Bagian 15

8 1 0
                                    

Aku membawa Midoriya ke dekat Todoroki, aku melihat ke arah Iida, dia menangis, aku menjitaknya, "Kuatkan dirimu," kataku, "jangan merasa bersalah cuman gara-gara tidak bisa membalaskan dendam kakakmu," lanjutku, "Hikari!" Panggil Todoroki, aku langsung menghindari pisau yang dilempar Stain. "Midoriya, cepatlah bergerak," kataku, aku melanjutkan menyerang Stain. Gerakannya semakin lama semakin gesit, aku dan Todoroki semakin kesulitan melawannya. Stain mendekati Todoroki dengan cepat, "Todoroki!" Teriakku saat dia hampir menyayat Todoroki, tapi Stain berhasil dihadang Iida yang berhasil bergerak dan mematahkan pedangnya dan membuatnya menjauh dari Todoroki.

"Todoroki-kun, Midoriya-kun, dan Hikari-kun, ini tidak ada hubungannya dengan kalian, jadi aku minta maaf," kata Iida, "Oleh karena itu, takkan kubiarkan kalian menumpahkan darah lebih dari ini," lanjutnya, "Em, maaf menyela, tapi ada musuh yang harus dilawan," kataku mendekati mereka. "Tak ada gunanya membenahi penampilanmu, esensi seseorang takkan berubah begitu mudahnya," kata Stain, "kau hanya akan menjadi orang palsu yang mendewakan hasrat pribadi, kau adalah penyakit yang menyesatkan idelisme pahlawan," lanjutnya, "Kau adalah fundamemtalis yang salah zaman," balas Todoroki, "Tidak, dia benar," kata Iida, "aku tidak pantas menyebut diriku pahlawan," lanjutnya, kami bertiga terkejut mendengarnya, "Meski begitu, aku tak boleh menyerah, bila aku menyerah, Ingenium akan mati," kata Iida.

Stain mulai menyerang lagi, Todoroki menahannya dengan apinya, "Bodoh! Pembunuh pahlawan mengincarku dan anak dengan armor putih itu kan?" Kata Native-san, "jangan serang balik! Lebih baik kau pergi," lanjutnya, "Shhh, Native-san, siapa di sini yang butuh bantuan?" Tanyaku, dia diam, "lagipula, dia tidak akan memberikan kesempatan kami untuk pergi," lanjutku. Todoroki masih menyerang dengan apinya, Midoriya sudah bisa bergerak, "Ada yang aneh dengan pergerakannya," kata Midoriya, "Sepertinya dia kerepotan melawan kita sendirian," balas Todoroki.

Recipro Iida mogok, "Todoroki-kun bisakah kau mengatur suhunya," kata Iida, "bekukan mesinku tanpa menyumbat knalpotnya," lanjutnya, tiba-tiba Stain melempar pisaunya, Iida terkena di bagian bahunya, Stain melempar pisaunya lagi, dan lagi-lagi kakiku kena. Sementara itu Todoroki masih menyerang dengan apinya. Iida menyalakan mesinnya kemudian melompat disusul Midoriya, mereka hendak menyerang Stain bersamaan. Iida menendangnya dan Midoriya meninjunya, keduanya berhasil mengenai Stain, tapi dia menyerang Iida lagi, untungnya tidak kena. Todoroki mengeluarlan apinya dan langsung mengenai Stain.

Midoriya dan Iida jatuh tepat di atas seluncur es Todoroki, sementara Stain pingsan di atas es Todoroki, "Mungkin dia sudah kalah setelah semua itu," kata Midoriya, "Kalau begitu, ayo tahan dia dan segera keluar ke jalan raya," usul Todoroki, "Untuk berjaga-jaga lucuti dulu semua senjatanya," usulku. Kemudian kami mengikat Stain dan juga mengambil semua senjatanya, "He...! Semuanya senjata yang bagus," kataku setelah mengambil semua senjata Stain. Kemudian aku membantu Native-san, "Kau baik-baik saja kan, Native-san?" Tanyaku, "Iya, aku baik-baik saja," jawabnya, aku memeriksa sebentar tubuhnya, tidak ada luka yang serius dan dia sudah bisa bergerak. "A-anu..." kata Midoriya saat Native-san menggendongnya, "Kakimu terlukakan? Setidaknya biarkan kulakukan ini," kata Native-san, "He... curang, kakiku juga terluka," kataku sambil menunjukkan lukaku, mereka hanya tertawa.

"Hikari-kun, kau tidak ikut?" Tanya Midoriya saat mereka akan pergi ke jalan raya, "Tidak, aku ingin kembali ke kantor agensi ayah," jawabku sambil melompat ke atas gedung dan berlari melewati gedung-gedung, aku tidak memedulikan lukaku, biarlah perih terkena angin. Aku sampai di kantor agensi ayah, "Ah, Hikari-kun," kata salah satu pegawai ayah, "Bagaimana keadaan Lamina-san?" Tanyaku, "A... dia sedang istirahat setelah medapat pertolongan pertama, besok baru bisa dibawa ke rumah sakit," jawabnya, "Baguslah," balasku, "Eh Hikari-kun, kakimu...." katanya saat melihat lukaku, "ayo segera diobati," lanjutnya sambil membawaku ke ruang pengobatan. Aku langsung tidur setelah kakiku diobati, malam yang melelahkan.

Keesokan harinya, aku bersama satu pegawai ayah menemani Lamina-san ke rumah sakit untuk perawatan tulangnya. Aku membuka Hp ku dan membaca berita tentang penyerangan semalam. Dikatakan para Nomu sudah diamankan dan pembunuh penjahat dikatakan telah berhasil dikalahkan oleh pahlawan nomor 2, Endeavor, "He... setelah semuanya, dia yang mendapat kredit," gumamku, "Hm? Ada apa Hikari-kun?" Tanya pegawai ayah, aku hanya menggeleng sambil meminum jusku.

Tidak berapa lama, dokter keluar bersama Lamina-san yang berada di kursi roda, "Patah tulangnya tidak begitu serius, dalam beberapa hari akan pulih kembali," jelas Dokter, "datanglah seminggu lagi untuk check up," lanjutnya, setelah mendapat resep obat dan berterima kasih pada dokter kami pergi meninggalkan ruangan. "Maaf ya Hikari-kun, harusnya aku menjadi contoh buatmu," kata Lamina-san, "Hehe, tidak apa-apa Lamina-san, aku bisa tetap mendapat pelajaran kok," balasku, dia tersenyum. Saat sedang berjalan, aku melihat ada orang yang keluar dari sebuah ruangan, saat melewati ruangan itu, aku berhenti melangkah, "Hikari-kun?" Tanya pegawai ayah yang mendorong kursi roda Lamina-san, "Kalian duluan saja, aku ingin menjenguk seseorang," jawabku, mereka mengangguk lalu meninggalkanku.

"Yo," sapaku saat memasuki ruangan itu, ruangan itu merupakan ruang perawatan Midoriya, Todoroki, dan Iida. "Hikari-kun," sapa balik Midoriya, "kau baik-baik saja ya," katanya, aku mengangguk, "Dibandingkan dengan kau dan Iida, lukaku masih lebih mending," kataku. "Lalu tadi itu siapa?" Tanyaku sambil duduk di salah satu kasur, "Tadi itu kepala kepolisian Hosu dan orang dari tempat magang kami," jawab Iida, "He... jadi kalian kena marah ya...." godaku, mereka terdiam malu, "Kau sendiri bagaimana Hikari?" Tanya Todoroki, "Ah, aku langsung mendapat perawatan setelah aku sampai di kantor ayahku," jawabku, "Kau tidak kena marah?" Tanya Midoriya, "Tidak.... sebagai rubah, aku ini pandai berbohong," kata ku bangga. Kami mengobrol sebentar, setelah itu aku pamit untuk kembali ke kantor ayah.

Satu minggu sudah aku magang di kantor ayah, itu artinya masa praktik lapangan sudah selesai. Aku bersiap-siap untuk kembali ke rumah, "Hati-hati ya Hikari," kata ayah, aku mengangguk, "Ayah sendiri tidak pulang?" Tanyaku, "Ah, besok ayah akan pulang, masih ada beberapa hal yang harus diurus," jawabnya, "Hikari-kun.... sering-sering main ya...." kata Lamina-san memelukku, "Iya.... Lamina-san juga cepat sembuh ya," kataku, "Tenang saja," balasnya. "Aku berangkat ya," kataku menaiki kereta, aku melambaikan tangan ke ayah dan Lamina-san saat kereta mulai berjalan.

Hikari (Boku No Hero Academia OC Story) (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang