◇◇◇
Pemuda kelahiran Bandung itu memiliki kulit putih pucat yang mencolok sehingga mudah untuk dikenali. Meski wajahnya tampan dan memiliki kepribadian baik, namun itu tak menjamin ia memiliki banyak teman. Hanya segelintir orang yang menjadi temannya. Sebut saja namanya Esa dan Vian. Keduanya merupakan teman sejak pertama kali memasuki masa SMA. Hanya sekadar mengobrol dan menemani jam istirahat ketika di sekolah, tidak lebih. Agaknya memang sebatas itu saja siklus pertemanan mereka.
Tinggal hanya berdua dengan seseorang yang sering disebut sebagai malaikat tak bersayap, tak lantas membuatnya mengeluhkan banyak hal. Pun dengan ekonomi yang tak bisa dibilang mencukupi sehingga ia perlu untuk bekerja paruh waktu untuk menutupi biaya lainnya.
Namanya Sagara Bumantara, berusia 17 tahun yang tinggal bersama sang ibu selama hampir 10 tahun sejak ayahnya memilih untuk pergi.
Saga—panggilannya, kesayangan ibu juga para guru di sekolah karena sikap rajin dan prestasinya. Ia menduduki peringkat 3 peralel di angkatannya sejak kelas 10, juga sebagai anggota OSIS yang bisa sekali diandalkan. Setidaknya, begitulah anggapan teman-teman satu angkatannya. Terlebih teman-teman satu kelasnya.
Saga dikenal cukup ambisius dalam mengejar nilai tinggi. Hanya sebagai pembuktian pada sang ayah, bahwa hidup tanpanya, pun bisa membuatnya berprestasi. Sering kali sang ibu mengatakan untuk tidak memedulikan perkataan ayahnya yang selalu membandingkannya dengan anak tirinya. Ibunya tak pernah memaksanya untuk menjadi nomor 1. Hanya menjadi siswa baik sudah cukup Saga, kata Indah—sang ibu.
Hingga Saga harus dipertemukan pada situasi sulit antara dirinya, Dewa, dan juga Nadine.
◇◇◇
VISUALISASI
Sagara Bumantara
Mahadewa Aksatria
Nadine Chantika
By : aistheticc
Pict by : Pinterest*
*
*A/N:
Jangan kaget dapet notif dari Sagara, karena ini hanya revisian. Semoga kedepannya alur ceritanya, karakter pemainnya, serta penulisannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Mohon maaf atas ketidaknyamannya 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagara [Revisi]
FanfictionSagara pernah bilang, katanya dia tidak membenci takdir yang sudah meluluhlantakkan perasaannya. Hanya saja, dia benci pada dirinya yang sulit menerima takdir tersebut. Katanya, Sagara hanya ingin keadilan. Namun, mengapa ketika keadilan itu datang...