"Kebersamaan yang paling indah adalah kebersamaan dengan keluarga, dan waktu yang paling berharga dan sulit didapatkan ialah bersama keluarga"
After Rain
***
Hanin POV
Akhirnya aku sampai di Cirebon, aku dan Bang Hanif langsung bergegas menuju rumah sakit yang umi kasih tahu. Begitu aku sampai tanpa bisa menahan diri lagi aku berlari ke memeluknya, tangis ku pecah entah kenapa aku mulai merasa bersalah atas apa yang aku perbuat selama ini.
Aku tak pernah mau menuruti perintahnya dan kemauannya, jujur saja aku merasa kecewa kepada diriku sendiri. Melihat Abi yang sedang berbaring seperti ini rasanya sangatlah perih.
"Abi, maafkan Hanin. Hanin baru bisa menjenguk Abi sekarang."gumam ku sambil memegang kedua tangan Abinya.
"Abi baru saja tidur, kamu mengganggu tidur Abi."ucap Abi.
"Abi, maafin Hanin."ucapku sambil mengecutkan bibirnya.
"Tak apa putriku. Abi mengerti kamu sedang sibuk dengan kuliah kamu saat ini makanya Abi gak mau ngasih tahu kamu cuma abang kamu itu aja yang berlebihan."ucap Abi sambil melirik bang Hanif tajam.
Aku terkekeh sedangkan bang Hanif hanya fokus dengan laptopnya sedari tadi.
"Abang batu."ceplos ku.
"Abang denger loh Hanin."tegur bang Hanif.
Sedangkan aku hanya menunjukan senyuman khas seorang Hanin yang tak pernah ku tunjukan kepada siapapun kecuali keluarganya.
Sore ini kami berkumpul sambil bercerita banyak sudah lama aku tak seperti ini dengan Abi sejak keputusan ku untuk bersekolah di Jakarta, Abi bersikap dingin kepadaku saat aku pulang pun Abi tidak memperdulikan ku. Aku tahu Abi sangat kecewa terhadap ku keinginannya aku bantah sangat keras tapi akhirnya aku sadar kalau selama ini aku salah.
"Hanin rindu Abi."ujar ku.
"Maafkan Abi yah, Abi cuekin kamu selama ini."ucap Abi.
"Gak papa Abi, aku tahu Abi di sini aku yang salah."ujarku.
"Tak juga Abi pun salah."balas Abi.
"Kalau begitu dua-duanya salah."ujar seseorang dari arah pintu.
Di sana Hana adik ku berdiri sambil tersenyum simpul ke arah kami semua, gadis itu sekarang tumbuh dewasa dan jadi gadis manis, anggun dan cantik. Ia berjalan ke arahku dan langsung memeluk ku, Ah aku sangat merindukannya.
"Pulang sama siapa dek?"tanyaku.
"Sama uncle Hussein, tadinya uncle cuma mau jenguk aku tapi entah kenapa aku merasa ada sesuatu di rumah jadi aku bersikeras membujuknya agar mengajakku pulang bersamanya."jelas Hana.
Hana mendekati tempat tidur Abi lalu ia mencium tangan Abi sangat lama, setelah itu ia duduk di samping bang Hanif dan merebut laptopnya. Bang Hanif hanya pasrah saja kala Hana mengambil laptopnya padahal aku tahu kalau dia sedang banyak tugas.
"Dek, jangan main laptop Abang kasian dia lagi banyak tugas kamu jangan ganggu dia."ujarku.
"Iya kak, tapi boleh gak kalau aku pinjem duit ponsel mbak yah."ucap Hana sambil memperhatikan pupil eyes nya.
"Iya iya, nih."ujarku sambil memberikan ponsel ku kepadanya.
Aku kembali berbincang dengan Abi dan umi rasanya aku tak ingin meninggalkan mereka, aku ingin masa-masa kecil ku kembali lagi kepadaku. Mungkin setelah kelulusan nanti aku akan sepenuhnya mengabdi kepada kedua orangtuaku, dan aku akan sejenak beristirahat dari semuanya.
Hana memegang lengan tangan ku lalu berbisik kepadaku.
"Ini pacarnya mbak tak."bisik Hana sambil memperlihatkan sebuah foto kepadaku.
Ya Allah, aku lupa tak menyembunyikan semua foto ku bersama dengan Zaidan jelas saja hal ini yang akan menjadi senjata bagi Hana jika punya keinginan kepadaku.
"Bukan dek, dia sahabat mbak."ujarku pelan supaya Abi dan umi tak mendengar jelas apa yang kami berdua bicarakan.
Hana hanya tersenyum samar entah apa yang akan gadis itu rencanakan, sebenarnya aku juga was-was sih dia terlalu ember jika tahu rahasia seseorang.
"Hana, Hanif bisa tinggalkan Abi, umi sama Hanin dulu gak? Ada hal yang harus kita bicarakan."ujar Abi.
"Iya Abi."ucap Hana dan Hanif berbarengan.
Setelah bang Hanif dan Hana keluar dari ruangan ini, Umi berjalan mendekati aku dan duduk di sampingku.
"Ada apa Abi?"tanyaku.
"Sebenarnya Abi ingin membicarakan ini waktu kelulusan kamu namun umi kamu melarang Abi membicarakan ini kepadamu."ujar Abi.
"Iya Abi,"balasku.
"Sayang, Abi dan umi sebenarnya sudah menjodohkan kamu dengan seseorang yang insya Allah setelah ia pulang dari sana akan langsung menikahi mu."jelas Abi.
Dan ini semua benar, sudah ku duga pasti akan berakhir seperti ini tapi apalah daya diriku ini. Aku tak bisa lagi menentangnya dan membuat jarak lagi di hubungan yang sudah mulai membaik ini.
Sebagai seorang Ning aku tahu semuanya akan berakhir seperti ini, perjodohan itu pasti akan datang suatu saat nanti dan saat ini akhirnya terjadi juga.
"Bagaimana Ning apa kamu mau menerima perjodohan ini."tanya Abi.
"Iya Abi, insya Allah jika Abi sudah memutuskan dan memilihkan dia yang terbaik untukku aku akan menerima ini dengan sepenuh hati."balas ku dengan menyisakan sedikit keraguan di dalam hatiku.
Ya bagaimana lagi jika aku menentang apa yang Abi inginkan aku merasa aku sangatlah berdosa dan bersalah, keputusan yang aku ambil sembilan tahun yang lalu saja membuatnya sangat kecewa terhadap ku.
Oh ya apa kabar dengan hatiku saat ini, aku rasa perasaannya kali ini sangat berbeda ada hal tersendiri jauh di lubuk hatiku yang membuat aku merasa gelisah apakah aku sudah mulai jatuh cinta kepada laki-laki itu?.
Walaupun aku terus menyangkal akan keberadaan cinta itu di hatiku namun akhirnya aku menyadari bahwa perasaan yang ada sejak tiga tahun yang lalu itu masih sama, bagaimana ini bisa terjadi saat perjodohan ku sudah berada di depan mataku.
Aku tersenyum simpul kearah Abi dan umi, aku berusaha menutupi rasa gelisah yang ada di dalam hatiku perihal ini, umi mendekap erat tubuhku dan aku membalas pelukannya.
"Umi tahu ada seorang laki-laki yang pasti saat ini ada di dalam hati kamu tapi karena kamu ingin berbakti kepada Abi dan umi kamu merelakan semuanya."bisik umi aku tersenyum gentir ke arah umi.
Aku tak mampu berkata apapun kepadanya perasaan yang ku miliki saat ini benar-benar masih samar dan aku tak tahu kejelasannya seperti apa nantinya, aku mencoba menahan hatiku saat ini tak baik untuk seorang Ning sepertiku memikirkan apa yang seharusnya tak ku pikirkan.
Bang Hanif dan Hana pun masuk ke dalam ruangan ini dan setelahnya suasana kembali seperti semula hanya saja aku lebih banyak diam saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) End
Literatura FemininaPersahabatan yang menjadi cinta namun gagal karena sebuah perjodohan, mengantarkan keduanya terhadap pilihan yang sangat sulit dan memutuskan untuk keduanya saling mengikhlaskan satu sama lain. Cinta mereka tumbuh lewat persahabatan sehingga tak mam...