◇◇◇
Entah kebetulan atau apa. Pagi ini secara tidak sengaja, Saga, Dewa, dan Nadine tengah memarkirkan motornya secara bersamaan. Nadine yang pertama kali selesai, pun segera mendekat dan menyapa salah satu dari dua cowok tersebut.
"Saga! Kemana aja, kamu?" tanya Nadine yang merasa lega kala melihat presensi lelaki tersebut. Agak aneh sebenarnya, karena Saga sudah terbiasa tidak masuk sekolah tanpa ada yang tahu alasannya. Kecuali para guru, dan biasanya pun Nadine nampak tidak peduli. Namun karena akhir-akhir ini mereka menjadi dekat, rasanya Nadine perlu mengetahui alasan tersebut. Kalau boleh jujur, Nadine khawatir.
Saga tersenyum seraya menatap gadis itu. "Kamu kok kepo, sih? Kangen sama aku?" tanyanya dengan nada jenaka. Nadine terkekeh kecil. Ia menatap Saga dengan kedua alis tertarik ke atas. Namun tak lama, keduanya justru tertawa bersama; konyol.
Dewa yang melihatnya tentu tidak suka. Terlihat dari raut wajahnya yang sangat masam. Ia berdecih pelan, merasa keduanya begitu berlebihan. Ia bahkan sempat merasa mual dan untungnya tidak sampai muntah.
"Bukan ih, aneh aja. Kan biasanya kamu paling rajin di kelas," jawab Nadine mencoba bersikap biasa saja meski perasaannya berbanding terbalik. Sepertinya benar yang dikatakan Saga, Nadine rindu presensi cowok itu.
"Ya udah, ke kelas aja yuk?" Tanpa menunggu jawaban, Saga langsung saja menarik tangan Nadine untuk dibawanya menuju kelas.
Jangan tanyakan Nadine. Nyatanya gadis itu bergeming dan hanya menikmati sensasi aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya atas sikap Saga itu. Perasaan senang tak terkira, entah apa namanya. Yang jelas, Nadine merasa nyaman berada di dekat Saga.
"Masih pagi woy! Malah pacaran," sahut Dewa ketus sambil memisahkan mereka dengan berjalan di antara Saga dan Nadine. Hingga pagangan Saga terlepas dari tangan Nadine. Bukan karena cemburu. Hanya saja mereka berdua terlalu asyik berdua seolah dunia hanya milik mereka saja. Sampai-sampai kehadiran Dewa dan seluruh penghuni sekolah, seperti makhluk tak kasat mata.
"Lo cemburu, Dew?"
Mendengar pertanyaan Saga yang jauh dari persepsinya, membuat Dewa melayangkan tatapan tajam ke arah Saga. Posisi mereka kini berjalan beriringan dengan Dewa yang berada di antara Saga dan Nadine.
"Dih, aku mah enggak mau ya, dicemburuin sama dia. Lagian, emang Akang Dewa ini teh punya hati, gitu?" ledek Nadine seraya mendelikkan matanya pada Dewa.
"Sembarangan! Di kira gue kuyang apa gak punya hati?!"
"Hey, kuyang juga punya hati tuh." Saga menimpali.
"Kamu mah mencemari suasana aja, ih. Sana-sana pergi duluan!" Nadine mendorong raga Dewa. Tidak terlalu kencang, tetapi mampu membuat Dewa keluar dari barisan sehingga Nadine dan Saga kembali berdampingan.
"Giliran sama dia aja, lo lembut banget. Giliran sama gue aja, lo usir-usir!" ujar Dewa sambil misuh-misuh menunjuk Saga dengan sedikit emosional.
"Dasar cewek aneh, jangan-jangan lo cewek jadi-jadian lagi?" tambahnya merasa belum puas untuk mencibir gadis itu.
"Dewa ish! Kamu tuh ya, dasar preman!" geramnya dengan mata melotot. Nadine tentu tak terima. Ia pun mengambil topi yang Dewa pakai lalu berlari menghindari lelaki itu.
"Woy! Topi mahal gue itu, anjir!" teriak Dewa lalu ikut berlalu guna mengejar gadis itu sambil terus mengumpatinya.
Saga menatap kepergian keduanya. Lantas tersenyum tipis saat dia menyadari bahwa ada secercah rasa tak rela di relung hatinya. Juga rasa takut yang mendera. Takut bila Dewa akan mengambil Nadine darinya. Meski ia tahu bahwa saat ini Nadine bukanlah milik siapa-siapa kecuali keluarganya. Namun tetap saja, Saga merasa bahwa saat ini merupakan proses dari tujuannya untuk memiliki Nadine. Saga harus menjaganya agar hubungannya dengan Nadine menjadi lebih serius dari pada ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagara [Revisi]
FanfictionSagara pernah bilang, katanya dia tidak membenci takdir yang sudah meluluhlantakkan perasaannya. Hanya saja, dia benci pada dirinya yang sulit menerima takdir tersebut. Katanya, Sagara hanya ingin keadilan. Namun, mengapa ketika keadilan itu datang...