SUDUT PANDANG MIDORIYA
"HIKARI-KUN?!" Kataku kaget saat bisa melihat orang itu dengan jelas, "Hikari! apa-apaan ini?!" Tanya Kirishima, "Aku kan sudah bilang tadi, aku ngga bisa membiarkan kalian pergi," jawab Hikari. "Kenapa, Hikari-kun?" Tanyaku, Hikari mengeluarkan ponselnya lalu melemparnya ke arahku, "Baca sendiri," katanya, aku membaca pesan Aizawa-sensei. "Aizawa-sensei berpesan untuk menjagamu agar kamu tidak melakukan sesuatu soal Bakugo, Midoriya," katanya, dia benar, isi pesan dari Aizawa-sensei memang seperti itu.
"Kau salah paham Hikari-kun, kami hanya—" "Aku tahu," katanya memotong kata-kataku, "kau pikir sudah berapa lama aku di sini?" Tanyanya, Itu berarti, dia selama ini ada di dekat kami, hanya kami tidak menyadarinya? Pikirku. "Aku memang sengaja membiarkan awalnya, karena aku melihat Iida, tapi ternyata, kalian tetap pergi," jelasnya, "aku kaget kau memutuskan untuk ikut, ketua kelas, setelah memukul Midoriya seperti itu, kau berani juga menyatakan untuk bergabung," lanjutnya, Iida memunduk.
Tunggu dulu, kelemahan Hikari-kun adalah fokusnya, kalau fokusku lebih bagus darinya, aku bisa lepas dari ilusi ini, pikirku. Aku memejamkan mata, berusaha fokus untuk keluar dari lubang ini, tapi, "Argh!!" tiba-tiba ada benda menghantam tanganku yang masih diperban sehingga fokusku hilang, "Maaf Midoriya, aku tahu kau jenius, jadi untuk antisipasi..." katanya sambil memainkan batu ditangannya, "Midoriya-san kamu tidak apa-apa?" Tanya Yaoyorozu mendekatiku, aku mengangguk, "Kenapa kau sampai begini menahan kami, Hikari-san?" Tanya Yaoyorozu, Hikari menghela nafas, "Kau kira aku akan bersikap lembut pada orang yang pendiriannya keras?" Jawabnya.
"Sudah cukup!" Kirishima hendak menyerang, tapi saat dia sampai di mulut lubang, ada bayangan yang menyerangnya sampai dia jatuh kembali dan ditangkap Todoroki. Awalnya aku mengira itu clone milik Hikari, tapi setalah aku perhatikan lagi, ternyata bukan. Jika biasanya clone milik Hikari selalu menyesuaikan pakaian Hikari, tidak dengan yang satu ini, pakaiannya berbeda, bahkan warna matanya berbeda. "Terima kasih Yami," kata Hikari pada orang itu, Yami? Batinku. Kali ini gantian Todoroki mengeluarkan esnya, tapi orang bernama Yami itu berhasil menghancurkannya. Iida, Todoroki, dan Kirishima bergantian menyerangnya, tapi orang bernama Yami itu selalu bisa membuat mereka jatuh kembali ke lubang.
"Sekarang, aku tanya, kalian akan tetap di lubang itu, atau keluar dan kembali ke rumah?" Tanyanya, "Apa maksudmu?! Tentu saja kami akan tetap menyelamatkan Bakugo!" Jawab Kirishima, Hikari menghela nafas, "Dasar keras kepala," katanya. "Kenapa kau menahan kami menyelamatkannya hah? Apa kau tidak khawatir dengan Bakugo?!" Tanya Kirishima, "He, jujur saja Kirishima, aku tidak begitu peduli dengannya," jawabnya, Kirishima kaget mendengarnya, itu bohong, aku tau itu bohong, "dia terlalu berisik kau tau? Mungkin akan sedikit tenang saat dia menghilang," lanjutnya, Kirishima diam.
"Tapi kau peduli dengan Midoriya-san kan, Hikari-kun?" Tanya Yaoyorozu, Hikari terdiam, "Pokoknya kami akan tetap menolong Bakugo," kata Kirishima, "Hah.... taukah kalian, kalau kalian pergi sekarang, mungkin akan menambah beban para pro hero," katanya, Pro hero, batinku, "Apa maksudmu?" Tanya Iida, "Para pro hero saat ini sedang melakukan penyerbuan ke markas para penjahat, termasuk ayahku," jelasnya, kami terkejut mendengarnya, "ini sebenarnya rahasia, jadi jika kalian tetap pergi, kalian hanya akan menjadi beban untuk mereka," kami terdiam sejenak.
"Hah.... baiklah aku beri keringanan," katanya, "beri aku alasan yang bagus kenapa kalian mau tetap pergi?" Lanjutnya, "Apa maksudmu? Tentu saja kami—" "Aku bilang beri aku alasan yang bagus!" Gertaknya memotong kata-kata Kirishima, kami terdiam.
SUDUT PANDANG HIKARI
Aku menunggu jawaban dari mereka, "Hikari, apa kau tidak berlebihan?" Tanya Yami, aku tidak menanggapinya. "Kacchan itu," Midoriya mulai bicara, "Kacchan itu memang orangnya menyebalkan, tapi dia adalah sahabatku, sahabat yang sudah bersamaku sejak kecil, meski dia kelihatan membenciku, tapi aku selalu menganggap dia sahabat terbaikku," kata Midoriya mengeluarkan air mata, "Benar," lanjut Kirishima, "memang dia menyebalkan dan berisik, tapi kejantanan, kepercayaan diri, dan ketahanan bantingnya benar-benar patut dipuji," katanya. Aku terdiam mendengar itu, "Sudahlah Hikari, biarkan mereka," usul Yami, aku menghela nafas, "Kalau begitu kau mundur dulu," perintahku, Yami mengangguk lalu melompat ke atas gedung rumah sakit.
"Dasar manusia-manusia bodoh," kataku sambil tersenyum. Aku menghilangkan ilusiku, "Dengar ya, apapun yang terjadi, jangan sampai kalian membebani para pro hero, aku cukup kasihan dengan Aizawa-sensei harus bertanggung jawab kalau-kalau kalian kenapa-kenapa," kataku, mereka mengangguk, "Terima kasih Hikari-kun, meski tadi ilusi batumu sedikit menyakitkan," kata Midoriya, aku tertawa mendengarnya, "Yang tadi itu bukan ilusi," kataku, ekspresi Midoriya berubah seketika, "Dan oiya, Yaoyorozu," panggilku, Yaoyorozu mendekatiku, "menurut data yang aku baca dari ayahku, tempat penjahat yang kau pasang alat pelacak berbeda dengan tempat yang dikatakan oleh informan polisi," kataku, mereka terkejut mendengarnya, "tapi aku berharap kalian berhasil," lanjutku. Yaoyorozu mengangguk, "Tapi Hikari-san, kenapa kau mau membiarkan kami?" Tanyanya, aku tersenyum, "Aku sebenarnya tidak mau melepaskan kalian," jawabku, "menurutku tindakan kalian itu cukup bodoh, mau mengorbankan diri untuk seseorang yang belum lama kalian kenal," aku berhenti sejenak, "tapi, kebodohan itulah yang membentuk seorang manusia," lanjutku, mereka tersenyum mendengarnya, "Terima kasih Hikari," kata Kirishima, "Aku pergi dulu," kataku kemudian menyusul Yami.
Saat di atas gedung rumah sakit, Yami sudah menungguku. "Kau ini memang suka berlebihan ya Hikari, sampai memanggilku," katanya, "Ya mau bagaimana lagi," kataku, "untuk menghancurkan niat yang kuat, harus menggunakan sesuatu yang kuat jugakan," aku melihat mereka berlima berjalan keluar gerbang rumah sakit, "Tapi sepertinya, kita tidak cukup kuat untuk menghancurkan niat mereka," kata Yami, aku tersenyum, "Ada apa denganmu?" Tanyaku, Yami bingung mendengarmya, "dulu saat pertama kali memakai tubuhku, kau hilang kendali seperti kesetanan," kataku, Yami tersenyum, "Mungkin, bagian manusiaku mulai muncul," jawabnya, aku tersenyum. "Oiya, bagaimana kau bisa mengeluarkanku?" Tanya Yami, "Hm? Mudah saja, aku membuat clone lalu memindahkan kesadaranmu ke dalamnya," jelasku, "He.... ini permanen?" Tanyanya, "Tentu saja tidak, cloneku hanya nyata untuk targetku," kataku, "aku bukan Ectoplasma-sensei," "Yah, tidak asik...." katanya kesal, aku tertawa, "Sudah, lebih baik kau kembali," perintahku, Yami cemberut kemudian kembali ke dalam diriku.
"Oiya, aku harus melapor ke Aizawa-sensei," kataku, aku membuka Hp ku lalu menelpon Aizawa-sensei, "Ah moshi-moshi Aizawa-sensei?.... maaf ya aku gagal menahannya..... hehehe dia memang memiliki keinginan yang kuat kalau sudah mencakup teman-temannya..... baik.... baik aku akan mengawasinya..... baik.... baiklah, semoga berhasil konverensi persnya..... hehehe," aku menutup Hp ku. "Baiklah Midoriya.... beri aku pertunjukkan yang layak dilihat," kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikari (Boku No Hero Academia OC Story) (Slow Up)
FanfictionSetelah serangn di USJ, UA menerima seorang murid baru. Quirknya kuat dan bisa dikatakan unik. Seorang anak dari keluarga konglomerat yang terkenal. Kenapa dia terlambat masuk? Apakah masalahnya?