17. PERJUANGAN DAN DOA

371 30 0
                                    

Acara lamaran Nesya sudah berakhir 1 jam yang lalu dan kini Nesya, Billi dan Dyah sedang berada di kamar Nesya. Nesya meminta pada teman-temannya itu untuk menginap dirumah dinas papanya karena esok hari mereka sudah harus kembali bersiap-siap kembali ke aktivitas masing-masing untuk melanjutkan pendidikan mereka. Nesya harus secepatnya kembali menyelesaikan Tesis nya yang tertinggal 2 bab terakhir. Dia berencana menyelesaikan tesisny agar dapat diwisuda akhir tahun ini sehingga januari dan februari dia akan fokus pada pengajuan dan pernikahannya. Tanpa beban pendidikan yang menggantung.

"Kak Ney gimana yang kita berdua siapkan bagus ga lamaran tadi." Tanya Billi antusias.

"Eeeemh gimana ya, kok bisa jadi kalian siapkan kapan bukannya tamu datang tadi pagi dan upacara kalian masih ada." Selidik Ney pada Billi dan Dyah.

"Jadi tadi selesai upacara kan pukul 10. Aku, danton, kak Dyah dan bang Yosi dipanggil Kasdam. Beliau perintahkan kami menyiapkan acara yang akan dilaksanakan malam ini. Sehingga kami berdua bagi tugas untuk menyiapkan semuanya. Catering sudah disiapkan tante semua tinggal konsep gedung dan tema. Undangan pun kami yang memberi tema monokrom. Karena setau kami kaka suka warna itu. Lalu untuk ujian yang diberikan Kasad dan cara perkenalan dan cara lamaran semua murni dari om syam kak. Bahkan band pengiring yang bikin jiwa misquen ku meronta. Kaka beruntung banget dapet om syam sweet banget." Ujar Dyah lebay.

"Lebay kamu dek, Allah yang pilihkan dia untuk hatiku jadi Allah lah yang mengetahui apa yang aku butuhkan bukan yang aku inginkan. Ooooh ya kalo dari kalian berdua masih panggil mas Syam dengan panggilan Om biar ku bilang ke mas syam suruh kalian jungkir dilapangan jas kodam." Ujar Ney meledek Dyah dan Billi yang menyengir kuda.

"Terimakasih ya cayang2 kuy, kalian ciptakan apa yang aku impikan saat masa kecil. Dulu aku pernah main nikah2an sama bang edwin dengan konsep yang aku inginkan monokrom dan penuh dengan bunga eddelweis. Kalian tau ga kenapa eddelweis dari semua bunga yang ada di bumi yang aku suka?" Tanya Ney pada Dyah dan Billi, yang dijawab dengan gelengan yang serempak.

"Eddelweis adalah bunga yang melambangkan keabadian dan ketangguhan. Ketangguhan karena eddelweis hidup ditempat yang sangat jauh dari jamahan manusia, yang dapat memiliki dan melihatnya adalah manusia yang tangguh untuk mengambil bunga itu dengan penuh cinta. Keabadian karena eddelweis akan tetap cantik dan abadi bentuknya dari dia tumbuh hingga ia disimpan oleh sang pemilik dan pecinta eddelweis. Wangi bunga apapun akan hilang dalam waktu cepat, namun keabadian kecantikan eddelweis yang membuat dirinya sangat mahal. Jadi kalian berdua jangan pernah berfikir bahwa kalian itu aneh. Kalian itu istimewa dan hanya orang yang istimewa yang akan mendapatkan pasangan seperti kalian tangguh dan cerdas. Aku tak akan melupakan kalian saat kita sudah kembali ke aktivitas masing2 dan jangan lupa kumpul di jogja ya kalo kalian ada waktu luang." Jabar Ney menjelaskan dan memeluk dua sahabat dan dua adek kesayangannya.

"Aaah akan kangen kak Ney." Celetuk Billi sambil memeluk Ney dan menahan air matanya.

"Aku akan sering ke rumah kak Ney, kan kita sama-sama di jogja kak. Sesibuk apapun kita masih bisa nongkrong dan ngumpul di rumah kakak kan." Ujar Dyah, Ney mengangguk dengan senyum manisnya lalu mereka bertiga pun berpelukan.

😎😎😎

Author : Kaya teletubles aja berpelukan.

Billi, Dyah, Ney : Author sirik makanya jangan sendiri mulu, truck aja gandengan masa author jomblo mulu.

Author : Eeeh jangan salah author itu IJO MELAL tau. Jadi limited ya ga kayak kalian cabe2an.

Dyah : Apaan tuuuh IJO MELAL, yang aku tau ijo lumut.

Author : Ikatan Jomblo Menunggu Halal. Wkwkwkwk, ea para jomblo mana teriakannya. Kabuuur ah sebelum di kejar Cabe-cabean di kacang ijo.

Ney, Dyah, Billi : Thooor kemariii ga berani ya sikap tobat siiiniii.

😎😎😎

Kita tinggalkan tiga srikandi yang sedang menghabiskan waktu bersama. Ditempat lain ada seorang Duren Sawit yang sedang menemani putra putri kembarnya yang akan terlelap pada dunia mimpi. Ya siapa lagi kalo bukan Syamsul Hadi Wijaya, yang sedang memandang anak kembarnya yang terlelap dengan bahagia dan tersenyum. Mereka kelelahan setelah acara yang dilaksanakan di aula makodam. Satu beban menghilang, hanya tinggal beban menanti halal bersama Nesya yang membuatnya berubah.

"Kenapa le, bapak liat kamu senyum2 terus? Anak2 sudah tidur kan." Tanya pak Adi Wijaya pada putra pertamanya. Pak Adi pun pensiunan Abdi negara hanya berbeda matra, beliau dulu berdinas dikorps Marinir TNI AL Surabaya.

"Iya ni si mas kayaknya mikirin mba Ney terus ya sekarang. Tiga minggu yang luar biasa berubahnya ya ga pak. Biasanya mas itu orangnya ga pernah ekspresif apalagi kalo di deketin cewe cenderung kabur. Tapi ini malah ngebet dan ngejer, pak mau tau ga dulu waktu Dina pertama kali ketemu sama mba Ney sama mas Syam langsung buru2 dikenalin ini adek saya. Padahal coba cewe lain pasti bilangnya ini persit saya." Gerutu Dina meledek Syam didepan pak Adi.

"Wah mas sampai segitunya kamu sudah luluh dengan Nesya, kalo boleh bapak tau apa sih yang membuat mu tertarik?" Tanya pak Adi penasaran.

"Ehmm apa ya pak. Pertama Syam liat Ney itu dia istimewa dan berbeda, saat kita dipertemukan pertama kalinya Syam tertarik dengan kecerdasan dan tanggung jawab yang luar biasa dari Ney. Ney itu usianya masih seumuran dek Dina namun dia bisa menerima tanggung jawab yang luar biasa dan menjadi percontohan even nasional di kalangan TNI AD. Selain cerdas, dia sangat berbeda dari kebanyakan wanita yang menatap Syam meminta perhatian, kalo dia jauh dari kata itu sangat dingin dan sangat tegas. Namun Syam liat dia sangat melindungi Dyah dan Billi, dia bisa menempatkan diri sebagai kakak, leader dan ibu. Menurut Syam dia akan bisa jadi ibu yang baik buat Raka dan Reyna. Apalagi pak saat Ney main bersama Raka dan Reyna, bahkan Syam bisa cemburu loooh pak. Karena fokus Ney pada kembar saat ada kembar diantara kami." Jelas Syam yang dapat membuat Dina dan pak Adi menahan tawa melihat ekspresi kecemburuan putra tersayanganya.

"Bapak seneng le melihat keceriaan mu kembali, ini putra bapak dan ibu yang hilang telah kembali yakan buk e." Jelas pak Adi meminta respon istrinya.

"Iya pak, apalagi Nesya sangat istimewa bahkan anak panglima saja dulu berharap benar2 bisa bersanding dengan Nesya. Namun Nesya memilih anak lanange dewe yo pak. Koyo ketiban mbulan si Syam yo pak e." Timpal bu Adi.
Dijawab dengan gelak tawa bersama oleh Syam dan keluarganya. Rumah yang dulu terasa hampa kini bagai memiliki ruhnya kembali hidup dengan canda dan tawa. Syam berharap kebahagiaan ini akan semakin lengkap saat ia telah bersanding dengan kekasih hatinya.

TIGA SRIKANDI PUTRI ABDI NEGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang