19. PERTEMUAN DENGAN ABANG

354 31 0
                                    

Kesibukan demi kesibukan dan aktivitas membuat Ney, Dyah dan Billi fokus pada kuliah masing- masing. Sudah satu minggu ini Ney hanya berkabar dengan mereka bahkan dengan calon suaminya pun hanya dengan WA dan sesekali Ney menanyakan tentang anak-anak Syam dan keluarga Syam. Syam sendiri pun sedang sibuk dengan kegiatan kodam yang saat ini dibebankan padanya.

Hari ini Ney ada kegiatan disekitar kentungan tepatnya didekat Makobatalyon 403 jogja. Namun saat Ney akan kembali ke rumah dengan motor kesayangannya tak sengaja Ney akan menabrak seorang prajurit dengan seragam doreng lengkap. Namun Ney dapat menghidari tabrakan itu terjadi, karena menghindar Ney menjatuhkan motornya dan menabrak trotoar jalan. Prajurit tersebut mendekati Ney dan menanyakan kondisinya.

"Maaf mba, bagaimana kondisi mba apa mba baik2 saja?" Tanya prajurit tersebut dengan lembut.
"Seharusnya saya yang minta maaf bang karena saya yang hampir menabrak abang. Sekali lagi maafkan keteledoran saya karena sedikit pusing sehingga tidak bisa mengendalikan motor saya." Jawab Ney saat akan menatap sang prajurit.

"Sya ini kamu, bener ini Nesya Mahendra Hermawan nya abang ya." Jawab prajurit tersebut sambil menatap Ney tanpa berkedip.

"Ini bang Edwin, Edwin Satria Sunandar. Iiih jahat kali abang menghilang semenjak Makrab rekanita 5 tahun yang lalu. Abang menghindar dari Ney ya, Ney bikin susah abang ya. Bahkan wisuda ku saja abang tak hadir. Padahal aku menanti abang. Abang sudah lupa kah punya aku adik abang." Ney menjawab dengan sedikit ngegas dan tak terasa air mata kerinduan jatuh menitik.

"Maafkan abang dek. Bukan abang menghindar, bukan pula abang tak mengingat adek. Sekarang ayo abang bawa adek ke kesehatan dulu biar di obati luka mu walau sedikit bisa bikin infeksi de. Ayo abang bantu." Edwin memapah Ney menuju kesehatan Batalyon dan menemaninya hingga selesai pengobatan. Ya Edwin sedang bebas tugas sehingga dapat menemaninya dengan santai.

"Abang kok disini, apa abang penempatan disini atau pesiar ke jogja. Kok abang ga pernah kontak Sya, apa Sya ga penting lagi buat abang. Sya selalu tanya ke papa dan ke om dadang, kabar abang dan kondisi abang. Sya selalu kawatir sama abang, apa abang ga rasa itu." Cecar Ney pada Edwin yang dapat membuat seorang Edwin Satria Sunandar menarik senyum tipisnya.

'Aku pergi karena aku ingin menghilangkan perasaan cintaku Sya. Aku pergi karena aku harus buktikan aku pantas untuk mu. Semakin jauh aku pergi bahkan aku semakin merindukan mu. Cinta ku tanpa batas waktu Sya dari saat kita membuat kehebohan dilapangan pancasila akmil hingga saat ini.' batin Edwin yang melamun sesaat.

"Eeeh em, dek kan kamu tau abang abdi negara dan abang kan baru naik kapten sebelum ini kan abang diluar jawa terus susah sinyal. Jangan kan kabarin kamu de, papa mama aja jarang abang kabarin." Jawab Edwin mengalihkan dari alasan sebenarnya.

"Iya bang adek tau tapi apa begitu tak pentingnya kah adek bahkan saat momen bahagia adek abang tak mendampingi adek." Sendu Ney.

"Oooh iya kata papa dek Sya sudah lamaran ya, maafin abang belum bisa mendampingi tapi saat menikah abang pastikan abang akan jadi pengiring pengantinnya." Jawab Edwin dengan menahan emosi yang serasa ingin meledak. Ya bagaimanapun dia bahagia Allah pertemukan dirinya dengan pujaan hatinya. Namun disisi lain ia harus meredam perasaan cintanya dan menumbuhkan kasih sayang seorang kakak lagi untuk Ney.

"Bang besok ada waktu ga, bisa besok temani Sya ke suatu tempat. Karena Sya belum bisa percaya pada siapapun selain abang." Ajak Ney pada Edwin.

"Ok abang besok bebas sorean dek karena pagi jaga sampe sore. Gimana adek keberatan ga." Tanya edwin pada Ney.

"Oke setuju bang. Besok adek yang jemput abang atau abang yang kerumah adek." Tanya Ney memastikan.

"Besok abang yang jemput Sya aja, besok abang bawa mobil aja biar Sya nyaman." Jawab Edwin memastikan dan mendapat anggukan dari Ney untuk menyetujuinya. Ney pun di antarkan pulang oleh Edwin karena motornya harus masuk bengkel karena tragedi trotoar yang terjadi tadi.

Seperti janji mereka kemaren sore ini Edwin menjemput Nesya dirumahnya. Nesya yang sudah siap dengan kemeja yang dilipat se siku dan celana jins pun memasuki mobil Edwin. Ney sudah mengabari papa dan Syam bahwa dia akan keluar dengan Edwin, Ney sudah menceritakan siapa Edwin dan jangan lupa juga Edwin adalah anak dari atasannya.

"Makasih ya bang mau temenin Sya." Ucap Ney dengan binar yang dapat jelas terlihat oleh Edwin, binar senyum ini yang Edwin rindukan selama lima tahun kebelakang ini sampai ia harus selalu jadi stalker pada akun sosmed Ney dan meminta tolong pada papanya untuk mengambilkan foto Ney secara diam2.

"Emang kita mau kemana de sepertinya sangat rahasia bahkan papa mu ga tau ya kamu mau ajak abang kemana." Tanya Edwin pada Ney.

"Bang kita ke RS Sarjito ya, abang bolehkan adek minta tolong abang sembunyikan apapun yang terjadi pada Sya dari papa, mas Syam dan om dadang." Pinta Ney pada Edwin.

"Maksud adek bagaimana?" Jawab Edwin.

"Ya abang cukup abang saja yang tau apa yang terjadi pada Sya, dan apapun yang terjadi abang saja yang menjadi wali Sya di rumah sakit. Ok bang." Mohon Ney pada Edwin, Edwin tak akan pernah bisa menolak permintaan Ney. Setibanya di rumah sakit Ney bersama Edwin menuju poli penyakit dalam dan memasuki ruang dokter yang sudah menantinya. Tertera papan nama dokter Dita spesialis penyakit dalam.

"Selamat sore dok, sesuai perintah dokter saya bawa wali saya yaitu abang saya kesini dok." Ucap Ney dengan keceriaannya seperti tak ada masalah apapun pada dirinya.

"Selamat sore juga mba Ney, sudah saya tunggu. Oh ini abangnya, salam kenal mas saya Dita dokter yang menangani Ney akhir-akhir ini." Uluran tangan Dokter Dita dibalas oleh Edwin dengan senang hati.

"Saya Edwin abangnya Nesya dok. Sebenarnya kalo boleh tau apa yang terjadi pada adek saya ini ya dok." Tanya Edwin penasaran dan terselip rasa takut.

"Baik begini saya akan jelas kan hasil total medical check up yang saya lakukan 3 hari yang lalu. Tiga hari yang lalu Nesya pingsan secara mendadak dan langsung dibawa ke rumah sakit ini oleh Supirnya. Dan hasil nya adalah Nesya mengalami kelainan pada fungsi Hatinya yang menyebabkan Nesya sering sekali mengalami nyeri hati hingga membuatnya pingsan. Dan Nesya dalam kasus ini sudah pada stadium akhir, satu-satunya cara transplan hati walaupun kemungkinan keberhasilannya 50persen. Sebelum dilakukan transplan itu maka Nesya harus menjalani tritmen injeksi rutin yang dilakukan dua minggu sekali untuk membantu fungsi hati supaya dapat menghasilkan enzim penyaring racun. Selain itu kita hanya akan bisa pasrahkan semua pada Allah mas." Penjelasan Dokter Dita membuat Edwin syook, Edwin tak pernah menyangka bahwa Adik kesayangannya memiliki riwayat penyakit yang langka. Bagaimana perasaan Nesya, heemmm Nesya sudah menduga nya karena ini genetik. Kakeknya meninggal karena kelainan ini juga dan beruntungnya bukan orang tua ataupun kakaknya yang merasakan ini. Dia bertekad akan merahasiakan ini semua dari orang tuanya, Calon suaminya dan bahkan Dyah dan Billi yang sudah menjadi sahabatnya. Padahal saat kejadian pingsan tiga hari yang lalu itu Ney baru saja berkumpul dengan dua sahabatnya dirumah membahas agenda mereka yang ingin refreshing ke merapi dengan mengajak pasangan masing-masing.

'Begitu tega dek kamu sembunyikan kesedihan mu dari semua orang. Dan mudah sekali kamu tetap ceria dengan banyak orang tanpa beban hati yang kamu miliki.' batin Edwin dengan menitikkan air mata. Kelemahan terbesarnya saat ia harus melihat Ney di tritmen dengan segala hal yang menyakitkan untuk hidup Ney.

TIGA SRIKANDI PUTRI ABDI NEGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang