🍃Cukup Sampai Di Sini🍃

107 12 0
                                    

"Walaupun masa lalu tak semanis coklat, tapi ia adalah kepompong yang terus mendukung ulat agar manjadi kupu-kupu"

After Rain

****

Saat ini Zaidan bersama kedua orangtuanya sedang berkumpul di ruang keluarga, tentunya untuk Zaidan yang pasti menginginkan penjelasan tentang apa yang terjadi di pesta pernikahan Hanin kemarin.

"Apa yang papah sembunyikan dari aku dan mamah."ujar Zaidan penuh dengan penekanan.

"Papah gak pernah sembunyikan apapun dari kamu dan juga mamah."ucap Ardi dengan penuh ketenangan.

"Lalu, apa hubungannya papah dengan uminya Hanin."ujar Zaidan.

"Baiklah, papah akan ceritakan semuanya kepada kamu. Karena mamah kamu sendiri sudah tahu semuanya."ujar Ardi dengan tenang.

Zaidan menatap Ardi dengan penuh tanya, ia tak pernah tahu apa yang terjadi di masa lalu. Dan mungkinkah ini juga yang membuat papahnya enggan untuk kembali ke negerinya sendiri, Zaidan mengambil secangkir teh hangat di hadapannya lalu meminumnya sedikit.

"Papah pernah mencintai bahkan meminta Ning Senja untuk menjadi calon istri papah."jelas Ardi.

"Apa."ucap Zaidan.

Zaidan benar-benar tidak percaya dengan itu semua, jadi kisah yang saat ini terjadi adalah kisah yang sama dengan ayahnya dan terulang kembali di kehidupannya.

"Papah tahu ini adalah kenyataan yang pahit untuk kamu, tapi harus bagaimana lagi semuanya telah terjadi."ujar Ardi.

"Mamah minta maaf sama kamu Dan, Mamah gak bisa ceritakan itu semua kepada kamu."jelas Liana.

Tanpa sepatah kata Zaidan pergi meninggalkan kedua orangtuanya lalu keluar dari rumahnya, dengan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi dan tanpa tahu arah sampai ia tak sadar dari arah lain sebuah truk bermuatan besar melaju kencang dan kecelakaan pun tak bisa di hindarkan.

Orang-orang pun langsung berlari dan mengerubungi Zaidan yang sudah terpapar dengan darah yang keluar banyak dari kepalanya, salah satu orang kemudian menghubungi pihak kepolisian dan rumah sakit terdekat. Beruntungnya ada salah seorang dokter yang segera memberikan pertolongan pertama untuk Zaidan, sampai akhirnya suara sirine mobil ambulans terdengar mendekat.

Zaidan segera di larikan ke rumah sakit terdekat dan pihak kepolisian pun menghubungi keluarga Zaidan, Ardi benar-benar sangat terkejut mendengar hal itu pasalnya putranya hanya baru berangkat beberapa menit yang lalu dalam kondisi yang baik-baik saja.

Tanpa pikir panjang ia segera mengeluarkan mobilnya dan menuju ke rumah sakit, Liana tak mampu menahan tangisnya ia tak pernah menyangka bahwa hal ini akan terjadi. Liana berusaha menghubungi Hanin karena ia tahu putranya pasti sangat membutuhkan gadis itu saat ini.

"Halo Tante,"ujar Hanin lembut dari sebrang sana.

"Sayang. Zaidan, Zaidan..... Hiks hiks hiks."ucap Liana tak mampu lagi berbicara.

"Iya Tante, Zaidan kenapa?."tanya Hanin yang mulai khawatir.

"Zaidan kecelakaan."ujar Liana dengan tangis yang sudah pecah.

Detik itu juga hati Hanin langsung bergetar hebat, air mata pun langsung jatuh dari matanya. Ia segera menghampiri Gus Rafka dan meminta tolong untuk mengantarkannya ke rumah sakit, Gus Rafka pun menuruti permintaannya.

Di mobil Hanin berusaha tetap tenang tapi sayangnya air mata tak bisa lagi ia bendung, ia takut sangat takut kehilangan sahabat yang selama ini menemani ia di saat susah dan senang.

Sesampainya di rumah sakit Ning Hanin langsung menuju ruang ICU di mana Zaidan sedang ditangani, di depan pintu ICU Ning Hanin langsung berhamburan ke pelukan Mama Liana. Dan tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan itu dengan wajah yang sulit sekali untuk di artikan.

"Bagaimana keadaan putra saya, apakah dia baik-baik saja?"tanya papah Ardi.

Dokter menggeleng pelan.

"Bapak dan ibu bersabar yah, kami telah berusaha sebaik mungkin tapi takdir berkata lain. Putra bapak kehilangan banyak darah dan ada beberapa pendarahan yang terjadi sehingga putra bapak dan ibu tak bisa untuk kami selamatkan."jelas dokter.

Hari itu langit yang begitu cerah tak berarti apa-apa karena mendung menyelimuti keluarga Zaidan dan juga Ning Hanin, mamah Liana sudah tidak sadarkan diri di pelukan papah Ardi. Sedangkan Ning Hanin langsung terduduk di lantai rumah sakit, Gus Rafka pun memeluknya mencoba menenangkan Ning Hanin yang mulai histeris.

Mereka semua di izinkan untuk melihat Zaidan untuk terakhir kalinya, Ning Hanin mendekati bangkar yang di tempati oleh Zaidan di mana jenazah Zaidan sedang di peluk oleh mamah Liana. Ning Hanin memeluk Gus Rafka erat dan Gus Rafka menepuk-nepuk pundaknya dengan penuh kelembutan.

"Ini memang berat buat kamu tapi kamu harus mengikhlaskan dia."ujar Gus Rafka.

Setelah itu, papah Ardi langsung mengurus segala surat-surat dan biaya rumah sakit. Karena pihak keluarga ingin memakamkan Zaidan segera, setelah selesai semuanya dengan menggunakan mobil ambulans milik rumah sakit. Ning Hanin dan Gus Rafka mengiringi perjalanan menuju ke rumah duka.

Tak henti-hentinya Ning Hanin menangis meratapi nasib sahabat yang selama ini menemaninya dalam suka maupun duka, belum sempat rasanya ia menyelesaikan kisah ini tapi akhirnya ia malah di tinggal pergi oleh seseorang yang benar-benar menghiasi harinya itu.

Suasana rumah duka pun sudah ramai dikunjungi oleh sanak saudara, dan teman-temannya Zaidan. Ning Hanin turun dari mobil dengan di papah oleh Gus Rafka, Friska datang menghampiri mereka membantu Gus Rafka membawa Zaidan.

Begitu sangat terasa sekali perpisahan yang terjadi saat ini, suasana begitu berkabung bahkan tak ada yang bersuara hanya bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang terdengar di setiap sudut ruangan di rumah ini.

Mamah Liana belum juga sadarkan diri,

Gus Rafka tak pernah sedikitpun melepaskan tautan jari tangannya Ning Hanin, dan Ning Hanin pun mengerti hal itu ia sadar saat ini bersama dengan suaminya. Ia sadar bahwa saat ini ia tak lagi sendiri ikatan pernikahan yang sah sudah melekat pada dirinya, sudah menjadi kewajibannya menjaga dan menghormati suaminya.

Kedatangan para sahabat dan teman-teman dari Zaidan membuat Ning Hanin sedikit terhibur, Zaidan memang laki-laki yang baik kepada siapapun walaupun ia dingin tapi ia sangat peka dengan sekitarnya. Beberapa teman menyapaku dan memberikan aku semangat, siapa yang tak tahu hubungan persahabatan yang erat antara aku dan Zaidan.

Langit yang awalnya cerah tiba-tiba mendung saat jenazah Zaidan akan di sholat kan seakan alam semesta juga ikut menangis, dan karena kelelahan yang amat sangat di rasakan oleh Ning Hanin tanpa sadar matanya terpejam dan Ning Hanin pun tak sadarkan diri.

Semua orang langsung panik dan Gus Rafka pun segera menggendong Ning Hanin ke kamar yang terdekat dan tanpa sadar Gus Rafka membawa Ning Hanin ke kamar almarhum Zaidan.

After Rain ( Squel Senja Di Pesantren ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang