🍃I'am Come Back Jakarta 🍃

107 11 0
                                    

"Rasa Rindu akan kembali akhirnya terobati, angin segar sudah ku rasakan saat ini tapi apakah ini juga awal dari kisah itu"

Hanin Raihana Syahira.

***

Hanin POV

Akhirnya aku sampai di Jakarta, aku sangat merindukan keramaian dan suasana kota ini. Saat ini hanya ada aku di rumah karena kakek dan nenek sedang berada di Dubai, aku tahu mereka sedang sibuk dengan urusan bisnis dan sekolah miliknya.

Aku duduk bersandar di sofa melihat sekeliling rumah dari ruang tengah ini, aku mulai memejamkan mata namun baru saja aku menutup mataku mbak Dewi membangunkan aku.

"Kenapa mbak?"tanyaku dengan sopan karena mbak Dewi itu lebih tua dari ku.

"Itu Ning, ada den Zaidan di depan."ucapnya.

"Oh ya sudah suruh masuk aja, nanti saya ke ruang tamu jangan lupa buka pintunya lebar-lebar."ucapku.

"Iya Ning"ucap mbak Dewi setelah itu ia pun berlalu dari hadapanku.

Aku memang suka menyuruh semua orang di rumah ini agar membuka pintu lebar-lebar ketika ada laki-laki yang bertamu di rumah ini, karena aku takut akan fitnah dari para tetangga yang akan merusak reputasi keluarga besar ku.

aku pun langsung menuju ke ruang tamu di mana Zaidan sudah berada di sana, ia tersenyum kepadaku namun aku tak membalas sama sekali entah bagaimana aku merasa Zaidan terlalu berlebihan terhadap diriku.

"Kenapa?"tanyaku to the point.

"Kamu apa kabar?"tanyanya.

"Alhamdulillah aku baik, maaf kamu ada perlu apa soalnya aku lagi pingin istirahat dulu."ucapku.

"Aku cuma pingin tau kamu baik-baik saja,"ucapnya.

"Oh, ya sudah aku baik-baik saja dan aku lagi pingin istirahat dulu yah."jelasku.

"Oh baiklah, kalau begitu aku pulang."ucapnya, aku pun menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

Setelah kepergian Zaidan aku memutuskan untuk pergi ke kamar, entah kenapa aku merasa ingin berendam untuk menenangkan pikiran ku.

Sesampainya di kamar aku menjatuhkan diriku di kasur lalu melihat sekeliling ruangan ini, di sana ada fotoku bersama Zaidan saat masuk SMA. Aku kembali teringat pada ucapan Friska pada waktu itu, apa benar Zaidan menyukainya tapi kenapa aku merasa tak senang jika Zaidan menyukaiku.

Saat ini di luar sedang hujan, aku memutuskan pergi ke balkon kamar ku, ku pejamkan mata merasakan setiap air hujan yang jatuh ke wajahku. Rasanya sangat tenang dan damai saat aku merasakan hal ini, aku telah melewati semuanya dan akhirnya aku sampai di titik ini.

Membayangkan Zaidan yang memiliki perasaan untukku membuatku pikiran ku langsung kalut, aku hanya bisa menganggap Zaidan itu sahabat dan hanya sahabat. Aku seorang Ning yang kemungkinan satu hari nanti akan menikah dengan laki-laki pilihan orangtuaku, aku tak ingin menyakiti perasaan Zaidan ataupun laki-laki lain ya walaupun aku sendiri terluka.

Ku buka mataku dan melihat ke gerbang masuk di sana Zaidan masih berdiri dengan tenang sambil menikmati air hujan, aku segera berlari keluar dari kamarku untuk menemui Zaidan di sana. Dan saat aku sampai di depannya dia membuka matanya lalu berjongkok di depanku, aku bingung dengan apa yang akan dia lakukan apa maksud dari kelakuannya ini.

"Will you be my girl friend?"ucapnya.

Ini yang aku takutkan selama ini pernyataannya soal perasaan yang ia miliki untukku, cinta yang tumbuh untukku adalah kesalahan untukku.

"Maaf, aku gak bisa Dan."ucapku hanya itu yang bisa aku katakan, dia bangkit dan mencoba menatapku namun aku langsung menundukkan pandangan karena bagaimanapun aku bukan muhrimnya aku tahu itu.

Aku seorang Ning yang harus menjaga kehormatan keluarga ku, dan aku juga harus mempertahankan apa yang sudah aku pelajari selama ini.

"Kenapa Nin?"tanyanya.

"Ada satu hal yang gak bisa aku jelaskan sama kamu, dan aku mohon kamu mau mengerti dengan keadaanku."jawabku.

"Apa kamu sudah punya laki-laki yang mengisi hati mu?"tanyanya.

Untuk kesekian kalinya aku tak bisa menjawab pertanyaannya, ini bukan masalah aku memiliki laki-laki lain atau tidak karena ini masalahnya adalah aku seorang putri dari sang kiai yang mana ia di segani dan di hormati oleh orang banyak.

Aku sebagai anaknya harus menjaga kehormatan dari keluarga ku, dan juga kepercayaan Abi yang sudah ia berikan untukku. Aku tak ingin Abi lebih membenciku karena aku yang tak bisa menjawab kepercayaannya terhadap diriku.

"Aku gak bisa Dan!"teriakku, lalu berlalu dari hadapannya.

Aku masuk ke dalam rumah, dan melihat Zaidan yang menundukkan kepalanya lalu berlalu pergi dari rumah ku. Lebih baik kamu merasakan itu sekarang daripada satu saat nanti kamu melihat ku bersanding dengan seseorang yang memang telah di takdir kan untukku.

Aku berharap setelah ini, kamu gak akan membenciku karena kamu adalah sahabatku, dan akan tetap menjadi sahabat. Perasaan yang ada dalam diri kamu hanya sebatas kenyamanan saja sama sepertiku.

Aku kembali ke kamar untuk berganti pakaian sebentar lagi waktunya sholat Dzuhur setelah sholat nanti aku berniat untuk ke toko buku Gramedia untuk membeli beberapa buku.

Setelah mandi dan mengeringkan rambutku, aku bergegas memakai gamis berwarna hitam dengan kerudung segi empat panjang dan lebar berwarna mocca. Tak lupa sedikit memoleskan make up di wajahku, aku mengambil kunci mobil milikku hari ini aku hanya ingin berjalan-jalan sendiri tanpa di antar oleh kang Ardi ataupun kang jamal.

Udara Jakarta memang sangat panas, dan kemacetan ada di mana-mana. Aku tetap tenang di dalam mobilku sambil mendengarkan sholawat dari radio mobil, akhirnya aku sampai di toko buku Gramedia dan aku langsung membeli beberapa buku yang aku perlukan tiga semester lagi aku akan lulus dari sekolah menengah atas dan akan melanjutkan pendidikan ke universitas ternama di Indonesia.

Setelah itu aku ke kasir dan membayar belanjaan ku, aku berencana untuk main ke panti asuhan milik sahabat kakek namun sebelum ke sana aku pergi ke mall untuk membeli beberapa pakaian untuk anak-anak panti.

"Mbak, tolong ambilkan beberapa baju untuk anak usia 4 sampai 5 tahunan dan juga baju-baju remaja lainnya."ucapku.

"Laki-laki atau perempuan?"tanya si mbaknya.

"Dua-duanya yah mbak."ucapku.

"Iya dek, mau di langsung di kemas apa di lihat dulu sama adek."tanya mbaknya.

"Saya percaya sama mbak ko, jadi langsung di kemas aja yah mbak."jawabku.

"Ya sudah, adek tunggu di sini dulu yah."ucap mbaknya dan aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

Tak lama kemudian, pesanan ku sudah siap dan aku meminta tolong kepada pegawainya untuk membawakan semua barang belanjaan ke parkiran. Setelah ini aku mau mampir ke minimarket untuk membelikan beberapa makanan ringan dan minuman.

After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang