Bagian 34

2 2 0
                                    

Kami langsung memasuki stadion untuk mengganti kostum kami. "UA benar-benar terkenal ya..." kata Ojiro, aku mengangguk, "Tapi... apa itu pertanda bagus?" Gumamku, perasaanku tidak enak.

Kami menuju sebuah ruangan besar, di sana sudah ramai siswa jurusan pahlawan yang berkumpul. "Kalau begitu... mari kita mulai ujian surat izinnya," kata seseorang yang ada di podium, "aku Mera, dari Komisi Keselamatan Umum Pahlawan, tidur favoritku adalah tidur non-REM, salam kenal ya," lanjutnya, Dia.... lemas sekali, batinku. "Karena sangat sibuk, aku.... jadi kurang tidur, soalnya kami kekurangan karyawan, aku ingin sekali tidur," katanya, "Apa-apaan pidato suram itu?" Tanyaku, "Aku akan memberikan penjelasan," katanya.

"Soal peserta yang mengikuti ujian, dengan kata lain 1.540 pesserta yang berkumpul di sini akan mengikuti kegiatan mengurangi jumlah," katanya, "saat ini, masyarakat mulai muak dengan pahlawan, di tambah kejadian Stain, mereka mulai mempertanyakan status pahlawan sendiri, yah kalau menurutku sih, apapun motifnya, meminta orang untuk memberikan hidupnya untuk menyelamatkan orang lain tanpa imbalan, di zaman ini hal itu bisa dibilang kejam," lanjutnya. Aku benar-benar dibuat mengantuk olehnya. "100 orang pertama yang bisa memenuhi persyaratan akan lulus," katanya, benar-benar sedikit jika harus diambil dari 1.540 peserta, "yah, banyak yang terjadi di masyarakat, karena itu berjuanglah sekeras mungkin," lanjutnya.

"Lalu, inilah persyaratannya," katanya ssambil mengambil sebuah bola dan sebuang ring, "para peserta akan menaruh target ini di tubuhnya, selama masih bisa terlihat oleh mata, kalian tidak boleh meletakkannya di telapak kaki ataupun ketiak kalian, kalian juga mendapatkan enam bola ini, target dibuat hanya menyala jika disentuh oleh bola ini, dan jika tiga target kalian menyala, kalian gugur, jika kalian bisa mengalahkan dua orang, kalian lulus di tahap ini, itulah aturannya," katanya mengakhiri penjelasannya.

Akhirnya, ujian kelulusan yang melawan manusia.... batinku senang. "Baiklah, setelah kami membuka arena, kami akan memberikan target dan bolanya pada kalian, ujian akan dimulai satu menit setelah kami selesai memberikan peralatannya," kata Mera–san. Tiba-tiba ruangan itu bergetar, atap dan tembok ruangan itu membuka dan tampaklah arena luas di sekitar kami. "Aku yakin kalian memiliki arena bertarung yang kalian suka dan tidak suka, gunakanlah bakat kalian dan berjuanglah sekuat tenaga," katanya, "Ini, lebih luas dari arena di UA," kataku. Kami diberikan target dan bola dari panitia.

Setiap sekolah yang sudah mendapatkan peralatan langsung berlari bersama sekolah mereka ke satu arah. "Semuanya, jangan terpisah terlalu jauh, kita harus bergerak sebagai tim!" Kata Midoriya, tapi Bakugo punya pemikiran lain lalu memisahkan diri, diikuti Kirishima dan Denki. "Aku juga akan bergerak sendiri," kata Todoroki memisahkan diri, "jika kita bersama-sama, aku akan sulit menggunakan quirkku," lanjutnya, "Todoroki-kun!" Panggil Midoriya, aku menepuk pundaknya, "Kau tahu dia benar kan," kataku, Midoriya diam. "Midoriya, tidak ada waktu lagi, ayo!" Ajak Mineta.

Kami mulai berlari, entah kenapa perasaanku tidak enak. "Ada apa Hikari-kun?" Tanya Midoriya, aku menggeleng, "UA memang terkenal ya," tiba-tiba perkataan Ojiro terngiang di kepalaku, ekorku berdiri. Saat kami berlari, alarm tanda ujian dimulai, dan tiba-tiba, kami diserbu oleh siswa sekolah lain.

Mereka mulai melempari kami dengan bola-bola. Aku menghindari bola-bola itu, untung sepatuku baru. Teman-teman yang lain juga menghindari bola-bola itu dengan cara masing-masing, semuanya selamat dari hujan bola itu, "Semuanya! Tetap pertahankan seperti ini!" Perintah Midoriya, "Baik!" Jawab kami serempak. Diam-diam aku memungut bola yang berserakan, untuk jaga-jaga.

Kami melihat seorang murid Ketsubutsu melempar bola ke dalam tanah, kami berjaga-jaga, aku mengambil fluteku. "Mundur, biar aku yang urus," kata Jiro, Jiro memasukkan jack-nya ke alat yang di tangannya "Penguat suara, amplifier jack: heartbeat fuzz!!" Jiro berhasil menghancurkan tanah dengan jurusnya. Bolanya muncul dari tanah lalu mengarah ke Mineta, "Awas Mineta," aku memutar fluteku sehingga bola itu terlempar menjauh, tetapi bola-bola itu kembali mengarah ke kami, "Kepekatan dan kelarutan maksimal: Acid Veeil!" Ashido berhasil melindungi kami, "Terima kasih, Ashido," kataku, "Jurus yang bagus," kata Mineta, "Itu adalah jurus pertahanan yang punya wujud dinding peleleh," jelas Ashido.

Kami mendapat pengumuman kalau belum ada yang lolos. Aku belum bisa memakai quirkku, karena quirkku benar-benar tidak pandang bulu, jadi aku hanya bisa bertahan. Tiba-tiba tanah bergetar lalu mulai terpental kemana-mana bersama kami, aku terpisah dari yang lain. Aku berusaha berdiri, "ADA 120 ORANG YANG GUGUR DAN HANYA SATU YANG LOLOS!" Peengumuman dari Mera-san, "Wah.... orang itu gila," kataku. Aku berlari, berusaha mencari teman sekelasku. Saat sedang berlari, ekorku berdiri lagi. Tidak lama, aku diserbu oleh anak-anak sekolah lain, mereka mulai menghujani ku dengan bola-bola mereka, aku berusaha menghindari mereka, "Sial.... banyak sekali," umpatku. Aku kemudian menghilangkan diri lalu bersembunyi, mereka mencariku.

Dirasa aman, aku memunculkan diriku, aku terengah-engah, "Hah... hampir saja," bisikku, Ini berbahaya, aku tidak bisa melawan mereka sendirian, pikirku. "DENGAN INI SUDAH 30 ORANG YA, UJIANNYA MASIH PANJANG, TOLONG SELESAIKAN DENGAN CEPAT DONG...." pengumuman dari Mera-san, "Pengumuman macam apa itu?" Kataku.

Baiklah, ini mungkin akan berhasil, batinku saat sudah menemukan rencana, aku membuat clone untuk menarik perhatian mereka, "Hei itu dia!" Seru salah satu dari mereka, "Ha? Bukan dia di sana!","Bukan! Di sana!" kata seru mereka bersahutan. Saat perhatian mereka teralihkan, aku berdiri di batu tempatku bersembunyi lalu mulai memainkan fluteku untuk menciptakan kabut yang cukup tebal sehingga menutupi pandangan mereka, "Apa... apa-apaan kabut ini?!" kata salah satu dari mereka. Dengan cepat aku berlari empat kaki melewati kabut itu, untungnya sepatuku dilengkapi peredam suara, jadinya setiap langkahku tidak terdengar. Suara dari alat mereka berbunyi berbalasan, aku berhasil mengalahkan mereka, ada sekitar 15 orang. Aku menghilangkan kabutku, tentu saja mereka terkejut karena tiba-tiba mereka keluar dari ujian, "Maaf ya, tapi kalian bukan tandingan UA," kataku menyombongkan diri kemydian berlalu, aku bisa merasakan nafas kesal mereka.

Tiba-tiba target di badanku berbunyi, "Bagi yang telah lulus, silakan pergi ke ruang tunggu, cepat ya!" Kata alat ku, "He.... canggih juga," kataku, menuju ke ruang tunggu.

Saat sampai di ruang tunggu, aku melihat Todoroki, "Oy! Todoroki...." panggilku, "Hikari," Sapanya balik, "Cepat juga ya kau, tapi aku tidak kaget si," kataku. Saat kami memasuki ruang tunggu, ruangan itu sudah ramai orang. Kami melepas target kami, "Wah.... ada makanan," kataku saat melihat ada meja hidangan, tidak berpikir panjang aku mengambil makanan itu, "Todoroki, kau mau?" Tawarku,  "Tidak terima kasih," katanya sambil kembali menatap seseorang. Todoroki menatap orang yang bernama Inasa itu, entah apa yang dia pikirkan.

"Hm... ah, ada layar menonton ternyata," kataku melihat layar lebar yang terbagi menjadi beberapa Tv, aku masih memakan makanan yang di meja.

Hikari (Boku No Hero Academia OC Story) (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang