31. USAHA DAN DOA❤️

355 28 0
                                    

Semua prosesi pernikahan dari siraman sampai resepsi sederhana telah dilalui oleh Ney dan Syam. Kebahagian yang begitu sulit di jelaskan dengan kata-kata. Kini status baru tersematkan pada mereka sebagai pasangan suami dan istri.

"Mas makan malam sudah siap, raka dan reyna ayo makan dulu bunda tunggu di meja makan ya." Panggil Ney pada Syam, Raka dan Reyna.
Ya setelah resepsi yang berakhir sore hari Ney dan Syam langsung menuju rumah Dinas Syam yang sudah di hias sedemikian rupa oleh tukang dekor sebagai rumah pengantin baru.

"Iya Bunda." Jawab serempak trio wijaya ini.
"Bunda masak apa?" Tanya Syam.
"Bunda angetin makanan prasmanan pah, karena mubazir aja kalo ga kita makan. Besok baru bunda masak ya pah maaf." Ujar Ney dengan sedikit lemah.
"Gapapa bunda, bunda sudah benar kok papa cuma mau mastikan bunda supaya ga capek-capek karena bunda masih harus persiapan fisik untuk besok." Jawab Syam sangat lembut.

"Memang kita mau kemana pah besok. Bukannya papa hanya libur 7 hari." Ujar Ney dengan penasarannya.

"Bunda papa ayo makan dulu Reyna laper niiih." Celetuk Reyna yang sudah kelaparan. Untuk pertama kalinya Ney melayani Syam dan anak-anaknya. Ney mengambilkan makanan untuk Syam, lalu Reyna dan yang terakhir Raka. Saat di perhatikan Raka menitikan air mata yang selama ini tak pernah terjadi. Raka adalah anak lelaki yang sangat tangguh, untuk pertama kalinya ketangguhan Raka luruh membuat Ney bertanya.

"Mas Raka kenapa kok menangis? Apa ada yang salah dari bunda, bunda salah ambilin makanan buat mas Raka. Biar bunda buatin makanan apa yang mas Raka inginkan." Panik Ney melihat putranya menitik kan air mata dan memeluk Ney dengan menahan air mata yang telah luruh.

"Bunda, ini pertama kalinya Raka diperhatikan bahkan makanan yang Raka makan bunda tau mana yang Raka suka atau tidak. Bunda harus sehat buat Raka, Reyna dan Papa. Kami ingin selamanya bersama bunda." Ucap polos Raka yang membuat hati Ney trenyuh dan tak dapat dihindari air matanya mengalir.

"Bunda akan berusaha yang terbaik mas. Bunda akan selalu berusaha buat sehat untuk mas Raka, mba Reyna dan papa. Jadi mas, mba sama papa juga harus jaga kesehatan ya." Jawab Ney dengan mengusap surai Raka dan Reyna bersamaan. Makan malam pertama mereka berjalan dengan hikmat dan penuh canda tawa. Ruang makan yang selama ini kosong dan jarang berpenghuni kini terisi anggota keluarga yang lengkap.

"Ayo selesai makan, mas sama mba cuci tangan, sikat gigi, siapin buku buat besok sekolah dan langsung bobo." Perintah Ney pada kedua ananknya.

"Siap bunda." Jawab serempak Raka dan Reyna. Raka dan Reyna pamit ke kamar pada kedua orang tuanya.

"Dek." Panggil Syam pada Ney.

"Ya mas ada apa?" Jawab Ney.

"Mas mau bicara untuk besok." Jawab Syam pada Ney.

"Iya bagaimana mas?" Tanya Ney.

"Jadi besok kita ke jakarta dek, besok kita ke RSPAD untuk menjalani persiapan Transplan mu. Tenang aku sudah konsultasi dengan Dita dan Dita akan menjadi tim dokter yang akan menangani mu dengan tim RSPAD." Jelas Syam pada Ney. Ney sedikit kaget dengan keputusan yang Syam ambil. Karena Ney mengetahui kemungkinan keberhasilan dan kegagalannya 50 50. Sehingga Ney sebenarnya sangat menolak saat tindakan ini akan di ambil oleh Edwin dulu.

"Mas apa ndak sebaikny tidak usah saja. Aku belum siap untuk kehilangan kebersamaan kita mas." Jawab Ney lemah.

"Aku melakukan ini karena aku ingin mempercepat kebersamaan kita, karena mempercepat kesehatan mu itu juga sangat penting untuk hidup ku dek. Aku ingin buat kamu bahagia sebagai seorang istri dan ibu yang lengkap. Dek percaya pada ku, aku akan dampingi mu dan aku yakin kamu akan sehat setelah menjalani transplant itu." Jawab Syam meyakinkan.

"Kita hanya manusia yang diwajibkan selalu berusaha dan berdoa untuk hasil yang terbaik yang menentukan adalah Allah. Dan aku yakin Allah kirimkan kamu untuk melengkapi hidup ku dan Allah kirim aku untuk mu untuk membuat mu bahagia bersama ku. Aku ga akan pernah lepaskan tangan ku dari kamu seperti ini. Sampai kita sama2 senja dan tutup usia." Yakin Syam pada Ney yang membuat Ney sedikit menguat dan meyakini Allah yang sudah takdirkan ini harus ia jalani.

"Iya mas adek siap. Namun mas ada sebuah permintaan adek, malam ini biarkan adek tuntaskan tugas dan tanggung jawab adek sebagai seorang istri untuk mas Syam. Setidaknya adek tidak akan merasa berdosa seumur hidup adek. Seandainya memang saat ini adalah pertama dan terakhir kita bersama. Maka aku sudah menjadi milik mu seutuhnya mas." Jawab dan permintaan Ney membuat Syam terkejut.

"Kamu sudah siap dek. Aku yakin ini bukan akhir, ini adalah sebuah awal yang harus dimulai untuk rumah tangga kita sayang. Kalo memang itu permintaan mu, maka dengan senang hati aku melakukannya." Jawab Syam.

Dengan perlahan Syam menggendong Ney dengan Bridestyle menuju kamar tidur mereka. Mereka melakukan penyempurnaan ibadah mereka sebagai pasangan manusia yang di karuniai cinta dan kasih sayang. Malam itu begitu panjang untuk dua sejoli yang meluapkan cinta kasih mereka atas nama Allah.

Pagi ini mereka sudah siap dengan kesibukan masing-masing. Ney akan mengantarkan kembar ke sekolah dan menyiapkan pakaian kembar selama bersama eyangnya. Selama Ney dan Syam berada di jakarta untuk pengobatan Ney, kembar akan berada dirumah eyang wijaya. Karena opa Mahen akan mendampingi Ney di jakarta.

Pagi ini Ney dan Syam setelah menghantarkan anak2 kesekolah kembali kerumah dinas dan mengambil perlengkapan mereka untuk ke jakarta. Setelah mengambil koper Ney dan Syam menuju rumah dinas Mahen untuk berpamitan pada papa mahen dan mama Maria. Serta sudah ada Dina, ayah Wijaya dan bunda. Suasana haru pamitan ini seolah akan ada perjalanan yang sangat panjang bagi Ney dan Syam.

Segala wejangan dan nasehat terucap dan doa terbaik untuk kesembuhan ney dan kebahagian Syam dan keluarganya. Sedikit torehan harapan untuk keluarga Mahen dan Wijaya. Senyum Ney dan tatapan Ney seakan ingin merekam semua kebahagiaan yang mungkin saja saat ini untuk yang terakhir kalinya.

"Pah, mah, yah, bu, dina kami pamit dulu, doakan untuk kesehatan ney dan kami titip kembar selama kami di RSPAD." Pamit Syam yang di ikuti salaman pasangan itu pada orang-orang tercinta.

"Adek harus yakin sembuh papa akan secepatnya menyusul kesana setelah pekerjaan papa selesai." Jawab papa Mahen sambil mencium puncak kepala Ney dengan khitmad.

"Ney jangan kwatirin anak2 aman sama ayah, Ney harus yakin sembuh jangan pernah putus asa untuk sembuh karena optimisme ada 55% awal dari kesembuhan. Jadi yakin sembuh ya nak." Ujar ayah wijaya dan dibarengi dengan pelukan ibu untuk ney yang menguatkan mereka pun meniliki ketakutan kehilangan putri mereka yang baru namun keyakinan harus di bangun untuk meningkatkan prosentase keberhasilan transplant. Saat proses pamitan dan Ney akan masuk menuju mobil, mobil Ney di cegat oleh kehadiran Edwin, om dadang dan tante.

Mereka yang mengetahui Ney akan berangkat ke RSPAD bergegas datang. Bahkan Edwin sengaja pagi2 dari batalyon untuk menghadang keberangkatan Ney. Siapa lagi yang dapat membocorkan semua ini ya pasti dokter pribadi Ney, yupz dokter Dita yang proses menjadi nyonya edwin.

"Tega sekali dek bahkan abang ga kamu beri tahu bahwa kamu akan berangkat hari ini. Sampai aku mendapatkan info dari dokter mu yaitu calon istriku." Jelas edwin sambil marah2, bagaimana tak marah2 semalam dia baru plg dri semarang dan pagi ini setelah subuh di kabari dita bahwa Ney akan terbang ke jkt penerbangan pkul 10.

"Bang doakan adek ya bang. Tolong maafkan kesalahan adek selama ini ya."

TIGA SRIKANDI PUTRI ABDI NEGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang