Sudah terhitung dua hari kami melatih jurus pamungkas kami. Jurus pamungkasku sudah mulai berkembang, "Hm, jurusmu sudah mulai bagus Hikari, kau namakan apa jurus itu?" kata Ectoplasma-sensei, "Kyuubi's Wrath," jawabku. "Hm? Apa kau memikirkan sesuatu?" Tanya Ectoplasma-sensei, "Hm... aku ingin membuat jurus yang memiliki jangkauan luas, tapi kemampuan ilusiku benar-benar terbatas," jawabku. "Oh? bagaimana itu?" Tanyanya, "Ya, ilusiku memiliki radius sekitar 200 meter, ditambah dengan alat pendukung, yaitu kacamataku, aku bisa melampauinya menjadi 250 meter," jelasku, "tapi untuk berjaga-jaga, aku ingin memperluasnya lagi," lanjutku, "Kau sudah konsultasi ke bagian pendukung?" Tanyanya lagi, "Sudah, tapi katanya cukup sulit melakukan itu," jawabku. Sebenarnya menurut Power Loader-sensei itu bisa dilakukan, tapi itu termasuk ke perubahan yang besar, jadi aku harus membuat surat permintaan untuk itu, aku malas membuatnya.
"Kalau begitu untuk sekarang, kau fokuskan saja dulu Kyuubi's Wrath mu itu, lalu kembangkan juga jurus yang lain," sara Ectoplasma-sensei, "Baik!" Jawabku. Latihan dilanjutkan sampai petang.
Aku kembali ke gedung asrama untuk beristirahat. "Hikari!" Panggil seseorang, "Ah, ayah!" Panggilku balik lalu menghampiri ayah, "Ayah sedang apa?" Tanyaku, "Ada paket dari pamanmu," kata ayah memberikan sebuah kotak kepadaku, "Paman?" Kataku menerima kotak itu, "O, paman Austin? Wah.... di mana dia sekarang?" Tanyaku, "Nanti kamu tau sendiri, ada surat di dalamnya," jelas ayah, "yasudah, ayah pulang dulu ya, ingat, jangan kebanyakan makan ramen," pesannya, "Iya yah, hati-hati ya," katalu sambil melambaikan tangan ke ayah.
Aku sudah sampai di kamarku, "Hm, apa ya isinya," aku menggoyangkan kotak itu, aku membukanya, itu sebuah flute dari paman, aku membaca suratnya, "Ah.... paman ada di Cina sekarang," kataku sambil melihat foto paman di tembok besar Cina. Pamanku adalah seorang traveler dan memiliki bisnis di bidang yang sama. Setiap tahun pasti dia keliling dunia dan memberikan aku barang-barang dari negara yang dia kunjungi, "Nanti aku balas suratnya," kataku. Aku meletakkan surat itu di meja dan mulai merangkai flutenya, aku ke beranda dan berencana memainkan flute itu.
SUDUT PANDANG AUTHOR
Hari mulai malam, anak-anak kelas 1-A sudah pulang ke asrama, ada yang di kamarnya, ada juga yang masih berlatih di halaman asrama. "Ah Deku-kun," sapa Uraraka saat melihat Midoriya datang ke ruang kumpul, "kau habis latihan lagi?" Tanya Uraraka, Midoriya mengangguk, "Aku masih harus melatih lagi jurus ku agar terbiasa," katanya, Uraraka mengangguk.
"Hey, kalian berdua," sapa Kirishima, "Ah, Kirishima-kun," sapa balik Midoriya, "Kau juga baru kembali Kirishima-kun?" Tanya Uraraka, "Ya, badanku pegal sekali, mungkin aku akan mandi air panas," kata Kirishima ke kamar mandi lantai bawah.
Tiba-tiba mereka mendengar sesuatu, "Hm? Suara apa itu?" Tanya Uraraka, "Itu seperti.... suara suling?" Kata Midoriya tidak yakin, "Hey, kalian mendengar suara itu juga?" Tanya Iida menghampiri mereka, mereka mengangguk.
Tiba-tiba lampu di ruangan itu mati, "Hah, apakah mati listrik?" Tanya Midoriya, Iida mencoba menyalakan lampunya lagi, tapi lampunya tidak menyala, "Hah.... memang sepertinya mati listrik," kata Iida, "Aku akan melaporkannya pada Aizawa-sensei," kata Midoriya mengeluarkan ponselnya, "Kalian berdua, lihat," kata Uraraka menunjuk keluar, Iida dan Midoriya melihat keluar dan terkejut, ada kabut yang menyelimuti bangunan asrama, "Bagaimana bisa di sini ada kabut?" Tanya Midoriya, "Lihat!" Iida menunjuk gedung asrama milik 1-B, listrik mereka menyala, "tidak mungkinkan hanya asrama kita yang mati listriknya, pasti ada sesuatu," kata Iida curiga.
"Itu, Hikari-kun," kata Uraraka melihat Hikari di ujung ruangan, "Hikari-kun!" Panggil Midoriya, Hikari tidak menjawab, mereka bertiga mendekati Hikari. Tiba-tiba Hikari tertawa, tawa yang menyeramkan, "Hi–Hikari-kun?" Panggil Uraraka gemetar. Tiba-tiba Hikari menyerang mereka, untungnya mereka berhasil menghindar, "Hikari-kun kau kenapa?" Tanya Iida, tapi Hikari hanya tertawa sambil terus menyerang mereka. Aneh sekali, biasanya dalam gelap, mata Hikari-kun akan bersinar, pikir Midoriya, Iida berhasil menendang Hikari sampai dia menjauh, Hikari masih tertawa. Mereka bertiga terkejut saat Hikari mengangkat kepalanya, mata Hikari hilang, "KYAAA!!" Teriak Uraraka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikari (Boku No Hero Academia OC Story) (Slow Up)
FanfictionSetelah serangn di USJ, UA menerima seorang murid baru. Quirknya kuat dan bisa dikatakan unik. Seorang anak dari keluarga konglomerat yang terkenal. Kenapa dia terlambat masuk? Apakah masalahnya?