Bagian 24

7 1 0
                                    

Dalam kegelapan malam, aku melihat Tokoyami yang terbungkus Dark Sahdow, "Itu bukan pertanda baik," kataku. Aku, Midoriya, dan Shoji bersembunyi di balik pohon, "Shoji, apa yang terjadi?" Tanya Midoriya, "Setelah Mandalay memberi informasi penyerangan para penjahat dan kita tidak boleh melawan, kami pun langsung waspada," jelas Shoji, "tak lama setelah itu, kami diserang, aku berusaha melindungi Tokoyami, tanganku terpotong," lanjutnya sambil menunjukkan tangannya yang terpotong satu. "Meskipun tanganku terpotong, bukan berarti aku kehilangan tanganku," jelasnya, "tapi sepertinya, Tokoyami tidak terima tanganku terpotong," lanjutnya.

Berbahaya sekali ini, batinku, "Jadi, bisa kubilang Dark Shadow merasakan amarahnya Tokoyami, ditambah keadaan yang gelap, dia jadi lepas kendali," jelasku, "Sepertinya begitu," balas Shoji. Kami tetap bersembunyi berharap Dark Shadow tidak menemukan kami, "Bagaimana Midoriya? Kita nggak mungkin diem aja kan?" Tanyaku, untuk kali ini aku tidak bisa berfikir. Shoji menimbulkan suara, tiba-tiba Dark Shadow menyerang kami, untungnya kami bisa menghindar, kami sembunyi lagi, "Dia bereaksi pada gerakan dan suara lalu menyerang siapapun tanpa pandang bulu," kata Shoji, "Tenanglah, Dark Shadow!" Tokoyami berusaha mengendalikan Dark Shadow.

"Kelemahan Dark Shadow adalah cahaya, jika kita bisa mengarahkan api, pasti dia akan tenang," usul Shoji, Midoriya mendapat ide, "Hikari-kun," panggil Midoriya, aku menoleh, "kita butuh kecepatanmu," katanya, aku kaget, "He.... serius?" Keluhku, jujur saja aku lelah berlari, apalagi tadi sambil menggendong Midoriya. Midoriya mengangguk, "Kamu perlu membawa Dark Shadow ke Todoroki atau Bakugo yang ada di depan lalu minta mereka buat cahaya," jelas Midoriya, Dalam keadaan begitu kau masih bisa bicara panjang lebar ya, pikirku, "Aku dan Shoji akan mengikutimu dari belakang," lanjutnya, aku mengangguk, "Baiklah.... tapi traktir aku ramen setelah ini," kataku.

Aku memposisikan diri, lalu melompat untuk menyerang Dark Shadow agar dia mengikutiku. Saat dia sudah melihatku, aku mulai berlari empat kaki, aku dikejar Dark Shadow melewati jalur uji nyali tadi, Sial.... kenapa aku setuju si.... sesalku. Aku tidak bisa berlari lurus, berkali-kali Dark Shadow menyerang, jadi aku harus menghindar, aku melihat Midoriya dan Shoji mengikuti dari belakang. "Itu dia, aku bisa melihat es!" Kata Midoriya, "Bagus.... sudah dekat," kataku, aku mempercepat lariku. Suara ribut yang dihasilkan Dark Shadow menarik perhatian Todoroki dan Bakugo, "Todoroki! Bakugo!" Panggilku, mereka terperangah melihat Dark Shadow yang mengejarku, "Buat cahaya sekarang!" Perintahku. Aku kaget saat mereka sedang dalam keadaan yang sama, mereka sedang bertarung dengan penjahat yang giginya memanjang, Sial, batinku, tiba-tiba aku dapat ide, "Bakugo! Todoroki! Menghindar!" Perintahku. Mengerti maksudku, Todoroki langsung menarik Bakugo, aku memanjat es Todoroki dan langsung melompat ke samping, dan perhitunganku benar, Dark Shadow langsung menyerang penjahat itu. Aku ditangkap Shoji saat akan mendarat, "Terima kasih Shoji," kataku, Shoji menurunkan ku, Sial, tanganku terkilir, batinku saat merasakan sakit dipergelangan tanganku.

Setelah penjahat itu tidak bergerak lagi, Bakugo dan Todoroki membuat cahaya lalu mendekati Tokoyami, Dark Shadow langsung tenang kembali. Kami mendekati Tokoyami, "Maaf.... terima kasih sudah menyelamatkanku," kata Tokoyami kelelahan, "Tokoyami, kau baik-baik saja?" Tanya Shoji, aku membantu Tokoyami berdiri, "Maaf, Shoji.... Midoriya juga, Hikari juga," katanya, "semua ini karena hatiku terlalu lemah, aku membiarkan diriku termakan amarah dan melepaskan Dark Shadow," lanjutnya gemetar, aku menepuk punggung Tokoyami, "Tenang saja Tokoyami, itu manusiawi....." kataku berusaha menenangkan.

"Oh iya, kami sudah memastikan kalau target para penjahat adalah Kacchan," kata Midoriya, "Bakugo? Apa mereka mau membunuhnya?" Tanya Shoji, mereka lanjut membicarakan tujuan dari para penjahat, sementara Bakugo hanya memasang wajah bingung, Ehehm, apa-apaan wajah itu, batinku menahan tawa, "Jadi sekarang tugas kita mengawal Bakugo sampai tempat para pro hero," kata Tokoyami. Kami membicarakan rencana untuk mengawal Bakugo, "Hikari-kun, kau akan menjadi pengalih perhatian," kata Midoriya, "buat beberapa clone Bakugo untuk mengecoh mereka," lanjutnya, aku mengangguk mengerti. "Dengan kelompok kita yang sekarang, melawan All Might pun bukan hal yang mustahil," kata Midoriya.

Kami mulai bergerak, aku membuat clone Bakugo yang mengelilinginya, seperti biasa, Bakugo mengomel akan hal ini. Kami berjalan mengikuti Midoriya yang digendong Shoji, memotong jalan menuju tempat Aizawa-sensei.

Saat sedang dalam perjalanan, "Uraraka?" Kata Shoji, kami melihat Uraraka yang sedang menindih seseorang dan Tsuyu yang sedang tergantung, wanita itu langsung pergi saat melihat kami datang. Uraraka ingin mengejarnya, tapi dihalangi Tsuyu yang sudah lepas. "Siapa wanita tadi?" Tanya Todoroki, "Penjahat, dia sangat gila," jawab Tsuyu, "Uraraka-san, kamu terluka," kata Midoriya, "Tenang saja, aku masih bisa berjalan," balas Uraraka. Saat mereka sedang berbincang, aku menyadari sesuatu, "E... teman-teman," panggilku, mereka semua menoleh, "Tokoyami menghilang," kataku, mereka semua kaget mendengarnya, "Lalu, Kacchan?!" Kata Midoriya panik, "Clone ku masih ada si...." aku menghilangkan clone Bakugo untuk memastikan, sialnya semua bakugo menghilang termasuk yang asli, mereka semua kaget, susana menjadi tegang seketika.

"Kalau kalian mencarinya!" Kata seseorang, kami semua menoleh ke sumber suara, ada seseorang di atas pohon, "dia sudah kurebut dengan sihirku," lanjutnya sambil memainkan dua buah kelereng. Kami terkejut melijatnya, "Quirknya itu tidak cocok digunakan sebagai pahlawan, kami akan membawanya ke panggung yang lebih pantas," katanya, "KEMBALIKAN DIA!!" Bentak Midoriya kesal, "Kembalikan? Aneh, Bakugo itu bukan milik siapa-siapa, dia milik dia sendiri tahu.... dasar egois," katanya, aku lihat Midoriya semakin kesal. Todoroki menyerang orang itu dengan es nya, tapi orang itu berhasil menghindar lalu mendarat di pohon yang lain, "Anak zaman sekarang dipaksa menempuh jalan berdasarkan sesuatu yang lazim," katanya, Secara teknis dia benar, pikirku, tapi dia menyebalkan.

"Kau meremehkan kami ya!" Kata Todoroki, "Aku ini seorang entertainer, ini kebiasaanku," balasnya, "Tokoyami aku bawa sebagai bentuk improvisasi," lanjutnya masih memainkan kelerengnya. "Moonfish, laki-laki bertaring pedang itu, begitu-begitu dia pembunuh kejam yang divonis hukuman mati tanpa keringanan," jelasnya, "melihat amukan bocah ini, membuatku memutuskan untuk membawanya juga," lanjutnya, aku kesal mendengar ocehannya, aku melempar pisauku yang kusimpan ditambah ilusi perbanyakan, sialnya dia bisa mengambil yang asli, "Hm, ilusimu tidak mungkin bekerja untukku," katanya, aku kesal mendengarnya. Todoroki menyerangnya lagi dengan es yang lebih besar, sayangnya dia masih bisa menghindar, "Maaf saja, tapi aku cuma jago menipu dan melarikan diri," katanya saat di udara, "aku tidak mau melawan murid-murid pahlawan!" Katanya. Dia lari, kami mengejarnya.

Kami mengejar pria itu, tapi dia benar cepat dan gesit, "Hikari, tidak bisakah kau mengejarnya," kata Shoji, "Tidak bisa, tanganku terkilir saat dikejar Tokoyami tadi, jadi aku tidak bisa berlari empat kaki lagi," kataku. Kami terus mengejarnya, aku mendengar Midoriya mulai mengomel, "Uraraka-san, buat kami melayang," usul Midoriya, "kemudian Asui-san, lemparkan kami sejauh mungkin dengan lidahmu!" Lanjut Midoriya, "Shoji, gunakan lenganmu untuk mengarahkan dan mendorong kami," jelas Midoriya, "Begitu ya, peluru manusia," kata Todoroki yang mengerti rencana Midoriya, "Tunggu Deku-kun, dengan luka begitu kau masih ingin bergerak?" Tanya Uraraka, tapi Midoriya tidak peduli, dia tetap ingin menjalankan rencananya.

Kami berhenti untuk menjalankan rencana Midoriya, sebelum itu Uraraka memberikan pertolongan pertama pada tangan Midoriya yang hancur. Tsuyu melilit Todoroki, Midoriya, dan Shoji dengan lidahnya, lalu Uraraka mulai melayangkan mereka. Tsuyu mengambil ancang-ancang lalu melempar mereka bertiga. Rencana Midoriya berhasil, mereka berhasil mengejar pria itu, "Ayo kita tetap bergerak," ajakku. Aku, Tsuyu, dan Uraraka mengikuti mereka, Uraraka memastikan kapan waktu yang tepat melepas quirknya. "Lepaskan," kata Uraraka saat sudah waktunya, Midoriya, Shoji, dan Todoroki terjatuh di atas pria itu, sehingga pria itu menghantam tanah.

Hikari (Boku No Hero Academia OC Story) (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang