🍃 Mengikhlaskan🍃(End)

208 18 3
                                    

"Tak bisa lagi aku mengungkapkannya dengan kata karena mulai sekarang aku harus belajar untuk Mengikhlaskan kamu."

Hanin Raihana Syahira

****

Hanin pov

Aku bangun dari tidur panjang ku, aku lihat sekeliling ruangan ini tapi ruangan ini bukan rumah Abinya Gus Rafka dan juga bukan apartemen milik Gus Rafka. Aku mencoba mengedarkan pandangan ku, dan mataku melihat sosok laki-laki tampan yang berdiri di luar pintu dan membelakangi jendela.

Dia suamiku, Gus Rafka.

Rasa syukur tanpa henti aku panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan aku seorang suami yang benar-benar mencintai ku, walaupun usia pernikahan kita juga terbilang masih sangat baru. Gus Rafka dengan setia menemaniku mengantarkan almarhum Zaidan ketempat peristirahatan terakhirnya, suami mana yang tahan melihat istrinya menangis untuk laki-laki lain.

Tapi dengan penuh kesabaran dan pengertian penuh Gus Rafka membiarkan hal itu, aku bangkit dari kasurku lalu berjalan menuju dirinya.

"Gus."ujarku pelan, ia menoleh lalu mendekat ke arahku.

"Kau sudah bangun, mari kita makan lebih dulu sebelum kita ke rumah eyang."ucap Gus Rafka, aku pun hanya mengangguk dan mengikuti ia dari belakang.

Sesampainya di ruang tengah, aku sangat terkejut karena sudah ada banyak makanan di atas meja itu. Aku merasa sangat bersalah karena sebagai seorang istri aku belum bisa di katakan istri yang Solehah, Gus Rafka hendak mengambil nasi tapi langsung aku cegah biar aku yang melayani dirinya saat ini.

Kami berdua makan dengan penuh ketenangan, hanya ada dentingan sendok beradu dengan piring. Setelah makan ia menyuruhku untuk bersiap-siap karena ia akan mengajakku pergi ke rumah eyangnya, aku baru tahu kalau ia keturunan dari orang Banten.

Apa aku saja yang memang tak menyadari hal ini, tapi bila aku ingat lagi keluarga Abinya memang tinggal di Tanggerang yang masih masuk ke dalam provinsi Banten. Aku memakai gamis berwarna mocca dengan kerudung senada dan setelahnya langsung menemui Gus Rafka yang sudah menunggu.

Perjalanan menuju rumah eyangnya lumayan memakan waktu karena rumah eyangnya berada di kota serang, sampailah mobil Gus Rafka di depan sebuah gerbang besar yang aku rasa gerbang ini juga gerbang pondok pesantren. Aku lihat seorang santri membuka pintu gerbang tersebut, dan langsung mempersilahkan mobil Gus Rafka masuk.

"Ini pondok milik eyang ku, namun sekarang ini di urus oleh uwa ku"ujar Gus Rafka.

"Hmm, terus eyang ada di dalem kan tapi."ucapku.

"Iya, nanti saat turun kalau ada pembicaraan antara santri kamu diem aja yah soalnya santri di sini patah hati saat aku menikahi kamu."ujarnya dengan pede, aku hanya terkekeh pelan. Lalu ia keluar mobil terlebih dahulu dan membukakan pintu mobil untukku.

Baru saja aku turun dari mobil, seperti katanya tadi semua santri langsung berbisik-bisik satu sama lain.

Oh itu istrinya Gus Rafka,

Wajar sih cantik banget,

Ning izinkan aku jadi istri keduanya Gus Rafka.

Masya Allah couple cute banget sih mereka.

Sri, sabar yah ente.

Makanya jangan kepedean mentang-mentang dekat dengan keluarga pesantren tapikan belum tentu jadi calon menantunya.

Apaan sih gadis murahan.

Ucapan terakhir dari gadis dengan jilbab putih itu langsung membuat ku menoleh, karena geram tanpa sadar aku melepaskan tanganku dari Gus Rafka dan berjalan ke arah gadis itu.

"Maaf yah mbak, perkenalkan saya Hanin Raihana Syahira istri sah dari Gus Rafka. Maksud mbak bicara begitu apa yah, setahu saya mbak itu masih seorang santri dari eyangnya Gus Rafka. Sebesar apakah hak yang anda miliki saat ini bukannya ada adab bersikap kepada seluruh keluarga pesantren, dan saya lihat kamu itu santri tertua di pesantren ini yang seharusnya memberikan contoh yang baik kepada para adik-adiknya."ujarku, Gus Rafka menarik tanganku lalu membawa ku segera pergi.

Aku lihat gadis itu mati kutu, dan beberapa temannya mulai mengejeknya.

Aku dan Gus Rafka sampai di ndalem, di sana kami berdua langsung di sambut hangat oleh eyang putri, dan juga uwa dari Gus Rafka. Kami langsung di ajak ke ruang keluarga dan berbicara banyak hal di sana.

Tiba-tiba eyang putri mengajakku keluar dan aku pun menuruti kemauannya, aku di ajak ke taman belakang ndalem.

"Rafka sudah cerita semua pada eyang."ucap eyang tiba-tiba.

"Maksud eyang?"tanyaku.

"Sahabat dekat kamu Zaidan, kamu memang pasti sangat kehilangan saat ini. Tapi kamu harus bisa mengikhlaskannya, awalnya memang sangat berat bahkan eyang juga dulu sangat berat melepas kepergian suami eyang."ucap eyang putri.

"Entahlah eyang, semuanya terjadi sangat cepat. Aku sangat kehilangan dia yang selalu ada untukku, aku bahkan masih tak percaya bahwa aku kehilangan dia saat ini. Rasanya seperti mimpi."balasku.

"Tapi inilah faktanya nak, kau harus belajar melepaskan dia dan mulai belajar mencintai suamimu. Eyang tahu pernikahan kalian atas dasar perjodohan tapi eyang berharap hubungan ini sangat erat sampai takdir yang benar-benar memisahkan kalian sama seperti kamu kehilangan sahabat mu Zaidan."ucap eyang putri.

Eyang putri bercerita banyak hal kepadaku sampai aku tak sadar kalau aku harus pulang, Gus Rafka menjemput ku dengan eyang putri di taman belakang.

Aku dan dia pun segera berpamitan dengan eyang putri, dan eyang putri pun mengizinkannya.

Aku dan Gus Rafka pun pulang ke villa, dan aku mulai memikirkan kata-kata dari eyang akan masa depan dari pernikahanku ini. Aku lihat Gus Rafka sedang duduk bersandar di sofa dengan mata yang terpejam, dengan perlahan aku mencoba menyentuh kepalanya dan mulai memijat perlahan.

"Mas,"ucapku, aku lihat dia nampak sedikit terkejut dan terbangun.

"Bisakah kamu ulangi apa yang kamu katakan tadi?"tanya Gus Rafka.

Dengan malu-malu aku mengulangi kata itu, dan ia nampak sangat bahagia. Tanpa sadar ia langsung mencium pipiku dan itu membuat pipiku menjadi merah merona, aku sangat malu benar-benar sangat malu.

"Mulai sekarang aku akan berusaha mencintai kamu dan aku juga meminta bantuan dari kamu agar aku bisa menjadi istri yang baik bagi kamu."ucapku.

"Terima kasih Humaira, kamu sudah mau menerima ku dalam kehidupan ini. Aku bahagia sangat bahagia."ucap Gus Rafka.

"Iya mas, aku pun berterima kasih kepada kamu yang sudah mau menerima aku apa adanya."ucapku.

"Kamu itu wanita yang paling sempurna setelah ibuku, kamu adalah wanita yang aku cintai sejak aku mengambil mu dari Abi dan juga kakak mu."ucap Gus Rafka

Malam itu sangat membahagiakan untukku dan juga Gus Rafka dan malam itu juga aku seutuhnya menjadi istri dari Gus Rafka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang