24. BERBURU PARFUM

298 30 0
                                    

Senja ini berbeda dari senja yang lain bagi Dyah. Warna senja kali ini sangat membuatnya tenang tanpa air mata. Eeehm apa kalian tau apa yang membuat berbeda. Ya Dyah tak sendiri melewati kelam nya malam. Ada Yosi yang mengajaknya sejenak menenangkan rasa dengan mengajak Dyah keluar dari rumah sakit tempat Ney dirawat.

Mereka akan makan malam terlebih dahulu sebelum mencari keperluan Yosi untuk dibarak. Malam ini sangat spesial bagi Yosi karena malam ini dia punya kesempatan untuk keluar dari bataliyon sebelum minggu depan ia akan fokus dengan latiannya untuk keberangkatan tugasnya diperbatasan.

"Bang itu depan kiri jalan ada tempat makan lesehan yang enak abang mau kan." Ujar Dyah pada Yosi.

"Adek gapapa makan dipinggir jalan." Ucap Yosi meyakinkan Dyah.

"Ya gapapa selama tempatnya nyaman dan makanannya enak. Pasti abang suka deh." Jawab Dyah yakin.

"Ok kita sampai adek mau pesan apa biar abang pesan kan?" Tanya Yosi pada Dyah.

"Aku mie kuah aja bang sama teh tawar." Jawab Dyah dan dia berlalu menuju tempat duduk yang kosong.

"Pak saya magelangan 1, mie kuah 1, teh manis 1 dan teh tawar 1. Mkananny pedes semua." Pesan Yosi pada penjual bakmie.

"Siap mas ditunggu nggih." Jawab penjual nasi goreng. Dan di angguki oleh Yosi. Yosi dan Dyah memilih duduk dilesehan pinggir sambil memandang langit yang penuh dengan bintang dan jalanan yang ramai lancar menuju pusat kota maklum malam minggu.

"Dek nanti setelah ini jadi kan temani abang belanja, perlengkapan abang habis semua. Kita belanja dulu baru terakhir ke toko parfume." Ucap Yosi meyakinkan Dyah.

"Siap bang sekalian aku mau cari cemilan buat dirumah sakit. Ntah sedih rasanya melihat kak Ney begitu. Makasih ya bang, abang temaniku disaat yang tepat." Ujar Ney pada Yosi.

"Andai kamu mau abang temani selamanya juga abang siap kok dek." Gumam Yosi yang sedikit terdengar oleh Dyah.

"Apa bang, bilang apa barusan." Tanya Dyah pada Yosi.

"Eeeh ga ada abang bilang lama bangen pesenan kita belum datang-datang. Nah itu dia pak disini sudah lapar kami." Sambut Yosi pada bapak penjual nasi goreng.

"Loooh ini mba Dyah to, calonnya ya mba cocok loooh. Mas langgeng ya sama mba Dyah. Biasany mba Dyah kesini sendiri atau sama trio srikandi. Pertama kalinya ni mba Dyah bawa cowo." Jawab penjual Nasgor yang sering di sapa pak No.

"Iiih bapak apaan sih kami masih teman kok pak. Di abang saya, iya pak trio srikandi sedang di RS, mba Ney sakit pak. Mohon doanya." Jawab Dyah lemah.

"Semoga lekas sembuuh, mba Ney itu Super Women jadi ga akan mudah menyerah mba tenang saja pasti sembuh cepat." Ujar pak no, pak no mempersilahkan pelanggan mereka memakan makanan pesanan nya.

"Ok finish makan, sekarang kita ke mirota nanti kita ke samping mirota ada toko parfume isi ulang langganan ku." Ajak Dyah pada Yosi, Yosi buru2 membayar makanan mereka dan mengambil motor untuk melaju ke sasaran berikutnya.

Sesampainya dimirota kampus, toserba yang seringkali menemani trio srikandi berbelanja akhir2 ini. Dyah memberikan rekomendasi apa saja yang diminta dan dibutuhkan untuk Yosi. Ya disatu sisi Yosi menguji Dyah bagaimana ada apakah Dyah memerhatikan kebutuhannya. Mungkin bisa dibilang test kecil.

"Gimana bang sudah semua belum atau masih ada yang kurang. Yang ga ada dibarak mending cari disini bang biar sekalian abang balik ke barak sudah lengkap semua. Kalo aku siiih ini aja cukup." Ujar Dyah menanyakan kebutuhan Yosi.

"Sepertinya sudah semua ayo dek kita ngantri saja kasir lumayan panjang." Ujar Yosi mengajak Dyah menuju kasir. Saat mengantri dikasir Dyah melihat seseorang yang selama ini mengejar-ngejarnya sejak semester awal perkuliahannya. Bisa dibilang dia juga yang menguasai jurusan teknik alias ketua Bem jurusan.

"Dyah, loooh kamu disini kok ga minta temani aku sih kan bisa ku antar kesini." Kata Dio yang menyecar pada Dyah.

"Maaf Dio saya bisa sendiri lagian saya sudah diantar abang saya ini." Jelas Dyah menunjuk Yosi. Dio dan Yosi berkenalan.

"Oooh ini abang Dyah, salam kenal bang saya Dio calon pacar Dyah." Kata Dio dengan PD tingkat dewa, dan Yosi menjawab dengan senyum tipis.

"Saya Yosi calon suami Dyah. Salam kenal juga Dio." Jawab Yosi yang membuat Dyah kaget dan Dio speeclesh.

"Ah abang ini pandai kali bergurau." Jawab Dio mencoba mencairkan suasana.

"Tanya saja pada Dyah kalo ga yakin." Ujar Yosi melemparkan masalah pada Dyah.

"Apa itu benar Dyah?" Tanya Dio.

"Iya betul dia calon suami saya, kan saya sudah bilang dia abang saya." Jawab Dyah menjelaskan dengan ragu dan menggerutu.

"Sudah jelas kan mas, jadi mohon jangan buat calon istri saya tidak nyaman ya mas. Sini dek abang bayar sekalian biar cepat selesai." Tarik Yosi pada Dyah yang sudah berdiri di samping kasir. Setelah selesai penghitungan dan dibayar. Dengan posesifnya Yosi menggandeng Dyah dan membawa belanjaan.

"Permisi ya mas kami duluan." Pamit Yosi pada Dio dan dibalas anggukan dengan pandangan KO. Mereka berjalan seolah pasangan kekasih sampai diparkiran motor.

"Bang kok abang bohong siih. Kan Dyah yang akan kena masalah apalagi dia ketua bem jurusan dan Dyah adalah wakilnya." Ujar Dyah kesal.

"Dek abang tadi hanya melihat tatapan adek yang kesel dan sikap adek yang menolak. Dan saat adek liat abang, seolah mata adek bilang ke abang tolongin adek. Ya udah lagian yang abang utarakan tadi bukan bohong kok itu semua nyata. Bahkan tadi abang sempat bergumam sebagai pendamping adek untuk selamanya juga abang siap dek. Apakah menurut mu abang ga pantas buat perjuangin perasaan abang ke adek." Jawab Yosi lugas. Dyah terdiam mendengarkan kata2 Yosi, bahagia namun ketakutan pun muncul.

"Bang makasih atas bantuan abang tadi. Dan tentang perasaan abang, aku pun merasakan hal yang sama namun adek ga mau pacaran dan ada trauma tersendiri bang untuk ku. Andai memang abang serius, mau kah abang menanti satu tahun kedepan. Kita bahas semuanya lebih serius setelah adek wisuda." Jawab Dyah membuat Yosi tersenyum sangat tipis.

"Baik dek, kalo begitu pas bersamaan abang kembali dari penugasan diperbatasan satu tau kedepan." Jelas Yosi yang akhirnya memberanikan diri untuk jujur tentang penugasan.

"Kapan abang akan berangkat." Tanya Dyah dengan raut yang tak dapat di prediksi.

"Bulan depan de, mulai senen abang akan sibuk dengan latian persiapan penugasan maafkan abang ga akan banyak waktu bersama lagi. Tapi yakin lah abang akan kembali dan menghadap ke ayah ibu mu untuk memintamu sebagai persit ku." Jawab Yosi dengan menggenggam tangan Dyah.

"Bang ayooo buruan ke toko parfume keburu tutup." Ajak Dyah yang berhasil menghancurkan keromantisan yang dibuat oleh Yosi.

"Aaah kau ni dek, dasar biang kerok ga bisa liat orang bikin romantis dikit bae." Kesal Yosi yang segera mengendarai motor menuju destinasi perburuan terakhir yaitu parfume.

TIGA SRIKANDI PUTRI ABDI NEGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang