah Syahrul, ternyata Abah sedang tidak ada di rumah karena ada pertemuan dengan salah satu kerabatnya.
"Ibu, lagi sibuk nggak?"tanya Hanin.
"Nggak Ning, kenapa tumben kayanya ada yang penting banget ya sampai-sampai pingin ngobrol berdua sama ibu."ujar Bu Arsya.
"Gini Bu, Hanin menyukai laki-laki di sekolah Hanin tapi Hanin juga belum yakin kalau ini perasaan suka atau sekedar nyaman dengan persahabatan saja."jelas ku.
"Apakah dia laki-laki yang dulu sering ke sini sama kamu?"tanya Bu Arsya, aku pun menganggukkan kepalaku.
"Ibu merasa laki-laki itu juga menyukai kamu apa itu benar."ucap Bu Arsya.
"Iya Bu, dia sudah pernah mengutarakannya kepada Hanin tapi di sisi lain Hanin gak bisa terima dia. Hanin sadar diri kalau Hanin gak akan pernah bisa bersatu dengannya Bu, dan kemungkinan besar juga dia pasti akan menghindari Hanin kalau ia tahu siapa Hanin."jelasku.
"Ini yang ibu bingung kan juga selama ini, kisah cinta yang timbul dari sebuah persahabatan."ujar Bu Arsya, aku terdiam bagaimana pun apa yang dikatakan oleh Bu Arsya adalah benar kisah cinta dari sebuah persahabatan itu benar-benar bisa mengacaukan segalanya.
"Hanin bingung Bu, dan setelah di pikir-pikir lagi Hanin gak bisa terima dia walaupun hati Hanin ada untuknya. Hanin pingin dia bertanggung jawab kepada pacarnya karena bagaimana pun aku sudah melihatnya menyentuh pacarnya aku gak mau dia lebih terjebak dalam dosa aku ingin mereka tetap bertahan untuk saling mencintai sampai ke pelaminan."jelasku.
"Jadi Zaidan sudah menyentuh wanita yang bukan muhrimnya."ujar Bu Arsya, aku pun mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaannya.
"Astaghfirullah Ning, hal ini akan sangat di tentang oleh keluarga mu jangan sampai Abi mu tahu kalau kamu menyukai laki-laki seperti itu. Abi mu sudah tidak mengizinkan kamu tinggal di Jakarta apalagi saat dia tahu kalau kamu menyukai laki-laki seperti itu, Abi mu pasti akan sangat mata besar."ujar Bu Arsya.
"Iya Bu, Hanin bingung harus bagaimana lagi."ucap ku.
"Kamu harus ingat sayang bahwa semua cinta yang kamu miliki itu hanya untuk Allah dan saat kamu sudah memasrahkan segalanya kamu pasti akan melihat jalannya, keikhlasan kamu merelakan segalanya harus dengan hatimu yang sangat tulus. Pasrahkan semuanya kepada Allah SWT sayang, insya Allah kamu pasti akan menemukan jalan itu."jelas Bu Arsya.
Aku pun mengangguk mengerti Bu Arsya memang tak menyalahkan cinta yang aku miliki ini hanya saja waktu dan tempatnya yang sangat di sayangkan, aku sudah selesai berbicara dengan Bu Arsya setelah itu aku pamit kepada Bu Arsya mengingat aku kesini bersama dengan Friska aku takut jika aku terlalu lama Friska merasa tidak nyaman.
Di dalam mobil aku hanya terdiam memikirkan saran dari Bu Arsya, aku ingat bahwa aku tak hanya merasakan saja cinta itu tanpa aku telaah lagi kebenarannya.
Aku menuruti kemauan Friska untuk pergi ke bioskop dan saung bambu setelah itu kami berdua pun pulang, awalnya aku ingin mengantarkannya pulang ke rumah tapi Friska menolak katanya ia sudah di jemput oleh supir pribadinya. Jadi akhirnya aku pun pulang sendiri, aku meyakinkan hatiku lagi akan cinta ini dan pada akhirnya aku menyesali apa yang aku katakan aku tak ingin cinta itu hadir saat aku masih berjuang untuk mengharumkan nama keluarga ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) End
Literatura KobiecaPersahabatan yang menjadi cinta namun gagal karena sebuah perjodohan, mengantarkan keduanya terhadap pilihan yang sangat sulit dan memutuskan untuk keduanya saling mengikhlaskan satu sama lain. Cinta mereka tumbuh lewat persahabatan sehingga tak mam...