Sagara-12

1K 150 14
                                    

◇◇◇

Setelah perdebatan panjang antara Saga dan Dewa yang mengakibatkan mereka bertiga dilanda cemas lantaran waktu yang tak lagi bersisa banyak untuk melakukan perjalanan menuju sekolah. Pun diakhiri dengan Nadine sebagai penengah.

"Cukup ya, kita berangkat bertiga aja. Saga, Dewa, ayo masuk!" Nadine telak memutuskan seraya memasuki mobil Dewa di bangku penumpang.

Dewa manghela napas pasrah. Ia pun memasuki mobil di bagian bangku kemudi. Lain lagi dengan Saga yang masih terlihat bimbang. Ia hanya berdiri di tempat dengan raut wajah seperti tengah berpikir.

"Lo mau gue tabrak? Langsung mati atau kritis dulu?!" kesal Dewa karena Saga yang justru menghalangi jalan mobilnya.

"Motor aku gimana, Na?" Bukannya menjawab pertanyaan Dewa, Saga malah mendekat ke arah Nadine dan bertanya pada gadis itu.

"Simpen di rumah aku aja, aman kok. Ayok buruan naik, nanti kita telat."

Saga menurut, ia pun menghampiri motornya untuk mengunci stang, sekalian menyimpan helmnya. Lantas memasuki mobil Dewa dan duduk di samping Nadine.

"Nanti pulangnya kita naik angkot aja ya, Na?" ujar Saga. Ia tak sadar bahwa di depan sana Dewa sudah seperti banteng yang siap menyeruduk; kesal.

"WOY! KALIAN PIKIR GUE SUPIR HAH?!" amuknya dengan wajah memerah, dasar si paling emosian.

"NADINE! PINDAH LO SINI!"

"Enggak mau ih! Kamu sana aja yang pindah." Nadine mendorong lengan Saga agar mau berpindah tempat.

Baiklah dari pada semakin telat, lebih baik Saga mengalah. Ia tidak mau ada masalah lagi diantara mereka. Saga terpaksa turun. Sebelum pintu tertutup, cowok itu sempat berkata sesuatu pada Nadine.

"Na, kamu pindah di depan, ya? Temenin Dewa. Aku kayaknya mau pulang dulu, ada yang ketinggalan. Dew, hati-hati bawa mobilnya."

Setelahnya, Saga menutup pintu mobip. Ia tersenyum seraya berlalu menghampiri motornya dan meninggalkan area rumah Nadine. Sementara gadis itu hanya bisa menghela napas pasrah dan duduk di samping Dewa dengan tenang. Setelahnya hening, Dewa tak banyak bicara, ia hanya mengemudi tanpa suara.

"Cemberut aja. Kenapa sih, kamu teh? Marah sama aku gara-gara marahin kamu sama Saga?" kata Nadine merasa tak enak karena suasananya menjadi secanggung itu.

"Lo suka sama Saga?" Tanpa basa basi, Dewa melontarkan pertanyaan itu sekenanya.

"Hah? Kok nanyanya gitu? Kan enggak nyambung sama pertanyaan aku barusan. Aneh banget kamu mah."

"Jawab aja kenapa, sih?!" Baik, Dewa sepertinya sudah tidak sabar lagi.

"Heh! Kamu teh sehat? Kenapa sih, sensi melulu? Aku kalau lagi dateng bulan aja, nggak kek gitu, perasaan. Heran." Nadine memalingkan wajahnya, menatap objek lain yang berada di samping kirinya.

"Lo suka kan, sama Saga? Buktinya lo nurut aja sama dia. Sedangkan gue, lo anggap apa?"

Nadine terhenyak dibuatnya. Tak menyangka kalau pagi ini, Dewa akan menempatkannya di situasi rumit seperti ini. Namun pada akhirnya, ia manatap Dewa dengan intens, tanpa mengatakan apapun.

Dan sepertinya Dewa tidak perlu jawaban langsung dari mulut Nadine. Karena dengan diamnya gadis itu, pun ia sudah bisa menyimpulkan sendiri jawabannya.

"Ok, diam lo gue anggap jawaban bener. Enggak apa-apa. Sebagai cowok sejati, gue harus rela bersaing. Lagian baru gitu doang, belom sampe married 'kan? Masih bisa gue tikung." Dewa tersenyum jahil sambil melirik Nadine. "Siapa tahu nanti sore, tiba-tiba lo jatuh cinta sama gue. Who knows?"

Sagara [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang