Sagara-3

1.3K 193 31
                                    

◇◇◇

Pagi-pagi sekali rumah Saga sudah kedatangan tamu yang tak pernah ia kenali sebelumnya. Seorang lelaki berusia diatas ibunya sedikit, mungkin.

"Pagi Saga," ucap lelaki paruh baya yang kini ikut duduk di meja makan berhadapan dengan sang ibu. Wanita itu tersenyum hangat seperti biasanya.

"Duduk dulu Nak, Ibu mau kasih tahu sesuatu sama kamu," titahnya yang langsung dipatuhi oleh Saga. Anak itu duduk di kursia sebelah ibunya, dengan tatapan yang mengarah pada dua orang tersebut secara bergantian.

"Saya Ardian, kamu pasti bingung 'kan sama kehadiran Om yang tiba-tiba ini?" Pria itu akhirnya memperkenalkan dirinya.

"Kalian ada hubungan apa?" Saga yang malas berbasa basi pun memilih bertanya langsung pada intinya.

Ardian menghela napas, tak menyangka kalau sifat putra dari kekasihnya ini sangat bertolak belakang dengan ibunya yang ramah. Akan tetapi, justru tidak berbeda jauh dengan putra semata wayangnya di rumah.

"Sebelumnya Ibu minta maaf. Saga, Ibu harap kamu mengerti sama situasinya. Ibu ... nggak bisa terus-terusan sendiri dan–"

Perkataannya terhenti kala Saga mengusap punggung tangan sang ibu. Ia menyunggingkan senyum hangatnya.

"Saga ngerti Bu, Saga nggak akan menahan apa yang menjadi kebahagiaan Ibu. Asalkan," Saga berhenti bicara, kemudian menatap Ardian lekat seolah sedang berharap penuh. "Pak Ardian bersedia untuk mencintai dan menyayangi Ibu dengan tulus," lanjutnya.

Ardian tersenyum tulus, seraya menghela napas lega. Ia pun menganggukkan kepalanya. "Saya janji saya tidak akan mengecewakan kalian berdua. Terimakasih banyak Saga, karena kamu mau mengerti."

Saga hanya mengangguk seraya tersenyum.
Sebetulnya ia belum rela, Saga masih berharap bahwa akan ada kabar baik mengenai hubungan Indah bersama Damar—ayahnya. Tapi sepertinya itu memang mustahil terjadi karena Damar kini sudah memiliki keluarga baru sejak tujuh tahun yang lalu. Bahkan Indah dan Damar masih seperti musuh bila bertemu. Entah apa alasannya, yang pasti Saga sangat kecewa pada perilaku keduanya yang tidak mencerminkan sosok orang tua yang baik. Mereka hanya memikirkan ego masing-masing seolah Saga bukanlah sosok penting dalam hidup mereka. Setidaknya, Saga masih berharap mereka damai meski tidak menjadi keluarga yang utuh seperti dulu.

"Udah berapa lama hubungan kalian terjalin?"

Saga memecah keheningan yang sempat mengambil alih suasana, membuat Indah terdiam cukup lama hingga Ardian pun menjawab pertanyaan tersebut.

"Satu tahun, Ga. Bukan waktu yang sebentar untuk saling mengenal. InsyaAllah, dalam waktu dekat kami akan menuju ke jenjang yang lebih serius."

"Bagus kalo gitu, semakin cepat semakin baik."

"Tapi Mas, aku belum yakin Aksa mau menerimaku." Indah menatap Ardian, ia tampak khawatir.

Saga mendengarkan dengan seksama. Ternyata masih ada kendala, Aksa itu pasti anaknya Ardian didalam pikiran Saga, dan anak itu sepertinya memiliki sifat yang cukup sulit mengerti.

"Kamu tenang aja, nanti saya yang akan jelaskan sama Aksa. Kalau pun dia tidak setuju tidak apa-apa, toh nanti juga lama-lama dia akan terbiasa. Semakin dia dewasa dia akan paham maksud kita ini apa."

"Tapi kalau begitu Bapak jadi egois. Bapak juga harus memikirkan perasaan anak Bapak," sahut Saga yang merasa memiliki perasaan yang sama dengan si Aksa yang mereka maksud. Walaupun Saga lebih memilih untuk mengalah, tetapi tak menutup kemungkinan bahwa ia juga merasa tidak adil.

"Tidak apa-apa Ga, Aksa anak yang baik kok. Cuma perlu pengertian aja anaknya." Ardian berbicara dengan tutur kata yang lembut serta tatapan teduh khas seorang ayah.

Sagara [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang