Bagian 19

5 1 0
                                    

Keesokan harinya, kami kembali bersekolah seperti biasa. "Selamat pa– eh?" Kataku saat memasuki kelas, aku kaget melihat Ashido, Denki, Kirishima, dan Sato sedang murung, "Teman-teman..... aku menantikan.... cerita kalian..... saat pemusatan latihan...." kata Ashido sambil menangis, "Mereka kenapa?" Tanyaku ke Sero, "Hah.... mereka yang gagal kan katanya tidak bisa ikut kita ke pemusatan latihan saat libur musim panas," jawab Sero, "Oiya ya...." balasku. Midoriya berusaha menghibur mereka, "Hentikan Midoriya, jika kau terus seperti itu malah tambah sial nanti," kata Sero. Aku ke mejaku lalu meletakkan tasku.

"Aku juga belum tahu ikut atau tidak," kata Sero, "Hm? Kenapa?" Tanyaku, "Timku menang karena Mineta, sementara aku tertidur karena quirk Midnight-sensei," jawab Sero, "Oiya? Aku tidak tau," balasku, "Tentu saja kau tidak tahu Hikari-kun, kau hanya tidur sepanjang ujian," kata Iida kesal, aku hanya tertawa.

"Pokoknya karena kita belum tau bagaimana penilaiannya—" Kata-kata Sero terpotong, "Kalau kalian kasian kepada kami, bawakan oleh-oleh yang banyak," kata Denki menangis, "Kita mau ke hutan, kalian berharap di bawakan apa? Kayu? Atau batu?" Balasku.

Aizawa-sensei memasuki kelas, seketika kami senyap. "Pada ujian akhir kali ini, sayang sekali, ada beberapa yang gagal," kata Aizawa-sensei, "Oleh karena itu, pemusatan latihan di hutan... semuanya ikut!" Lanjut Aizawa-sensei, aku menahan tertawa melihat senyumannya. Kabar itu menjadi kabar paling memggembirakan, empat orang yang tadinya murung, seketika sumringah. "Ada yang gagal, tapi di ujian tulis tidak ada yang gagal," kata Aizawa-sensei, "dalam ujian praktik, Kirishima, Sato, Kaminari, Ashido, dan juga Sero gagal," lanjut Aizawa-sensei, Sero terkejut mendengarnya.

"Pada ujian kali ini, kami yang ada di sisi penjahat, memastikan ada celah agar kalian bisa menang, sambil memerhatikan bagaimana kalian menyelesaikan tugas, jika tidak, sebagian besar kalian pasti akan kalah sebelum berbuat apa-apa," kata Aizawa-sensei, "He.... pantas All Might tidak mengejarku kemaren," kataku, "Lagipula, pemusatan latihan paling dibutuhkan oleh yang gagal," kata Aizawa-sensei, "Tapi, kegagalan tetaplah kegagalan, kami sudah menyiapkan waktu tambahan untuk latihan kalian," katanya lagi, mendengar itu, seketika orang-orang yang senang menjadi murung kembali, "terus terang, itu malah lebih berat daripada latihan sekolah," lanjutnya.

"Yah, apapun yang terjadi, syukurlah kita masih bisa pergi sama-sama," kata Ojiro, "Tenang saja, kami akan ceritakan apa yang terjadi saat kalian kelas tambahan," kataku menggoda, "KAU TIDAK MEMBANTU HIKARI," bentak mereka bersamaan, aku tertawa. "Seminggu pemusatan latihan ya..." kata Iida membaca buku panduan, "Kita harus membawa banyak barang ya...." balas Midoriya, "Aku tidak punya baju renang dan sejenisnya, aku harus membawa banyak barang" kata Denki. "Oh, karena besok kita libur dan baru saja selesai ujian, kenapa kita semua tidak belanja sama-sama saja?" Usul Hagakure, "Ide yang bagus," balasku, "Itu akan menjadi jalan-jalan pertama kita," kata Denki.

Keesokan harinya, kami sekelas pergi ke mall terbesar di negeri "Kiyashi Shopping Mall". Ada banyak toko dengan berbagai tipe, dan banyak toko baju untuk bentuk tubuh yang berbeda-beda. "Semuanya punya keinginan yang berbeda-beda, bagaimana kalau kita tentukan waktu buat kumpul kembali?" Usul Kirishima, kami setuju, "Kalau begitu kita kumpul kembali pukul 3," usul Kirishima lagi, kami setuju dan mulai menyebar. Aku berjalan sendiri, sebenarnya aku tidak perlu membeli barang-barang untuk latihan, tapi karena aku bosan di rumah, jadinya aku ikut saja.

Ada satu toko menarik perhatianku, toko cabang mama, "Hm... menarik juga," kataku, aku mencoba mampir sebentar, "Selamat da— eh?" Kata penunggu toko itu, "Kamu anaknya Kitsune-san ya?" Tanya, Bagaimana dia bisa tau? Batinku, aku mengangguk, "He... selamat datang.... silahkan lihat-lihat produk kebanggaan mama mu," katanya, aku mengangguk lalu pergi melihat-lihat. "Wo..." kataku saat melihat bagian dapur, ada banyak pisau yang bagus. Ada pisau daging, pisau biasa, pisau kecil, pisau buah, bahkan pisau lipat, "Wah... bahannya bagus, mama bikinnya gimana ya?" Kataku sambil memegang salah satu pisau. Akhirnya aku membeli pisau dapur, pisau buah, dan beberapa pisau lipat yang berbeda ukuran.

Setelah dari toko mama, aku jalan-jalan lagi. Saat sedang berjalan, aku melihat Uraraka, "Uraraka!" Panggilku, dia menoleh dan melambai balik, "Sedang apa kau?" Tanyaku, dia salah tingkah, aku bingung melihatnya. Akhirnya aku kembali ke tempat kumpul tadi bersama Uraraka. Saat kami sampai di tempat kumpul, kami melihat Midoriya sedang bersama seseorang, "Deku-kun?" Kata Uraraka, aku menyuruh Uraraka untuk mundur, Orang itu mencurigakan, batinku, Midoriya melihat kami dengan ketakutan, "Itu.... temanmu?" Tanya Uraraka, aku tetap melindungi Uraraka, "Lepaskan tanganmu.... orang asing!" Perintahku, aku melihat tangan itu mencekik Midoriya, "Bukan apa-apa! Tak apa! Jadi, jangan mendekat!" Kata Midoriya, Darimana bukan apa-apa? Batinku, seketika orang itu melepaskan tangannya, "Ada temanmu ya? Maaf maaf," kata orang itu, "kalau begitu aku pergi ya," orang itu langsung meninggalkan Midoriya. Kami mendekati Midoriya, aku memeriksa tubuhnya tidak ada luka, Siapa orang itu? Batinku.

"Tunggu, Shigaraki Tomura!" Panggil Midoriya, Uraraka terkejut mendengarnya, "Shigaraki?" Tanya Uraraka, "Apa tujuan All For One?" Tanya Midoriya, "Entahlah... lebih penting lagi, kau harus berhati-hati," jawab orang yang dipanggil Shigaraki itu kemudian meninggalkan kami. Uraraka melaporkan hal itu pada pihak mall dan mall itu pun ditutup untuk sementara waktu, pro hero dan polisi setempat langsung melakukan penyelidikan, tapi orang bernama Shigaraki itu tidak ditemukan. Midoriya dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.

Karena kepanikan di mall, aku dijemput ayahku, "Ayah tahukan, ayah tidak perlu menjemput Hikari," kataku, "Hm, ayah tahu, cuman nanti ayah bilang apa ke mama kalau sampai membiarkan anak sendiri bertemu langsung dengan pimpinan perkumpulan penjahat," katanya, kami tertawa, "Ya.... mama memang sangat perhatian," kataku, "Oiya, kamu beli apa saja tadi?" Tanya ayah, "Oh, aku tadi ketemu toko cabang perusahaan mama, terus aku membeli pisau," kataku sambil menunjukkan belanjaanku, "Banyak sekali! Untuk apa?" Tanya ayah lagi, "Untuk pelatihan tentu saja, dan aku juga ingin mencoba memakai senjata," jelasku, ayah mengangguk.

Hikari (Boku No Hero Academia OC Story) (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang