23. BAYANGAN RINDU

310 30 1
                                    

Setiap kisah memiliki likunya begitulah kisah ini. Cinta yang mulai tumbuh pada Edwin dan Dita, yang memberikan Dyah keyakinan tentang hati Yosi. Serta membuat Billi dewasa dan mengerti akan pentingnya cinta. Cinta dari pujaan hati dan cinta dari kakak yang begitu Dyah dan Billi sayangi.

Sudah sepekan berlalu dari kejadian terakhir Ney tak sadarkan diri dan mengakibatkan dirinya koma. Seminggu ini pula Dyah dan Billi selalu mengunjungi dan menemani Ney dirumah sakit. Mereka tak kembali ke kos2an kecuali berkaitan tentang tugas kuliah.

"Bill, kapan kak Ney sadar ya. Aku benci melihatnya lemah begini." Ujar Dyah.

"Iya kak, kak Ney selalu bilang aku ga boleh cengeng namun kak Ney yang buat aku selalu cengeng. Aku belum siap kak Ney pergi." Ratapan Billi, Dyah selalu menjadi batu karang yang keras untuk tak menangis dan selalu menguatkan hati Billi. Saat menanti Ney didepan ruangan tiba-tiba.

"Dyah kedepan ada yang mencari mu." Perintah Dita lalu Dyah keluar dan Dita menemani Billi menjaga Ney.

"Hallo hai iya bang loh abang disini bukannya abang dibataliyon kok bisa keluar." Ujar Dyah kaget saat melihat yang hadir adalah Yosi menggunakan motor.

"Abang lepas dinas langsung kesini dek, bagaimana perkembangan mba Ney de?" Tanya Yosi.

"Begitulah bang dia masih pura-pura tidur. Aku benci dia begini, dia ga selemah ini untuk menyerah dengan keadaannya sendiri. Bahkan dia yang selalu kuatkan ku namun kenapa dia begini bang?" Tumpah sudah air mata yang Dyah tahan. Yosi sangat mengerti perasaan Dyah, ia pun merasakan kelemahan yang Dyah rasa.

"Dek semakin kamu lemah kak Ney akan semakin memilih untuk pergi. Kuatkan dirimu. Yakin dengan sayang mu padanya pasti kalian akan di kasih waktu bersama lebih banyak. Dek dah makan belum, temani abang makan yuk dikantin." Pinta Yosi untuk mengalihkan perhatian Dyah.

"Makan apa bang, mie rebus aja yuk. Biar seger ini dah menjelang malam, abang mau kan aku tau tempat yang enak." Kata Dyah meyakinkan Yosi hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Tapi sekalian nanti temani abang beli parfum ya dek, parfum abang habis soalnya makanya sekalian kesini abang bisa belanja kebutuhan asrama." Ujar Yosi meminta bantuan Dyah.

"Ok bang aku ijin pada Billi dulu ya." Dyah menuju ruangan Ney untuk meminta ijin pada Billi. Ternyata sudah hadir Syam dan Edwin, ya bagaimana mereka tak bisa keluar ini weekend. Jadilah semua keluar dari sarang masing-masing.

"Bang, dek aku ijin keluar mau temani bang Yosi makan boleh." Pinta Dyah sedikit takut.

"Yos jaga Dyah baik-baik jangan sampe lecet nanti kalo Ney protes tau sendiri akibatnya." Jawab Syam meledek Yosi.

"Siap laksanakan komandan Ijin mendahului." Pamit Yosi pada Syam dan Edwin dan dijawab anggukan.
Billi masih bersama Dita Syam dan Edwin, Dita jam besuk dan pekerjaanya sudah kosong sehingga ia berbaur dan menyatu dengan Billi dan yang lain.

"Dok sudah senggang ya kok bisa menemani Billi." Ujar Syam yang mencoba mencairkan suasana.

"Iya bang, sudah selesai pekerjaan karena saya dokter jaga malam ini jadi saya disini saja dari pada sepi diruang dokter." Jawab Dita lembut.

"Wah begitu rame donk disini nanti ada kak Dita." Celetuk Billi.

"Kayaknya kalo kamu ga di apelin sama Daffa." Jawab Edwin dan tak lama.

"Asaalamualaikum ijin masuk." Kata Daffa.

"Kan betul Waalaikum salam masuk de." Jawab Edwin.

"He siap bang, selamat malam komandan, malam dok." Sapa Daffa pada semua orang kecuali Billi.

"Malam Daff, baru diomongin panjang umur kamu." Jawab Syam dengan menggoda.

"Daff tolong ajak adik ku ini jalan giiih mumpung belum malam, oooh iya dari tadi dia belum makan. Ajak makan sama beli es krim biar ga cengeng." Ujar Dita meminta pada Daffa.

"Siap dok rencana saya begitu mohon ijin apa dibolehkan komandan." Tanya Daffa pada Syam.

"Silahkan yang penting kembali utuh ya dan kalian juga tau jam malamnya kan." Jawab Syam lugas.

"Baik komandan siap mengerti." Jawab Daffa tegas.

"Dah sana pergi sebelum saya berubah pikiran." Goda Syam pada Daffa dan Billi.

"Ayo dek, mari kami ijin duluan." Pamit Daffa dengan menarik tangan Billi dan berlalu.

"Huuuft tinggal kita bertiga dan sepertinya saya mengganggu kalian berdua saya akan keruangan Ney saja." Saat Syam akan berlalu, Edwin menahan bahu Syam dan mendudukan Syam kembali.

"Ijin bang maaf bukan maksud saya tidak sopan namun saya hanya ingin meluruskan apa yang telah terjadi." Jawab Edwin dengan tegas.
Syam menanti apa yang akan dijelaskan oleh Edwin dan Dita.

"Bang saya sadar abang sangat terluka akan sikap saya yang diam saat mengetahui Ney sakit. Ini semua permintaan Ney bang, saya tak kuasa menolaknya. Saya memang mencintainya 5 tahun lalu bahkan saat itu saya menolak perasaan saya sendiri karena ketakutan saya akan membuat Ney jauh dari saya. Ney sudah menempati celah hati saya karena Ney yang membuat saya sangat berarti. Bang namun saya sadari tak akan mungkin menggantikan lagi posisi abang dihati Ney. Apa abang dapat merasakan cinta yang Ney berikan sangat dalam bahkan lebih dalam dari cinta saya padanya bang. Dia selalu mencoba bertahan hidup untuk membahagiakan abang. Dan ia berharap saat abang putus dari dia abang dapat bahagia dengan cinta yang lain yang lebih sempurna. Bang tau kah abang apa yang diminta Ney dari Allah. Ney ingin meninggal setelah melihat abang menikah dan bahagia dengan wanita lain. Ia meminta saya untuk mengakui perasaan saya untuk membuat abang mundur." Ujar Edwin.

"Lalu kau ikuti yang adik mu minta itu Win. Bagaimana saya bisa bahagia apabila kebahagiaan saya dirampas oleh nya win, bagaimana saya bisa sempurna saat hanya dia yang bisa menyempurnakan cinta saya. Saya mencintainya karena Allah Win, Allah tunjukan dia untuk saya saat saya mulai merasa tak membutuhkan siapapun untuk hidup bahagia. Win tolong saya beritahu saya bagaimana saya bisa bahagia tanpa dia." Jawab lemah Syam dengan berderai air mata. Edwin memeluk Syam sebagai tanda menguatkan. Dita pun menghapus linangan air mata yang sudah tak terbendung.

"Dialah kesempurnaan cinta untuk saya. Dan dialah nafas saya untuk hidup. Win saya tetap akan menikahinya apapun yang terjadi." Ujar Syam yakin. Dari setiap untaian kata yang terucap mengartikan bayangan rindu yang besar dari Syam pada Ney.

"Saya dukung bang lebih cepat lebih baik. Bagaimana kalo abang menghadap Kasdam dan pangdam membuat pengajuan. Dan menikah lah bang pada saat ini. Maka Ney tak akan punya kesempatan menolak dan berlari lagi. Saya hafal betul bang dia mencintai abang dan dia tak mau membuat abang sedih menikahinya." Ucap Edwin lalu dapat membuatnya sedikit tercerahkan.

"Saya minta bantuan kamu bisa Win untuk yakinkan Pangdam untuk memberi bantuan untuk pengajuan saya. Saya akan urus semuanya secepatnya." Jawab Syam tegas.

"Saya akan bantu abang, tapi saya juga minta bantuan abang." Ujar Edwin pada Syam, Syam menaikan satu alisnya untuk menanyakan apa yang dibantunya.

"Tolong bantu saya yakinkan gadis di samping abang itu untuk mau saya ajak pengajuan." To the point Edwin membuat Dita kaget dan Syam mengerti serta tersenyum dengan semua makna.

TIGA SRIKANDI PUTRI ABDI NEGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang